ABU HURAIRAH, ORANG YANG PALING BANYAK MERIWAYATKAN HADITS RASULULLAH SAW

(Gambar: helpfulhand)
(Gambar: helpfulhand)

Oleh : Rendy Setiawan, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ash-Shuffah, sebagai lembaga pendidikan Islam pertama yang didirikan dan diasuh langsung oleh Shallallahu Alaihi Wasallam, telah banyak melahirkan tokoh-tokoh berpengaruh yang mampu membangun peradaban maju yang tak pernah dibayangkan sebelumnya, salah satu tokoh diantara mereka adalah Abu Hurayrah radhiyallahu anhu.

Nama aslinya adalah Abdurahman bin Shakhr Ad-Dausi. Dia adalah Ahl Ash-Shuffah yang paling terkenal dan tinggal di Ash-Shuffah sejak pertama kali masuk Islam pada tahun ke 7 H hingga Rasulullah wafat pada tahun 11 H. Menyadari dirinya termasuk orang yang masuk Islam belakangan, Abu Hurayrah bertekad untuk mengejar ketinggalan dengan cara terus menerus mengikuti majelis-majelis Rasulullah.

Untuk memperkuat ingatannya, suatu ketika Abu Hurayrah meminta doa kepada Rasulullah agar tidak lupa dengan apa saja yang didengarnya dari Rasulullah. Dalam hal ini, dia bercerita, “Saya berkata: Wahai Rasulullah, saya mendengar banyak hal dari anda, tapi saya tidak dapat menghafalknya.” Beliau bersabda; Bentangkan tanganmu, maka aku bentangkan serbanku kemudian Rasulullah menyampaikan hadits banyak sekali, dan tak ada sesuatu pun yang terlupa bagiku dari apa yang Rasulullah sampaikan padaku.” (H.R. At-Tirmidzi)

Di masa Daulah Bani Umayyah (41-132 H), kekuatan hafalan Abu Hurayrah sempat diuji oleh Khalifah Marwan bin Al-Hakam (65-66 H), ketika itu, Marwan bin Al-Hakam meminta Abu Hurayrah untuk menyampaikan hadits-hadits Rasulullah, sementara itu, penulisnya diminta untuk menuliskan apa saja yang didengar dari Abu Hurayrah dari balik dinding. Setelah berlalu setahun, Abu Hurayrah diminta untuk membacakan hadits hadits yang dahulu pernah disampaikannya dan ditulis oleh sekretarisnya. Ternyata tidak ada satupun kalimat yang terlupa oleh Abu Hurayrah.

Dengan kekuatan hafalannya dan banyaknya waktu bersama Rasulullah, Abu Hurayrah menjadi sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits-hadits Rasulullah. Hal ini diakui sendiri oleh Abdullah bin Umar, seorang sahabat perawi hadits terbanyak kedua setelah Abu Hurayrah, dia berkata: “Hai Abu hurayrah, engkau adalah orang yang paling sering bersama Rasulullah dan paling banyak menghafal hadits Rasulullah.” (HR. At-Tirmidzi)

Menurut Baqi’ bin Mahlad, hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurayrah bmencapai 5,374 buah hadits. Imaam Muhammad bin Idris Asy-Syafii mengatakan, “Abu Hurayrah adalah orang yang paling banyak meriwayatkan hadits pada masanya.”

KarenA banyaknya hadits yang diriwayatkan olehnya, tidak sedikit sahabat merasa heran, terlebih lagi Abu Hurayrah masuk Islam pada tahun 7, atau hanya sekitar 4 tahun bergaul bersama Rasulullah.

Untuk menjelaskan hal itu, Abu Hurayrah berkata, “Mereka (para sahabat) mengatakan, Abu Hurayrah meriwayatkan banyak hadits, dan mereka juga mengatakan, orang-orang Muhajirin dan Anshar tidak meriwayatkan hadits seperti itu. Saya akan menjelaskan hal ini, “Sesungguhnya teman-temanku dari kalangan sahabat Anshar mereka sibuk dengan pertanian mereka, sementara teman-temanku dari Muhajirin, mereka sibuk dengan perdagangan mereka di pasar, sedangkan aku selalu mendampingi Rasulullah. Untuk mengisi perutku, maka aku hadir di saat mereka tidak hadir, dan aku ingat di saat mereka lupa.” (HR. Muslim)

Sebagai seorang yang paling banyak meriwayatkan hadits, Abu Hurayrah memiliki kepribadian konsisten untuk terus melakukan apa yang dia lihat dan dengar dari Rasulullah. Abu Hurayrah bahkan berani menyuarakan kebenaran kepada siapa saja yang membedakan antara orang kaya dengan miskin, pejabat dengan rakyat biasa. Abu Hurayrah juga dikenal sebagai ahli ibadah.

Abu Hajar Al-Asqalani mengatakan, suatu ketika Abu Utsman An-Nahdi bercerita, Abu Hurayrah melakukan ibadah semalan, mula-mula ia berjaga sambil shalat pada sepertiga malam pertama, kemudian bersama keluarganya di sepertiga malam selanjutnya, dan dengan pembantunya disepertiga malam selanjutnya.”

Abu Hurayrah selain dikenal sebagai ahli ibadah, dia jua dikenal sebagai Mujahid tangguh. Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab Al-Faruq, Abu Hurayrah menjabat sebagai amir Bahrain. Umar adalah orang yang amat teliti dengan amir-amir yang dipilihnya, apabila Umar mengangkat seseorang sedang dia mempunyai dua helai pakaian, maka sewaktu meninggalkan jabatannya, dia juga harus mempunyai dua helai pakaian, lebih utama jika ia hanya memiliki satu pasang pakaian saja. Apabila terlihat tanda-tanda memiliki banyak harta sewaktu menjabat sebagai amir, maka dia tidak akan luput dari interogasi Umar.

Suwaktu ketika menjabat sebagai amir Bahrain, Abu Hurayrah menyimpan harta dari jalan yang halal. Hal itu diketahui oleh Umar, maka Umar memanggil Abu Hurayrah dan mengatakan kepadanya, “Wahai musuh Allah dan musuh kitab-Nya, apa engkau telah mencuri harta Allah? Abu Hurayrah menjawab, “Aku bukan musuh Allah juga bukan musuh kitab-Nya, tapi aku memusuhi keduanya dan aku tidak mencuri harta Allah.

Lalu Umat berkata, “Lantas darimana engkau mendapatkan sepuluh ribu itu? Abu Hurayrah menjawab, “Kudaku beranak pinak dan pemberian orang berdatangan,” Umar berkata, “Berikan harta itu ke Baitul Mal.”

Maka Abu Hurayrah menyerahkan hartanya ke Baitul Mal seraya mengangkat kedua tangannya ke atas, “Ya Allah, ampunilah Amirul Mukminin.” Meski demikian, Umarb tetap memberhentikannya sebagai amir Bahrain. Tidak lama pasca peristiwa itu, Umar memanggil Abu Hurayrah untuk menawarkan keamiran di wilayah yang baru, namun Abu Hurayrah menolak. Umar heran dan menanyakan alas an penolakannya. Abu Hurayrah menjawab, “Agar kehormatanku tidak tercela, hartaku tidak dirampas dan punggungku tidak dipukul.” Kemudian Abu Hurayrah mengucapkan kata-kata hikmah yang patut direnungkan oleh setiap pemimpin,

“Dan aku takut memutuskan sesuatu tanpa ilmu dan bicara tanpa belas kasih.”

Gelar Abu hurayrah (Bapak kucing kecil) karena dia sangat penyayang kepada kucing kecil yang dimilikinya. Abdullah bin Rafi bertanya, “Kenapa engkau diberi gelar Abu Hurayrah?, dia menjawab, “Saya adalah penggembala kambing keluarga saya dan saya mempunyai seekor kucing kecil, ketika malam datang, maka saya letakkan kucing itu di atas pohon, ketika siang menyambut, maka saya bermain-main dengan kucing itu. Maka orang-orang mengenal saya dengan sebutan Abu Hurayrah.” (HR. At-Tirmidzi)

Abu Hurayrah meninggal pada usia 78 tahun dan dimakamkan di pemakaman Baqi’ dekat Masjid Nabawi di . (T/P011/R02)

Sumber: Buku ‘Ash-Shuffah’ karya KH. Yakhsyallah Mansur, MA dan lainnya.

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Comments: 0