Al-Quran Pedoman Hidup Manusia (Memaknai Nuzulul Quran)

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Tanggal 17 Ramadhan, sebagian besar kaum Muslimin di Indonesia memperingati malam Nuzulul Qur’an (Turunnya Al-Quran).

Pada tanggal 17 Ramadhan itulah, seperti pendapat para ulama menyebutkan sebagai tanggal wahyu pertama kali diturunkan kepada Rasulullah Shalllahu ‘Alaihi Wasallam

Kandungan isi Al-Quran merupakan pedoman hidup dan petunjuk bagi umat manusia untuk memperoleh keselamatan, kebahagiaan dan keridhaan Allah.

Allah yang menciptakan manusia, maka sangat wajar kalau Allah pulalah yang membuat pedoman hidup manusia itu sendiri. Kalau mau diumpamakan, pabrik elektronik merek X tentu akan mengeluarkan pedoman atau petunjuk bagaimana menggunakan benda elektronik merek X tersebut. Kalau menggunakan petunjuk pabrik lain atau petunjuk benda elektronik lain, tentu sedikit banyaknya akan bermasalah. Bahkan tidak cocok, lalu mudah rusaklah barang tersebut.

Apatah lagi ini soal hidup dan kehidupan manusia. Bagaimana manusia menghadapi kehidupan, bagaimana makanan yang halal, pekerjaan yang baik, sistem berkeluarga, bertetangga dan bermasyarakat. Semua diatur oleh Sang Pencipta, Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang termaktub di dalam Al-Quran.

Allah menyebutkan di dalam ayat:

شَہۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدً۬ى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِ‌ۚ…..

Artinya:  “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang haq dan yang batil)…..”. (QS Al-Baqarah [2]: 185).

Imam Al-Qurthubi di dalam tafsirnya menjelaskan, bahwa Al-Quran sebagai petunjuk maknanya, Al-Quran secara keseluruhan jika dikaji dan diteliti secara mendalam, akan menghasilkan hukum halal dan haram, nasihat-nasihat, serta hukum-hukum yang penuh hikmah.

Al-Hafidz Al-Suyuthi juga menjelaskan, bahwa Al-Quran mengandung petunjuk yang dapat menghindarkan seseorang dari kesesatan, ayat-ayatnya sangat jelas serta berisi hukum-hukum yang menunjukkan seseorang kepada jalan yang benar.

Karena itu bagi orang-orang beriman, tidak ada pilihan lain kecuali meyakini, mengimani dan mengamalkan Al-Qurand alam kehidupan sehari-hari, sebagai konsekwensi logis atas keislamannya.

Bacaan Mulia

Sebagai pedoman hidup, Al-Quran merupakan bacaan mulia. Al-Quranul Karim adalah bacaan yang paling mulia, karena ia merupakan kalam Allah Yang Maha Mulia, dibawa oleh malaikat yang mulia Jibril Alaihis Salam, diterima oleh Rasul-Nya yang mulia Muhammad Shallallahu ’Alaihi Wasallam, awal mula diturunkan pun pada bulan paling mulia yakni bulan suci Ramadhan. Diimani dan diikuti oleh umatnya yang mulia, yakni umat Islam.

Allah menyebutnya dengan:

إِنَّهُ ۥ لَقُرۡءَانٌ۬ كَرِيمٌ۬

Artinya: “Sesungguhnya Al Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia”.  (QS Al-Waqi’ah [56]: 77).

Karena itu, orang yang mengetahui kemuliaan Al-Quran, ia pasti akan mencintanya, membacanya, menghayati kandungan isinya, dan berusaha menghafal ayat demi ayat-Nya.

Lebih dari itu yang paling penting adalah dan yang paling pokok adalah berusaha mengamalkannya secara keseluruhan kaaffaah (totalitas) dalam kehidupan sehari-hari.

Karena Al-Quran sebagai bacaan yang mulia itulah, maka seorang muslim yang membacanya pun akan mendapatkan pahala dari huruf demi huruf yang dibacanya.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf; tetapi alif satu huruf; lam satu huruf dan mim satu huruf.” (HR At-Tirmidzi).

Orang yang mahir membaca Al Qur’an, ia akan bersama para malaikat mulia yang selalu berbakti. Adapun orang yang membaca Al Qur’an dan bacaannya belum bagus dan merasa kesulitan, ia akan memperoleh dua pahala.” (HR Muslim)

Oleh karena itu, sesuai dengan namanya, Al-Quran adalah bacaan, maka kita sendirilah yang menjadikan Al-Quran itu menjadi Al-Quran bagi diri kita sendiri. Bagi orang yang melalaikan Al-Quran sebagai bacaan, berarti ia sendiri telah menghilangkan Al-Quran itu sendiri dalam kehidupannya. Na’udzubillahi min dzalik.

Apalagi pada bulan suci Ramadhan ini, maka setiap tadarus ayat demi ayat, akan diganjar pahala berlipat-lipat ganda dari Allah.

Pada bulan Ramadhan pulalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bertadarus Al-Quran bersama Malaikat Jibril ‘Alaihis Salam.

Obat Penawar dan Rahmat

Al-Quran sebagai pedoman hidup, juga berisi obat penawar dari segala penyakit dan problematika serta tanda kasih sayang (rahmat) bagi hamba-hamba-Nya.

Allah berfirman

وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٌ۬ وَرَحۡمَةٌ۬ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ‌ۙ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّـٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارً۬ا

Artinya : “Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzalim selain kerugian.” (QS Al-Isra [17]: 82).

Al-Quran dapat menjadi obat penawar dari hati yang gundah dan pikiran resah.

Ini sebagaimana dikisahkan. Pada suatu  hari, seseorang menemui sahabat Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu, salah satu sahabat besar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, untuk meminta nasihat. Katanya, ”Wahai Ibnu Mas’ud, berilah nasihat yang dapat kujadikan sebagai obat bagi jiwaku yang sedang gelisah. Dalam beberapa hari ini, aku merasa tidak sakinah, jiwaku resah, dan pikiranku gundah. Makan tak enak, tidur pun tak nyenyak.”

Maka, Ibnu Mas’ud menasihatinya, ”Kalau itu penyakit yang menimpamu, bawalah dirimu mengunjungi tiga tempat. Pertama, datanglah ke tempat orang yang sedang membaca Al-Quran. Di sana, engkau ikut membaca Al-Quran atau cukup mendengarkannya dengan baik. Kedua, pergilah ke tempat majelis ta’lim yang mengingatkan hati kepada Allah. Ketiga, carilah tempat yang sepi di malam sunyi. Di sana, engkau menyendiri bersama Allah waktu tengah malam buta untuk shalat tahajud. Lalu, mintalah kepada Allah ketenangan jiwa, ketenteraman pikiran, dan kemurnian hati.”

Setelah orang itu kembali ke rumahnya, nasihat sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam itu diamalkan. Dia pergi mengambil air wudhu, lalu mengambil Al-Quran. Dia membacanya dengan hati yang khusyuk. Selesai membaca Al-Quran, maka berubahlah jiwanya, menjadi tenang, pikirannya kembali tenteram, dan kegelisahannya pun hilang berkat bacaan Al-Quran.

Begitulah Al-Quran merupakan obat penawar bagi siapa yang menikmatinya.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun menegaskan, ”Kepada kaum yang suka berjamaah di rumah-rumah ibadah, membaca Alquran secara bergiliran, dan saling mengajarkan sesama, akan turunlah kepada mereka ketenangan dan ketenteraman, terlimpah kepadanya rahmat, dijaga oleh malaikat, dan Allah akan selalu mengingat mereka.” (HR Muslim dari Abu Hurairah).

Karenanya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkan keadaan setiap penghuni rumah tangga Muslim agar menghiasi rumahnya dengan memperbanyak alunan ayat-ayat suci Al-Quran. Sebab, rumah yang di dalamnya tidak dibacakan ayat-ayat Alquran akan banyak keburukan perilaku, kegersangan jiwa, dan kesempitan pandangan kehidupan.

Jangan memperbanyak rumah dengan musik-musik, acara-acara televisi dan aneka permainan yang hanya lebih banyak membuat lalai pada ibadah, dzikrullah dan amal shalih.

Penutup

Dengan membaca Al-Quran, berinteraksi dengan Al-Quran, senantiasa terhubung dengan Al-Quran (terhubung dengan Allah), maka akan mampu memberikan spirit, inspirasi, dan motivasi dalam kehidupan.

Di sinilah Al-Quran dikatakan sebagai mukjizat dan rahmat yang tiada taranya bagi manusia dan alam semesta. Di dalamnya terkumpul wahyu Allah yang menjadi petunjuk, pedoman, dan pelajaran bagi siapa saja yang mempercayai dan mengamalkannya.

Ini makna terdalam dari Nuzulul Quran. Semoga kita dapat mengamalkannya. Aamiin. (RS2/P1)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.