AL-BATTANI ILMUAN MUSLIM PENELITI PLANET-PLANET

Al-Battani
Al-Battani

Oleh: Annisa Fithri Nurjannah Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam STAI AL FATAH Cileungsi, Bogor, Jawa Barat

Kemajuan pearadaban Islam beserta perkembangan pesat ilmu pengetahuan yang melekat padanya, khususnya dalam bidang astronomi telah diakui oleh dunia setelah peradaban Yunani. Selama kurang lebih 14 abad, Islam memimpin peradaban dunia dan memecah rekor sebagai pearadaban yang paling lama memiliki kejayaan.

Khilafah Islam dengan sistem pemerintahannya telah terbukti menjadi negara terdepan pada masa kejayaannya. Tidak hanya bermanfaat bagi Islam sendiri tetapi juga mampu menerangi kehidupan bangsa lain yang masih gelap dengan ilmu pengetahuan khususnya benua Eropa.

Biografi Beliau

Islam telah melahirkan banyak sekali pakar-pakar dalam berbagai ilmu pengetahuan khususnya dalam hal astronomi. Sebut saja salah satunya adalah Abu Abdullah Muhammad Ibn Jabir Ibn Sin’an Al-Battanial-Harrani, yang lebih dikenal dengan sebutan al-Battani. Al-Battani merupakan salah satu astronom terhebat dalam sejarah pearadaban Islam. Hal ini terbukti dari karya-karya yang dihasilkannya, yang menjadi landasan ilmu astronomi masa kini.

Dilihat dari latar belakang keluarganya, Al-Battani memiliki keturunan darah ilmuwan. Ayahandanya yang bernama Jabir ibn Sin’an juga seorang pakar sains terkenal. Sang ayah telah mengarahkan Al-Battani untuk menekuni dunia pengetahuan sejak kecil. Menginjak remaja ia berhijrah ke Raqqa yang terletak di pinggir Euprates, untuk menekuni bidang sains. Beberapa saat kemudian, ia meninggalkan Harran menuju Raqqa yang terletak di tepi Sungai Eufrat, di sana ia melanjutkan pendidikannya. Di kota inilah ia melakukan beragam penelitian hingga ia menemukan berbagai penemuan cemerlangnya. Pada saat itu, Raqqa menjadi terkenal dan mencapai kemakmuran.

Ini disebabkan karena khalifah Harun al-Rasyid, khalifah kelima dalam dinasti Abbasiyah, pada 14 September 786 membangun sejumlah istana di kota tersebut. Ini merupakan penghargaan atas sejumlah penemuan yang dihasilkan oleh penelitian yang dilakukan al-Battani. Usai pembangunan sejumlah istana di Raqqa, kota ini menjadi pusat kegiatan baik ilmu pengetahuan maupun perniagaan yang ramai.

Pada penghujung abad ke-9, al-Battani hijrah ke Samara, dan bekerja disana hingga ia meninggal dunia pada 929M. Al-Battani meninggal dunia dalam perjalanan dari Raqqa ke Baghdad. Perjalanan ini dilakukan sebagai bentuk protes kerana beliau dikenakan pajak yang berlebih. Al-Battani memang mencapai Baghdad untuk menyampaikan keluhannya kepada pihak pemerintah. Namun, beliau menghembuskan nafas akhirnya ketika dalam perjalanan pulang dari Baghdad ke Raqqa.

Sejak tahun 877 sampai 929M, Al-Battani telah membuat banyak kajian dan pelajaran dalam bidang astronomi sampai berhasil menemukan berbagai karya ilmiah.

Karya-karyanya

Ketertarikan Al-Battani pada benda-benda langit membuatnya menekuni bidang astronomi. Ia mendapat pendidikan tersebut dari sang ayah, Jabir Ibn San’an Al-Battani, yang juga seorang ilmuwan. Dengan kecerdasannya, Al-Battani mampu menguasai semua pelajaran yang diberikan ayahnya dan menggunakan sejumlah peralatan astronomi dalam waktu yang cukup singkat. Beberapa waktu kemudian, ia meninggalkan Harran menuju kota Raqqa yang terletak di tepi sungai Eufrat. Di kota ini, ia melanjutkan pendidikan dan mulai melakukan bermacam penelitian, yang kemudian menghasilkan sejumlah penemuan penting yang berguna bagi masyarakat dan pemerintah.

Dalam kitab Al-Fihrist sebuah karya bibliografi terbesar sepanjang masa yang ditulis Ibnu al-Nadim pada abad ke-10 M, menggambarkan seorang al-Battani sebagai salah satu observer terkenal dan tokoh besar dalam bidang geometri, astronomi teoretis praktis dan astrologi. Dalam al-Fihrist disebutkan juga bahwa Al-Battani telah menyusun karya yang berisi data pengamatan matahari dan bulan dan deskripsi yang lebih akurat tentang pergerakan matahari dan bulan, lebih akurat daripada yang diberikan Ptolomeus dalam Ptolemy “Almagest” (sebuah risalah astronomi yang mengemukakan gerakan kompleks bintang-bintang dan lintasan planet).

Al-Battani menjelaskan pergerakan lima planet melalui pengamatan yang ia lakukan. Ia juga berhasil membuat dan melakukan perhitungan astronomi lainnya yang amat berguna di masa kini. Perhitungan periode revolusi bumi mengelilingi matahari selama 365 hari, 5 jam, 46 menit, dan 24 detik merupakan salah satu penemuannya yang patut diacungi jempol karena hampir mendekati nilai sebenarnya yang sekarang ini dianggap lebih akurat. Kemudian penentuan kemiringan bidang ekliptik, orbit matahari dan panjang musim dengan sangat akurat. Penentuan hilal juga ia jelaskan sebagai cara menentukan batas pergantian dari satu bulan (month) ke bulan lainnya.

Salah satu dari karyanya yang paling populer adalah Al-Zij Al-Sabi yang banyak diterjemahkan oleh negara-negara barat. Misalnya saja dalam bahasa latin diterjemahkan sebagai De Scienta Stellarum- De Numeris Stellarum et Motibus. Yang hingga saat ini masih tersimpan di Vatikan, Roma, Italia.

Buku ini juga diterjemahkan dalam berbagai negara dan tersebar secara luas di seluruh dunia. Kitab itu sangat bernilai dan dijadikan rujukan para ahli astronomi Barat selama beberapa abad. Di dalam kitab itu ditulis berbagai penemuannya, seperti penentuan perkiraan awal bulan baru atau hilal, perkiraan panjang matahari, dan  koreksi atas hasil perhitungan Ptolemeus mengenai orbit bulan dan planet-planet tertentu.

Di buku tersebut juga, al-Battani mengembangkan metode untuk menghitung gerakan dan orbit planet-planet. Tidak heran, jika buku ini mendapatkan peran penting dalam merenovasi astronomi modern yang berkembang di Eropa. Tokoh-tokoh astronomi Eropa seperti Copernicus, Regiomantanus, Kepler, dan Peubach konon bisa berhasil dalam ilmu astronomi berkat jasa al-Battani. Bahkan Copernicus dalam bukunya De Revoltionibus Orbium Clestium mengaku berutang budi pada Al-Battani. Dan beberapa istilah dalam astronomi bola seperti azimuth, zenith, dan nadir juga berasal dari mulut al-Battani.

Sekilas tentang Kitab Zij al-Battani

Buku al-Battani tentang astronomi yang paling terkenal adalah Kitab al-Zij. Menurut Doktor Abdul Halim bahwa kitab Zij ash-Shabi’ merupakan hasil karya teragung dari al-Battani yang berisi tentang hasil-hasil perhitungan dan tabel-tabel falak, gerakan bintang pada orbitnya, serta dapat juga untuk menghitung bulan, hari dan tanggal. Dalam Zij ash-Shabi’ ini juga dapat diketahui tentang titik terjauh bintang (الأوج) dan titik terdekat (الحضيض) dari bumi. Berdasarkan hasil pengamatan al-Battani bahwa titik terjauh antara bumi dan matahari bertambah 16º 47′.

Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12 dengan judul De Scienta Stellerum u De Numeris Stellerum et Motibus oleh Plato dari Tivoli. Terjemahan tertua dari karyanya itu masih ada di Vatikan. Terjemahan buku tersebut tidak hanya dalam bahasa latin tetapi juga bahasa lainnya.

Terjemahan ini keluar pada 1116 sedangkan edisi cetaknya beredar pada 1537 dan pada 1645. Sementara terjemahan karya tersebut ke dalam bahasa Spanyol muncul pada abad ke-13. Pada masa selanjutnya baik terjemahan karya Al-Battani dalam bahasa Latin maupun Spanyol tetap bertahan dan digunakan secara luas.Tidak heran bila tulisannya, sangat memberikan pengaruh bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa hingga datangnya masa pencerahan. Dalam Fihrist, yang dikompilasi Ibn an-Nadim pada 988, karya ini merupakan kumpulan berpengaruh pada abad ke-10, dinyatakan bahwa Al-Battani merupakan ahli astronomi yang memberikan gambaran akurat mengenai bulan dan matahari.

Kitab Zij ash-Shabi’ sejauh ini yang paling penting karyanya. Buku ini berisi 57 bab, dimulai dengan deskripsi pembagian bola langit ke dalam tanda-tanda zodiak dan ke derajat. Latar belakang yang diperlukan alat-alat ini kemudian diperkenalkan (seperti operasi hitung pada pecahan sexagesimal dan fungsi trigonometri). Bab 49 melalui 55 masalah astrologi, sedangkan bab 56 membahas pembangunan sebuah jam matahari. Bab terakhir membahas pembangunan sejumlah instrumen astronomi.

Pencapaian utama dari Zij ash-Shabi’, beliau berhasil dengan  489 katalog  bintang. Al-Battani menyempurnakan nilai-nilai yang ada untuk panjang tahun yaitu 365 hari 5 jam 48 menit 24 detik, dan dari musim.

Sedikit memaparkan muqaddimah dari kitab ini, bahwa pada awal kitab ini disebutkan tentang pembagian musim yang ada di bumi ada empat yaitu, musim gugur, musim semi, musim panas dan musim dingin. Pembagian rasi bintang ada 12 yaitu rasi Haml, rasi Tsaur, rasi Jauza’, rasi Sarathan, rasi Asad, rasi Sunbulah, rasi Mizan, rasi ‘Aqrab, rasi Qaus, rasi Jadyu, rasi Dalwu dan rasi Hut, dimana setiap rasi bernilai 30º. Setiap 1º bernilai 60 menit, setiap satu menit bernilai 60 detik.

Dalam kitab ini menggunakan istilah-istilah seperti derajat, daqiqah, tsawani, tsawalis, rawabi’ dan seterusnya. Pada awal kitab ini juga diperkenalkan tentang perkalian yaitu mengalikan anatara satu unsur dengan unsur yang lainnya. Jika dalam perkalian busur, maka ketika derajat dikali derajat hasilnya derajat, daqiqah dikalikan dengan daqiqah hasilnya tsawani, daqiqah dikalikan dengan tsawani hasilnya tsawalis, tsawani dikalikan tsawani hasilnya rawabi’, tsawani dikalikan tsawalis hasilnya khowamis begitu seterusnya.

Perjalanan ilmu pengetahuan dari dulu hingga saat ini terus mengalami perkembangan cukup pesat, terbukti dengan banyak sekali penemuan-penemuan termasuk pada bidang astronomi. Islam sendiri dalam perkembangan peradabannya juga telah menghasilkan banyak saintis handal. Namun meski ilmu pengetahuan terutama astronomi terus berkembang, ternyata kita melupakan satu hal bahwa ternyata saintis muslim ikut mewarnai perkembangan pengetahuan tersebut.

Pendekatan historis yang tidak pernah diakses sehingga hampir menutup mata kita bahwa lebih dari berabad-abad yang lalu Al-Battani seorang astronom terkemuka pada jamannya telah menciptakan sebuah kitab yang pada saat itu sangat fenomenal serta menjadi pondasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan saat ini. Sehingga kitab ini layak menjadi referensi bagi kita sebagai penuntut ilmu falak. (anj/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Admin

Editor: Rana Setiawan

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0