Beijing, MINA – Perwakilan dari lima perusahaan China tiba di Afghanistan dengan visa khusus untuk mengeksplorasi sumber daya lithium di negara itu yang diperkirakan bernilai USD1 triliun.
Menurut laporan Anadolu Agency pada Sabtu (27/11) dari media pemerintah China, para pejabat sedang berkunjung ke tempat untuk mengeksplorasi ekstraksi logam yang merupakan sumber daya kritis langka yang digunakan dalam baterai dan teknologi lain yang dianggap penting untuk mengatasi krisis iklim.
Eksplorasi mineral tersebut dilakukan di tengah risiko saat pemerintah sementara di Afghanistan mencoba untuk mengkonsolidasikan kekuasaan.
Yu Minghui, direktur China dari Komite Promosi Ekonomi dan Perdagangan China-Arab, mengatakan visa khusus tersedia setelah berkoordinasi dengan Kementerian Pertambangan Afghanistan.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Menurut Yu, para pejabat perusahaan China khawatir tentang jaminan dasar keamanan dan ketertiban sosial di Afghanistan.
“Beberapa percaya hubungan persahabatan antara China dan Afghanistan kondusif untuk operasi perusahaan China,” kata Yu.
China merupakan pendukung utama pemerintah sementara yang dipimpin Taliban di Afghanistan setelah pasukan Amerika Serikat keluar pada Agustus dan sejak itu terbukti menjadi penyumbang terbesar untuk bantuan kemanusiaan. (T/RE1/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah