Hakim di Alberta Perbolehkan Siswa Muslim Salat di Sekolah

, 15 Dzulqa’dah 1437/18 Agustus 2016 (MINA) – Siswa Muslim di sekolah swasta di Alberta, Kanada, bakal diizinkan menunaikan salat di lingkungan sekolah setelah hakim mengeluarkan putusan hak asasi manusia yang menolak perlakukan diskriminatif sekolah terhadap mereka.

“Pengadilan menerapkan prinsip-prinsip hukum yang berkedudukan kuat. Selama bertahun-tahun, sekolah negeri dan swasta telah diminta untuk mematuhi undang-undang hak asasi manusia dalam memberikan jasa pendidikan kepada publik,” kata Hakim Glen Poelman seperti dilaporkan Toronto Star, Rabu (17/8) waktu setempat.

“Diskriminasi (pembedaan) diizinkan hanya ketika masuk akal dan dibenarkan sebagaimana ditentukan oleh prinsip-prinsip yang berkedudukan kuat,” tambah putusan itu.

Pengadilan Komisi Hak Asasi Manusia Alberta menemukan pada 2015 bahwa SMA Webber Academy di Calgary, Provinsi Alberta, telah melanggar hukum kerena mendiskriminasi siswa Muslim. Pengadilan kemudian mendenda sekolah itu US$26.000 (Rp340 juta).

Keputusan tersebut muncul setelah dua siswa Muslim, Sarmad Amir dan Naman Siddiqui, yang duduk di bangku Kelas 9 dan 10, memberikan kesaksian di pengadilan bahwa salat hukumnya wajib dalam Islam.

Pihak sekolah pernah menegur dua siswa tersebut dengan mengatakan cara mereka beribadah ‘terlalu kentara’ di lingkungan sekolah nonagama. Namun Siddiqui dan Amir tetap menunaikan salat secara diam-diam di sekolah, atau bahkan di luar ruangan di salju.

“Saya merasa terhina dan sangat dipermalukan, padahal saya hanya menggunakan hak saya sebagai warga negara Kanada, sebagai manusia, untuk mengamalkan iman (agama) saya,” Siddiqui bersaksi di depan pengadilan hak asasi manusia.

Keputusan hakim disambut dengan gembira oleh Syed Soharwardy, seorang imam di Calgary yang juga pendiri dan Presiden Dewan Agung Islam Kanada.

“Saya setuju dengan keputusan itu karena anak-anak itu hanya melaksanakan hak-hak mereka dan hak-hak mereka harus dihormati,” kata Soharwardy dari Majelis Islam Calgary Al-Madinah.

“Mereka (Siddiqui dan Amir) tidak menyebabkan gangguan apapun. Mereka hanya berdoa. Kita harus menghormati hak-hak setiap warga negara Kanada dan mereka memiliki hak untuk beribadah,” tegasnya.

Ia mengimbau pihak Webber Academy agar mengubah kebijakannya dan mengizinkan semua denominasi (umat agama) beribadah kapan pun mereka mau.

Terlepas dari hasil putusan pengadilan, Soharwardy memuji sikap Webber Academy dan ia tidak yakin bahwa langkah sekolah yang melarang dua siswa itu untuk salat mengandung unsur kebencian.

“Saya tidak percaya mereka punya niat buruk untuk menghentikan anak-anak muda itu dari menunaikan salat,” kata dia. “Saya pikir mereka (sekolah) hanya tidak memahami hak-hak hukum yang dimiliki anak-anak itu. Saya tidak percaya itu adalah sikap rasis,” tambahnya.

Sementara pendiri yang sekaligus Presiden Webber Academy, Neil Webber, mengaku kecewa dengan putusan pengadilan. “Ini bukan apa yang kita harapkan,” ujar Webber.

“Kami ingin memastikan bahwa siswa-siswa di sekolah kami mampu melanjutkan studi mereka tanpa gangguan yang disebabkan oleh kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh anggota kelompok agama manapun di kampus ini,” kata dia.

Muslim mewakili 3,2% dari total penduduk Kanada. Kantor statistik negara, Statistic Canada, mengungkapkan muslim adalah komunitas agama yang paling cepat berkembang di ‘Negeri Mapel’.

Populasi Muslim Kanada meningkat 82% selama dekade terakhir, dari sekitar 579.000 jiwa pada 2001 menjadi lebih dari 1 juta orang pada tahun 2011. (T/P022/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Syauqi S

Editor: Bahron Ansori

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.