Jagalah Anak Perempuan Seperti Memegang Telur

Oleh Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Keluarga Rustam adalah keluarga perantau. Kampung halaman mereka di salah satu kota di Jawa Tengah. Mereka pernah bertransmigrasi ke Kalimantan. Kemudian kembali lagi ke kampung.

Rustam memiliki empat tanpa ada anak lelaki. Kedua anak tertuanya yang sudah dewasa merantau ke Surabaya dan Jakarta mencari kerja dan kemudian bekerja sebagai karyawan pabrik.

Ketika Rustam masih hidup, dua anak tertuanya mengalami nasib buruk dalam pergaulan. Sebut saja anak tertua bernama Ani dan anak kedua bernama Rita.

Rita, anak kedua, terpaksa harus pindah agama ke Kristen setelah bergelar MBA (Married by Accident). Rita sebelumnya berpacaran dengan seorang pria asal Nusa Tenggara Timur, kemudian pacaran mereka melanggar batas terburuk. Ternyata lelaki yang dipacari dan yang menidurinya adalah seorang misionaris salib. Rita pun akhirnya dibawa ke NTT dan hidup sebagai “domba yang diselamatkan” hingga sekarang.

Ani, bernasib sama kehilangan kesuciannya di tangan sang pacar, di masa ia bekerja sebagai karyawan sebuah pabrik. Namun, hubungan haram itu tidak sampai membuat Ani hamil. Setelah itu, sang pacar pun menghilang karena ditangkap polisi dan dipenjara, terkait penggunaan narkoba.

Namun, bisa jadi alangkah sedihnya Rustam, jika mengetahui kedua anak gadisnya yang termuda, di masa mereka dewasa, harus mengalami nasib tidak lebih baik, yaitu hamil sebelum menikah.

Kisah nyata yang tidak menyebutkan nama aslinya ini, mewakili banyak cerita dari seorang ayah dan para anak gadis. Mungkin jika diketahui, angkanya pasti sangat mengagetkan.

Ada pula Tata. Ia dipaksa punya cucu tanpa punya menantu. Yuni (bukan nama sebenarnya), putri sulungnya hamil setelah “dikerjain” oleh teman laki-lakinya di sebuah pesta perayaan kemenangan tim basket sekolah mereka. Dalam hingar bingar pesta yang penuh ceria itu, sang gadis tidak sadar bahwa air minumnya telah dicampur obat perangsang.

Jika Rustam dan keempat puterinya dari keuarga miskin dengan ekonomi yang sangat pas, Tata justeru berasal dari keluarga pendidik dan berekonomi menengah ke atas.

Belakangan ini, marak tindak kejahatan seksual berupa pemerkosaan berujung pembunuhan yang sudah melampaui batas-batas karakter seorang manusia. Selalu korbannya adalah anak perempuan.

Ilustrasi memegang telur. (dok. Tafsiranmimpi.com)
Ilustrasi memegang telur. (dok. Tafsiranmimpi.com)

Menjaga seperti memegang telur

Di zaman yang bisa dikatakan sangat berbahaya ini, sangat wajib mendidik dan menjaga anak-anaknya agar tidak celaka moral dan celaka fisik. Terutama dalam menjaga anak perempuan yang fitrahnya memang sangat rentan.

Karena kerentanan bagi anak perempuan, Allah memberi janji khusus kepada para orang tua yang bisa merawat dan menjaga anak perempuan mereka dengan baik.

Dari  Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata,

جَاءَتْنِى امْرَأَةٌ وَمَعَهَا ابْنَتَانِ لَهَا فَسَأَلَتْنِى فَلَمْ تَجِدْ عِنْدِى شَيْئًا غَيْرَ تَمْرَةٍ وَاحِدَةٍ فَأَعْطَيْتُهَا إِيَّاهَا فَأَخَذَتْهَا فَقَسَمَتْهَا بَيْنَ ابْنَتَيْهَا وَلَمْ تَأْكُلْ مِنْهَا شَيْئًا ثُمَّ قَامَتْ فَخَرَجَتْ وَابْنَتَاهَا فَدَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- فَحَدَّثْتُهُ حَدِيثَهَا فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « مَنِ ابْتُلِىَ مِنَ الْبَنَاتِ بِشَىْءٍ فَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّارِ »

Artinya, “Ada seorang wanita yang datang menemuiku dengan membawa dua anak perempuannya. Dia meminta-minta kepadaku, namun aku tidak mempunyai apapun kecuali satu buah kurma. Lalu akau berikan sebuah kurma tersebut untuknya. Wanita itu menerima kurma tersebut dan membaginya menjadi dua untuk diberikan kepada kedua anaknya, sementara dia sendiri tidak ikut memakannya. Kemudian wanita itu bangkit dan keluar bersama anaknya. Setelah itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang dan aku ceritakan peristiwa tadi kepada beliau, maka Nabi shallallhu ‘alaii wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang diuji dengan anak-anak perempuan, kemudia dia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalang dari siksa api neraka” (HR. Muslim 2629).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah menunjukkan cara memperlakukan kaum wanita, baik para isteri maupun kepada anak-anak perempuan.

Rasululluh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

وَاسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا فَإِنَّمَا هُنَّ عَوَانٌ عِنْدَكُمْ

Artinya, “Pergaulilah wanita dengan baik, sesungguhnya mereka adalah tawanan bagimu.” (HR. Tirmidzi (1163), Ibnu Majah (1851), dan Ahmad (20714), Al-Albani menyatakan hadits ini hasan).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengumpamakan mereka seperti tawanan, sebab kepemimpinan itu ada di tangan laki-laki. Putusan talak juga berada di tangan laki-laki. Adanya kekuatan pada laki-laki dan kelemahan pada perempuan sering membawanya kepada sebuah kondisi yang sulit. Karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ingin menumbuhkan kasih sayang laki-laki kepada mereka dengan sabda beliau,

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي

Artinya, “Orang yang paling baik di antara kalian ialah orang yang paling baik terhadap keluarganya, dan akulah yang paling baik kepada keluargaku.” (HR. Tirmidzi (3895), Ibnu Majah (1977), Ibnu Hibban (4177), dan Thabrani (853). Al-Albani menyatakan hadits ini shahih dalam Shahih Al-Jami’ (3314)).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyuruh kaum Muslimin untuk tidak membenci perempuan walaupun ada tabiat yang kurang baik pada diri mereka. Beliau bersabda,

لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ

Artinya, ”Janganlah seorang mukmin benci kepada seorang mukminah. Apabila ada perilaku yang dia tidak senangi darinya, maka ada bagian lainnya yang dia sukai.” (HR. Muslim (1469), Abu Ya’la (6418), dan Baihaqi (14504))

Orang tua pun berkewajiban menjaga penampilan para anak gadisnya dengan memberinya pakaian yang menutup aurat dan menyuruhnya berpakaian menurut syariat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّبِىُّ قُل لِّأَزۡوَٲجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ يُدۡنِينَ عَلَيۡہِنَّ مِن جَلَـٰبِيبِهِنَّۚ ذَٲلِكَ أَدۡنَىٰٓ أَن يُعۡرَفۡنَ فَلَا يُؤۡذَيۡنَۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورً۬ا رَّحِيمً۬ا

Artinya, “Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang beriman, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka’. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS. Al-Ahzab [33] ayat 59).

Orang tua pun berkewajiban menjaga keberadaan puteri-puterinya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَقَرۡنَ فِى بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجۡنَ تَبَرُّجَ ٱلۡجَـٰهِلِيَّةِ ٱلۡأُولَىٰۖ وَأَقِمۡنَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتِينَ ٱلزَّڪَوٰةَ وَأَطِعۡنَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۚ ۥۤ إِنَّمَا يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيُذۡهِبَ عَنڪُمُ ٱلرِّجۡسَ أَهۡلَ ٱلۡبَيۡتِ وَيُطَهِّرَكُمۡ تَطۡهِيرً۬ا

Artinya, “Dan hendaklah kamu (istri-istri Nabi) tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu, dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS. Al-Ahzab [33] ayat 33).

Terbukti, dalam masyarakat kita, banyak sekali anak gadis dilepas oleh orang tuanya pergi merantau ke kota besar, bekerja seorang diri tanpa pendampingan orang tua, terkadang hanya dititipkan di dekat lingkungan kerabat yang sama-sama sibuk dengan pekerjaannya. Para gadis yang berasal dari desa-desa berbagai daerah harus tinggal di kontrakan hanya bersama teman sesama wanita dan keamanan mereka tidak terjamin.

Anak perempuan ibarat sebuah telur mentah yang ada di dalam genggaman orang tua. Jika digenggam terlalu kuat maka telurnya akan pecah. Jika genggamannya tidak baik, maka telur itu akan mudah lepas dari tangan dan jatuh pecah. Jadi, menjaga dan memelihara anak perempuan harus sangat berhati-hati.

Bukti bakti kepada orang tua

Anak gadis yang sudah terkena perangkap pergaulan bebas – hamil sebelum menikah atau sudah tidak suci lagi sebelum menikah – merupakan salah satu bentuk kedurhakaan anak kepada orang tua. Selain itu adalah bentuk perzinaan yang termasuk salah satu dosa besar, aib yang ditimbulkannya jelas sangat menyakiti perasaan kedua orang tua. Bahkan, jika melihat anak perempuannya bergaul dengan pemuda yang rusak akhlak dan moralnya, orang tua sudah merasakan kesedihan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلۡوَٲلِدَيۡنِ إِحۡسَـٰنًا‌ۚ إِمَّا يَبۡلُغَنَّ عِندَكَ ٱلۡڪِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوۡ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ۬ وَلَا تَنۡہَرۡهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوۡلاً۬ ڪَرِيمً۬ا # وَٱخۡفِضۡ لَهُمَا جَنَاحَ ٱلذُّلِّ مِنَ ٱلرَّحۡمَةِ وَقُل رَّبِّ ٱرۡحَمۡهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيرً۬ا

Artinya, “Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, ‘Wahai Rabb-ku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’.” (QS. Al-Israa [17] ayat 23-24).

Menjaga diri dengan mengikuti aturan Allah dan Rasul-Nya bagi anak-anak perempuan, adalah bagian dari bakti anak kepada kedua orang tuanya. Dengan baiknya seorang anak perempuan hingga tanggung jawab orang tua berpindah kepada menantu laki-lakinya, maka orang tua pun insya Allah akan selamat dari pertanyaan Allah nanti di hari pertanggungjawaban. Sebab, anak adalah amanah dari Allah yang dititipkan kepada para orang tua.

Dalam hadis disebutkan,

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا الْوَالِدِ، وَسُخْطُ الرَّبِّ فِي سُخْطِ الْوَالِدِ

Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallaahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Rida Allah bergantung kepada keridaan orang tua dan murka Allah bergantung kepada kemurkaan orang tua.” (HR. Bukhari, Ibnu Hibban, Tirmidzi, dan Al-Hakim. Syaikh al-Albani menshahihkan).

لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ

(P001/R01)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Rudi Hendrik

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.