Kajian Surat Al-Qadar, Meraih Malam Seribu Bulan

LAILATUL QADAR

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA

Secara harfiyah, terdiri dari dua kata, yakni Lail atau Lailah yang berarti malam hari, dan Qadar yang berarti  ukuran atau ketetapan.

Secara maknawi, Lailatul Qadar dapat dimaknai sebagai “malam yang agung, mulia, dan penuh barakah, yang lebih baik daripada seribu bulan”, atau disebut juga dengan malam penetapan Allah  bagi perjalanan hidup manusia.

Diturunkannya Al-Qur’an pada malam itu juga dipahami sebagai penetapan langkah hidup manusia yang harus dilalui dengan panduan Al-Quran tersebut.

Lailatul Qadar itu lebih utama daripada seribu bulan (sekitar 83,33 tahun).

Pada malam itu, para malaikat turun ke bumi dengan izin-Nya, sehingga sepanjang malam itu tersebar keselamatan bagi penduduk bumi hingga terbit fajar.

Sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ () وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ () لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْر ٍ() تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ () سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ ()

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. (1) Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? (2) Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (3) Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. (4) Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (5). (Q.S. Al-Qadar [97] : 1-5).

Lailatul Qadar dikatakan juga sebagai malam penuh keberkahan, seperti disebutkan dalam ayat:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

Artinya : “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Quran) pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan”. Q.S. Ad-Dukhan [44] : 3).

Di dalam hadits, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

إِنَّ هَذَا الشَّهْرَ قَدْ حَضَرَكُمْ وَفِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَهَا فَقَدْ حُرِمَ الْخَيْرَ كُلَّهُ وَلاَ يُحْرَمُ خَيْرَهَا إِلاَّ مَحْرُومٌ

Artinya : “Sesungguhnya bulan ini (Ramadhan) benar-benar telah datang kepadamu, padanya ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barangsiapa yang terhalang  (dari) nya, maka sungguh terhalang (dari) kebaikan semuanya. Dan tidak terhalang (dari) kebaikan, kecuali orang-orang yang bernasib buruk”. (HR Ibnu Majah dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu).

Asbabun Nuzul Surat Al-Qadar

Tentang Asbabun Nuzul (sebab turun) Surat Al-Qadar, disebutkan bahwa pada suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyampaikan kisah kepada para sahabatnya tentang mujahid dari Bani Israil (keturunan Nabi Ya’qub ‘Alaihis Salam) yang bernama Sam’un. Sam’un selama 1.000 bulan atau delapan puluh tiga tahun lebih, senantiasa berperang di jalan Allah, menegakkan agama Allah tanpa mengenal rasa lelah.

Para sahabat ketika mendengar cerita tersebut, mereka merasa sedih, kecil hati dan merasa iri dengan amal ibadah dan jihad Sam’un. Mereka ingin melakukan amal ibadah dan jihad yang sama seperti Sam’un. Akan tetapi bagaimanakah mungkin untuk melakukannya? Sedangkan umur kehidupan para sahabat dan umat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam jarang yang mencapai usia 83 tahun.

Pada umumnya hanya mencapai kisaran usia enam puluh sampai tujuh puluh tahun. Jarang yang lebih daripada usia 80 tahun.

Ketika para sahabat sedang merenungkan tentang hal itu, maka turunlah Malaikat Jibril ‘Alaihis Salam kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam membawa wahyu dan kabar gembira kepada dirinya  dan para sahabat.

Berkata Malaikat Jibril ‘Alaihis Salam, “Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menurunkan kepadamu Ya Rasulullah Surat Al-Qadar, yang di dalamnya terdapat kabar gembira untukmu dan umatmu, yakni Allah berkenan menurunkan Lailatul Qadr, di mana orang yang beramal pada Lailatul Qadar akan mendapatkan pahala lebih baik dan lebih besar dari pada seribu bulan”.

“Maka amal ibadah yang dikerjakan umatmu pada Lailatul Qadar akan lebih baik daripada seorang ahli ibadah dari kalangan Bani Israil yang berjihad selama delapan puluh tahun”. Lalu Malaikat Jibril membacakan surat Al-Qadar.

Dengan turunnya wahyu tersebut, Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabatnya merasa senang dan gembira. Maka beliau memerintahkan kepada para sahabatnya untuk berupaya menggapainya dengan sungguh-sungguh.

Kapan Turun Lailatul Qadar?

Dalam hal ini Allah dan Rasul-Nya memang tidak menyebutkan secara pasti kapan turunnya jatuhnya Lailatul Qadar tersebut. Hal ini bermaksud agar umat Islam lebih bersungguh-sungguh mencarinya di sepanjang malam-malam Ramadhan. Wabil khusus pada malam-malam sepuluh yang akhir, wabil khusus lagi pada malam-malam yang ganjil pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. Demikian menurut keterangan hadits :

فَابْتَغُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ وَابْتَغُوهَا فِي كُلِّ وِتْرٍ

Artinya : “Maka carilah malam Qadar itu pada sepuluh hari akhir dan carilah pada setiap malam ganjil”. (HR Bukhari dari Abu Said Al Khudri Radhiyallahu ‘Anhu).

Namun tentu akan lebih baik lagi jika kita berusaha mencarinya dengan berbagai ibdah dan amal shalih di sepanjang malam-malam Ramadhan, sehingga kemungkinan besar mendapatkannya akan lebih besar lagi.

Adapun doa yang dibaca pada Lailatul Qadar terdapat dalam hadits:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Artinya : “Ya Allah. Sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf,  suka memaafkan, maka maafkanlah aku”. (HR Ibnu Majah dan Ahmad dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha).

Bisa ditambah doa-doa lainnya, baik yang terdapat di dalam Al-Quran, Hadits atau bahasa kita sendiri. Kita memohon kepada Allah akan keperluan kita, baik urusan dunia maupun akhirat, serta kepentingan umat Islam secara keseluruhan, terutama untuk pembebasan Masjidil Aqsha.

Tanda Malam Lailatul Qadar

Beberapa tanda Lailatul Qadar antara lain disebutkan, baik dari hadits maupun atsar para sahabat. Di antaranya : Keadaan matahari di pagi hari, terbit berwarna putih tanpa memancarkan sinar ke segala penjuru. Ada juga tanda lainnya, seperti keadaan malam tidak panas, tidak juga dingin, matahari di pagi harinya tidak begitu cerah nampak kemerah-merahan.

Namun tanda tersebut tidak perlu dicari-cari. Seperti dikatakan Ibnu Hajar Al-Asqalani bahwa itu hanya tanda-tanda Lailatul Qadar. Namun itu semua tidaklah nampak kecuali setelah malam tersebut berlalu.

Tapi tidak usah diketahui tanda-tandanya pun, asalkan kita memperbanyak ibadah secara maksimal pada malam tersebut, Insya Allah Lailatul Qadar itu diperoleh.

Adapun tanda seseorang mendapatkan Lailatul Qadar, Syaikh Khalid Al-Mushlih  menyatakan bahwa tidak ada tanda khusus jika seseorang telah mendapatkan Lailatul Qadar. Kalau seorang Muslim memperbanyak beribadah pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, tentu akan mendapatkan malam penuh kemuliaan tersebut.

Kalaupun seseorang merasa mendapatkan Lailatul Qadar, ia tidak perlu bangga diri menceritakan kepada orang lain. Itu agar tidak menimbulkan ria dan bangga diri, serta tidak menimbulkan kekecewaan pada orang lain.

Ulama juga mengatakan, di antara tanda seseorang memperoleh Lailatul Qadar adalah ibadahnya menjadi lebih baik ke depannya. Ibadah dalam arti khusus seperti melaksanakan Rukun Islam, dan yang bersifat umum atau sosial seperti gemar bersedekah, menebar kebaikan dan kemaslahatan, meningkat kinerjanya, dsb.

Semoga kita mendapatkan kemuliaan Lailatul Qadar pada Ramadhan tahun ini. Aamiin. (A/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)