KONTRIBUSI INDONESIA UNTUK PALESTINA

Foto Kedubes

Foto Kedubes*Widi Kusnadi dan Rina Asrina

Indonesia menyelenggarakan konferensi kerjasama negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara untuk Pembangunan (CEAPAD) II di Jakarta, 28 Februari – 2 Maret 2014 dihadiri oleh Perdana Menteri Palestina, Rami Hamdallah, Menteri Luar Negeri (Menlu) Palestina, Riyad Malki, Menlu Afrika Selatan, Maite Nkoana- Mashabane, Menlu Jepang Fumio Kishida, perwakilan negara-negara Asia tenggara, 13 negara pemantau (observer), dan lima organisasi internasional. 

Kesediaan Indonesia sebagai tuan rumah CEAPAD II merupakan salah satu bentuk penegasan atas dukungan nyata pemerintah dan masyarakat Indonesia terhadap perjuangan rakyat Palestina.

Sebelumnya, pada konferensi CEAPAD I di Jepang, Februari 2013, Menlu RI Marti M Natalegawa menyatakan, Indonesia akan menggandeng pihak swasta untuk berperan aktif dalam pembangunan Palestina.

Konferensi ini sebenarnya diprakarsai oleh Jepang, mengingat sejumlah negara di Asia Timur dan Asia Tenggara menaruh perhatian serius terhadap perjuangan rakyat Palestina melawan pendudukan Israel.

Sejarah Indonesia- Palestina

Jika kita tengok sejarah, pada masa awal kemerdekaan Indonesia, Palestina merupakan salah satu negara yang pertama mengakui dan mendukung penuh kemerdekaan Indonesia. Syeikh Muhammad Amin Al-Husaini, Mufti Besar Palestina secara terbuka menyatakan dukungannya terhadap kemerdekaan Indonesia.

Bahkan dukungan tersebut telah diberikan Mufti Besar Palestina sejak 1944, setahun sebelum Sukarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan RI. Fakta sejarah ini belum banyak terungkap selama ini.

Gong dukungan untuk kemerdekaan Indonesia ini dimulai dari Palestina dan Mesir, seperti dikutip dari buku “Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri” yang ditulis oleh Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia, M. Zein Hassan Lc.

Berita mengenai dukungan Syekh Al-Husaini itu tersiar pada 6 September 1944 oleh Radio Berlin berbahasa Arab yang menyiarkan ‘ucapan selamat’ mufti Al-Husaini di Alam Islami. (beliau melarikan diri ke Jerman pada permulaan perang dunia dua).

Baca Juga:  MER-C Sayangkan Tindakan Represif Polisi terhadap Mahasiswa di AS

Berita disiarkan dua hari berturut-turut, bahkan harian “Al-Ahram” yang terkenal ketelitiannya juga menyiarkan. Syekh Al-Husaini dalam kapasitasnya sebagai mufti Palestina juga berkenan menyambut kedatangan delegasi “Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia” dan memberi dukungan penuh kepada mereka.

Bantuan Indonesia Kepada Palestina

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertemu Perdana Menteri Palestina Rami Hamdallah di Istana Negara, Jumat (28/2/2014) menandatangani beberapa nota kesepahaman.  Rami Hamdallah mengungkapkan, Indonesia menjadi sahabat baik bagi Palestina sejak dulu.

Bagi Palestina, Indonesia adalah sebuah contoh negara yang berhasil menyatukan semua masyarakatnya dengan damai. Rami menuturkan negaranya saat ini sedang berjuang menghadapi konflik intenal maupun eksternal.

Di bidang , Presiden menggarisbawahi komitmen dan langkah praktis Indonesia mendukung terwujudnya negara Palestina merdeka . “Ini posisi dasar kita yang terus jalankan sekarang dan ke depan. Indonesia akan berkontribusi menuju pencapaian cita-cita mulia itu,” kata Presiden.

Sejak 16 November 1988 lalu, Indonesia menjadi negara pertama yang secara resmi mendukung Dewan Nasional Palestina (Palestinian Nasional Council/PNC) untuk memproklamirkan negara Palestina Merdeka.

31 Desember 2011, Indonesia turut mendukung keanggotaan Palestina sebagai anggota badan PBB urusan pendidikan dan Kebudayaan, UNESCO. Indonesia juga menjadi sponsor utama dalam upaya pengakuan Palestina sebagai negara pemantau (non member observer state) di PBB.

Indonesia berharap proses perdamaian bisa selesai dengan baik sehingga negara Palestina merdeka segera terwujud. “Ini adalah bentuk solidaritas dan kontribusi Indonesia bagi masa depan Palestina. Indonesia menyakini Palestina akan tumbuh menjadi negara maju dan berhasil,” lanjut Presiden.

Bantuan di Bidang Kesehatan

Pembangunan Rumah Sakit (RS) Indonesia  di Bayt Lahiya, utara Jalur , Palestina yang rampung pada Februari  2014 merupakan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Indonesia.

Baca Juga:  Ismail Haniya: Tidak Ada Satu pun Rumah Di Gaza Kecuali Ada Syuhadanya

Lembaga kemanusiaan Medical Emergency Rescue () sebagai inisiator pembangunan, bekerjasama dengan Radio Silaturahim dan Pondok Pesantren Al-Fatah Indonesia telah mengirim 33 relawannya dengan keahlian khusus seperti insinyur sipil, kelistrikan, dan lain-lain, yang seluruhnya tidak dibayar (unpaid volunteers).

Dalam pertemuan dengan Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Faris Mehdawi di Jakarta, Presidium MER-C, dr. Joserizal Jurnalis melaporkan Pembangunan RS Indonesia ini juga dibantu pemerintah Palestina dengan lima ton semen dengan harga 550 sheikel (mata uang Israel) per ton dari harga pasaran 2000 sheikel/ton.

Pembangunan fisik RS Indonesia mulai dikerjakan sejak 14 Mei 2011, dibangun di atas tanah seluas 16.261 m2, wakaf pemerintah Palestina di Gaza. Lahan untuk RS Indonesia itu diserahterimakan Menteri Kesehatan Palestina, Baseem Naem kepada Ketua Presidium Mer-C kala itu, Joserizal Jurnalis sebagai pihak pembangun pada 23 Januri 2009.

Lokasi RS Indonesia-Gaza berada sekitar 2,5 km dengan perbatasan Israel, sering dipantau pesawat tempur tanpa awak (drone) Israel, namun pembangunan RS Indonesia terus berjalan.

 

Bantuan di Bidang Ekonomi

Di bidang ekonomi, Indonesia menyatakan akan mengefektifkan kerja sama bisnis (Joint Business Council) antara Indonesia dan Palestina dalam mencari peluang baru antara dua negara. “Kami harapkan Indonesia dan Palestina bisa bekerja sama di bidang minyak dan gas, atau lainnya,” kata Presiden.

Saat agresi militer Israel ke Jalur Gazar 2008 lalu, Indonesia memberikan bantuan kemanusiaan senilai satu juta dolar AS kepada warga Palestina.

Dalam kunjungan Presiden Palestina Mahmoud Abbas ke Indonesia, 29 Mei 2010 lalu, Presiden menyampaikan bantuan 20 Miliar rupiah untuk pendirian Pusat Jantung Indonesia (Indonesian Cardiac Centre) di Gaza.

Dalam CEAPAD II kali ini, Indonesia mengundang sektor swasta untuk berpartisipasi. Agenda utama konferensi itu adalah pertemuan bisnis dengan para pengusaha Palestina, bekerja sama dengan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia. Bagi Indonesia, CEAPAD II merupakan pelengkap dari agenda kerja sama negara-negara Asia-Afrika (New Asian-African Strategic Partnership/NAASP).

Baca Juga:  Mahasiswa Generasi Baru di AS Beri Harapan kepada Palestina

Sebanyak 30 pengusaha Palestina dan puluhan peserta dari negara tetangga, termasuk Indonesia berpartisipasi dalam kegiatan pameran Trade Expo kali ini menyusul berlangsungnya konferensi CEAPAD II itu.

Bantuan di Bidang Pendidikan

Dalam konferensi kerja sama NAASP, 14-15 Juli 2008 lalu di Jakarta,  Indonesia bersama negara-negara Asia dan Afrika lainnya memberikan pelatihan ekonomi, perindustrian, pertanian dan pemberdayaan perempuan kepada 1257 rakyat Palestina melalui 128 jenis program.

Indonesia membuka pintu sebesar-besarnya bagi mahasiswa Palestina yang hendak belajar di Indonesia. Saat ini, ada tujuh warga Palestina yang mengambil program Magister dan tiga orang yang mengambil program doktor di beberapa universitas, seperti di Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Indonesia (), Universitas Gadjah Mada (UGM) Universitas Sebelas Maret (USM) dan Institut Teknologi Surabaya (ITS).

Bantuan di Bidang Pariwisata

Palestina memiliki tempat-tempat wisata bersejarah. Hal ini karena banyak peninggalan para Nabi dan Rasul yang ada di Negara itu. Palestina memang dikenal sebagai kota para nabi dan hal itu diakui baik oleh Muslim maupun non-Muslim.

Kerja sama di bidang pariwisata juga dibicarakan dalam pertemuan CEAPAD II itu. Presiden menyebutkan, ada lebih dari 48.000 warga negara Indonesia yang berkunjung ke Palestina untuk berwisata religi. Jumlah ini akan terus ditambah setiap tahunnya.

“Kami membicarakan tentang pariwisata. Tahun lalu, puluhan ribu orang Indonesia mendatangi Palestina. Ini sangat penting bagi kami. Saya berharap angka ini akan terus bertambah di masa depan,” ujar Hamdallah.(P04/P03/EO2)

*Widi Kusnadi dan Rina Asrina adalah wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA) yang berkesempatan meliput konferensi CEAPAD II di Jakarta, 28 Februari – 2 Maret 2014.

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Widi Kusnadi

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0