Jakarta, 22 Ramadhan 1436/9 Juli 2015 (MINA) – ASEAN menjadi kawasan dengan pertumbuhan ekonomi terbesar pada tahun ini. Pertumbuhan ekonomi ASEAN menguat sekitar 4-5 persen di tengah-tengah krisis ekonomi yang melanda Yunani.
Saat ini, pertumbuhan ekonomi ASEAN memang berada di atas kawasan-kawasan yang lain. Namun, Direktur Kerjasama Ekonomi ASEAN Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, Ina Krisnamurthi, memperingatkan pengaruh gejolak ekonomi Yunani tetap akan terasa, meski tidak signifikan dan tidak langsung.
“Dampak krisis Yunani tetap akan berpengaruh terhadap pergerakan pasar di ASEAN. Sebab, Yunani merupakan pasar bagi Asia. Kendati begitu, dampaknya tidak akan lama. Pasalnya, ekonomi Asia, termasuk ASEAN, sudah kuat,” ujar Ina kepada awak media di Jakarta, hari ini, Kamis (9/7).
Krisis Yunani sekaligus memberikan pelajaran terhadap ASEAN sebelum Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) diluncurkan ada akhir 2015. Menurut Ina, peluang MEA berakhir seperti krisis Uni Eropa (UE) terbilang kecil. Sebab, di dalam MEA tidak ada kesepakatan mata uang tunggal, bank sentral, atau pengaturan lintas batas.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
“Mungkin saya terkesan optimis. Tapi MEA bukan UE. Kekhawatiran ASEAN menjadi seperti UE saat ini, belum ada,” kata Ina. “Namun, jika ada gejolak ekonomi di salah satu negara anggota, dampaknya pasti akan terasa kuat di lingkaran anggota. Kuncinya adalah jangan membiarkan kepentingan kawasan melebihi kepentingan nasional,” tambahnya. (L/P020/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah