Krisis Pangan Jadi Tantangan Nasional Masa Depan

Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kementerian Riset, Teknologi dan Tinggi (Kemenristekdikti) .

Bogor, MINA – Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, krisis pangan nasional menjadi potensi tantangan nasional masa depan. Karena itu, pemerintah harus mempersiapkan secara nasional dalam menghadapi pertumbuhan penduduk agar Indonesia tidak bergantung kepada impor.

Hal tersebut dikatakan Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Jumain Appe dalam sambutannya pada kegiatan ‘Swasembada Pangan dengan Hilirisasi Hasil Litbang Menuju Ketahanan Pangan Nasional’ di IPB International Convention Center (IICC) Bogor, Kamis (15/3).

“Kami terus mendorong lembaga penelitian dan pengembangan (litbang) di bawah naungan Kemenristekdikti dan Kementerian Pertanian. Perguruan tinggi, pelaku usaha, dan masyarakat terus bersinergi demi tercapainya cita-cita swasembada pangan nasional di indonesia,” ujar Jumain.

Baca Juga:  Komisi V DPRD Prov Lampung Dukung Pembangunan Gedung Rektorat STISA ABM

Saya kira, tambahnya, dengan pemanfaatan hasil-hasil litbang tersebut cita-cita kita dalam ketahanan pangan nasional bisa terjadi. Negara maju dengan teknologi yang mutakhir di bidang pertanian memberikan manfaat dalam meningkatkan produktifitas nasional, khususnya di bidang pertanian.

“Lembaga-lembaga litbang kita, baik dari PT, kementerian, non-kementrian, dan swasta semuanya memiliki berbagai teknologi dan telah dikembangkan sejak lama, namun belum optimal. Oleh karena itu saya menginginkan adanya sinergi antara akademisi, pemerintah, dunia usaha serta masyarakat agar apa yang kita cita-citakan bisa tercapai,” paparnya.

Jumain Appe menilai produktivfitas dan nilai tambah dari sektor pertanian sudah bagus, namun belum optimal. Misal pengembangan benih unggul nasional yang di pelopori oleh Institut Pertanian Bogor, belum mampu memenuhi standar nasional 6 ton/hektar. Oleh karena itu sinergi antar lembaga harus ditingkatkan terus-menerus agar pengembangan lebih unggul ini bisa dilaksanakan secara nasional di seluruh nusantara.

Baca Juga:  Jama’ah Muslimin Tetapkan 1 Dzulqodah 1445H Jatuh pada Kamis, 9 Mei 2024

“Revolusi industri 4.0 merupakan momen untuk melakukan perubahan revolusioner di bidang teknologi pangan untuk menyokong ketahanan pangan nasional. Dengan bersinergi, bekerjasama, saling terbuka, melibatkan seluruh komponen pemerintahan, akademisi, dunia usaha dan masyarakat serta industri kreatif adalah kunci untuk berinovasi pada masa depan,” tambahnya.

Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian Kementerian Pertanian Erizal Jamal menyampaikan, benih merupakan satu diantara tiga unsur utama kegiatan Budidaya Pertanian, disamping tanah dan manusia. Dari proses domestikasi sampai menjadi Industri Benih saat ini, kebutuhan dan ketergantungan terhadap benih bermutu kian meningkat.

“Semakin hilang keberagaman Hayati di masyarakat contohnya India, sebelum revolusi Hijau ada 30.000 Varietas padi ditanam petani, setelah revolusi hijau budidaya padi tergantung pada 10 Varietas saja,” kata Erizal.

Baca Juga:  Sebanyak 1.695 Kepala Keluarga Terdampak Banjir di Ogan Komering Ulu

Benih bermutu berkontribusi nyata dalam peningkatan produksi. Persoalan pokok selama ini adalah karena sebagian besar petani masih belum menggunakan benih bermutu.

“Perbenihan Padi dan Jagung yang relatif sudah mapan, namun penggunaan benih bermutu masih berkisar 50% saja,” ujarnyal. (R/R09/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Risma Tri Utami

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.