Lari dari Azab Allah Menuju Rahmat-Nya

Ustadz Amin Nuroni. Photo By : Hadis/MINA

Oleh: M. Amin Nuroni, S.Sos., Sekjen Pusat (MDP) Jama’ah Muslimin (Hizbullah)

Kata “” sering kita jumpai dalam banyak ayat di dalam Al-Quran, kata yang sering diartikan “siksa” itu terkadang difahami berbeda. Ada yang memahami bahwa azab itu adalah siksaan Allah kepada orang bersalah nanti di akhirat, ada juga yang berpendapat bahwa musibah di dunia itu pun merupakan azab dari Allah Subahanhu Wa Ta’ala.

Azab menurut Imam Ashfahani dalam kitab Mufrodat Fi Gharibil Qur’an diartikan “wiijaul syadid” yaitu penderitaan atau kesakitan yang sangat, adalah sesuatu dapat menimpa manusia baik itu di dunia maupun di akhirat, hal ini sejalan dengan firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ ۚ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (QS. An Anfal: 33)

ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَنْزَلَ جُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا وَعَذَّبَ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ وَذَٰلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ

“Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.” (QS At-Taubah: 26)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang Maha Rahman dan Rahim tentu tak akan pernah menurunkan adzab kepada makhluk-Nya yang tidak bersalah, apalagi yang taat beribadah kepada-Nya, kalaupun jika ada musibah besar menimpa manusia di dunia ini tentu itu sudah terukur dan pantas sebagai peringatan Allah agar manusia kembali ke jalan yang benar.

Di dalam Al-Quran dijelaskan bahwa azabAllah Subhanahu Wa Ta’ala akan turun karena beberapa sebab:

  1. Kefasikan

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا

“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS. Al-Isra: 16)

Dikatakan orang itu fasik adalah ketika ia keluar dari larangan syariat, atau juga orang yang menutupi nikmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala maka ia sudah dikatakan keluar dari taat (Imam Al Ashfahani).

Ayat tersebut menegaskan bahwa jika orang yang hidup mewah di suatu negeri telah berlaku fasik maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan binasakan mereka dan ketetapan itu berlaku bagi mereka.

  1. Mendustakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan kebenaran-Nya

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raf : 96)

  1. Berbuat kezaliman

وَتِلْكَ الْقُرَىٰ أَهْلَكْنَاهُمْ لَمَّا ظَلَمُوا وَجَعَلْنَا لِمَهْلِكِهِمْ مَوْعِدًا

“Dan (penduduk) negeri telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zalim, dan telah Kami tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka.” (QS. Al-Kahfi : 59)

  1. Kesombongan dan keangkuhan

إِلَىٰ فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا عَالِينَ

“Kepada Fir’aun dan pembesar-pembesar kaumnya, maka mereka ini takbur dan mereka adalah orang-orang yang sombong”. (QS. Al Mukminun: 46)

    5. Karena perbuatan fahsya

إِلَىٰ فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا عَالِينَ

“Kepada Fir’aun dan pembesar-pembesar kaumnya, maka mereka ini takabur dan mereka adalah orang-orang yang sombong.” (QS. Al A’raf: 80)

وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا ۖ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ

“Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu.” (QS. Al A’raf: 84)

 

Macam-macam Azab

Adapun macam-macam adzab yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala kuasa untuk menurunkannya ada tiga bentuk sesuai dengan Al-Qur’an Surat Al-An’am ayat 65:

قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَىٰ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ ۗ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ

“Katakanlah: “Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya)”.

  1. Azab yang datangnya dari atas. Sebagaimana Imam Abu Bakar Jabir Al-Jazairy dalam Aisiru Tafassir menyebutkan seperti hujan lebat yang diiringi dengan angin kencang dan suara gemuruhnya, guntur dan kilatan petir.
  2. Azab yang datang dari arah kaki mereka adalah gempa bumi, tanah longsor, banjir dan semisalnya.
  3. Bercerai berai, ber-firqoh-firqoh, selang sengketa dalam suatu perkara yang membuat kamu berselisih sehingga saling merasakan sebagian kamu keganasan sebagian yang lain baik peperangan atau pembunuhan juga penderitaan akibat peperangan.

Imam Sayid Qutb berkata, “Azab jenis ketiga ini adalah adab yang lambat dan lama, azab yang tidak menyertai mereka hanya sekejab namun menyertai mereka sepanjang siang dan malam, yaitu menjadikan mereka berkelompok dan beraliran-aliran, sehingga mereka selalu dalam perdebatan, pertengkaran, permusuhan, perselisihan dan dalam bencana yang dibuat oleh masing-masing kelompok.”

Lebih lanjut Syaid Qutb berkata, “Fitnah terbesar yang terjadi di muka bumi adalah jika ada orang diantara manusia yang mengklaim ia mempunyai hak uluhiyah atas manusai yang lain.”

Imam Ibnu Katsir dan Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya menukil beberapa hadis. Di antaranya hadist Imam Muslim yang meriwayatkan dari Tsauban dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasalam bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala mengumpulkan bumi untukku, maka aku dapat melihat timur dan barat, sesungguhnya kerajaan umatku akan mencapainya seperti yang dikumpulkan untukku, aku juga diberi dua perbendaharaan emas dan perak. Aku juga memohon kepada Tuhanku untuk umatku, bahwa Dia tidak akan membinasakan mereka dengan sebab kelaparan masal, tidak menguasakan atas mereka musuh selain diri mereka sendiri, hingga musuh tersebut dapat menghancurkan mereka.

Tuhanku berfirman, hai Muhammad, apabila Aku telah menetapkan suatu keputusan maka sesungguhnya itu tidak dapat ditarik kembali sehingga Aku telah memberikan kepadamu untuk umatmu, bahwa Aku tidak akan membinasakan mereka dengan kelaparan masal, dan Aku tidak akan menguasakan musuh atas mereka selain diri mereka sendiri, yang akan menghancurkan kelompok mereka, sekalipun musuh di seluruh dunia berkumpul untuk menyerang mereka, sehingga sebagian umatmu membinasakan sebagian yang lainnya dan sebagaian umatmu menawan sebagian yang lain.” (HR. Muslim)

Dari keterangan ayat-ayat dan hadist di atas hendaknya kita dapat mengambil pelajaran dari peringatan Allah Subahanhu Wa Ta’ala serta berbuat yang terbaik untuk tidak mengundang datangnnya murka Allah dan azab-Nya baik di dunia maupun di akhirat.

Sebagai bukti kita dapat memahami ayat-ayat Allah Subahanhu Wa Ta’ala, juga bentuk takwa kepada-Nya yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Kembali kepada Allah. Artinya memahami dan mengenal Allah Subahanhu Wa Ta’ala. Tunduk dan patuh pada syariat-Nya.
  2. Memakmurkan masjid Allah. Yaitu meningkatkan keimanan kita dengan jalan memakmurkan masjid Allah dengan shalat lima waktu secara berjamaah.
  3. Mendekatkan diri kepada Al-Quran. Yaitu menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, membacanya, mempelajarinya, dan mengamalkannya.
  4. Merajut persaudaraan, membangun kesatuan dan persatuan. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali-Imran: 103)

(AK/R01/RI-1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Rudi Hendrik

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.