MANTAN TAHANAN GUANTANAMO CERITAKAN PENYIKSAAN YANG DIALAMINYA

Mantan tahanan Guantanamo asal Turki, Murat Kurnaz (kiri). (Foto: AA)
Mantan tahanan Guantanamo asal Turki, Murat Kurnaz (kiri). (Foto: AA)

Jenewa, 20 Muharram 1436/13 November 2014 (MINA) – Setelah kehilangan lima tahun hidupnya dalam tahanan, mantan tahanan Guantanamo asal Turki, Murat Kurnaz, bersumpah berjuang untuk menceritakan kisah yang dialaminya selama penahanan.

“Saya kehilangan hidup lima tahun di Guantanamo. Saya tidak akan menyerah berjuang menceritakan kisah saya disiksa oleh Pemerintah Amerika Serikat (AS) dan terus berbicara demi orang lain di Guantanamo,” kata Kurnaz kepada Anadolu Agency di Jenewa yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Kamis (13/11).

Kurnaz datang ke Jenewa untuk juga menyeru PBB agar menekan Pemerintah AS  menutup pusat penahanan Teluk Guantanamo itu.

Baca Juga:  Massa Pendukung Israel Serang Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas California

Sehari sebelum dimulainya panel dua hari yang diselenggarakan oleh Komite PBB tentang Penyiksaan, Kurnaz bersaksi di depan komite tersebut.

“Saya ditangkap di Pakistan pada 2001 ketika saya berumur 19 tahun dengan tanpa penjelasan. Polisi Pakistan menjual saya kepada pasukan AS dengan harga US$ 3.000. Saya pertama kali dibawa ke Kandahar, Afghanistan, kemudian dipindahkan ke Guantanamo,” katanya.

“Delapan tahun setelah saya dibebaskan, saya tidak percaya jika Guantanamo masih dibuka,” tambahnya.

Meskipun Presiden AS Barack Obama berjanji untuk menutup Guantanamo di Kuba lima tahun yang lalu, tapi penjara itu masih tetap ada sampai sekarang.

“Saya harapkan Amerika memperlakukan saya dengan adil, tapi saya dipukuli selama penahanan, kepala saya ditengelamkan di air dan kejutan listrik dikenakan ke tubuh saya,” katanya.

Baca Juga:  Massa Pendukung Israel Serang Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas California

Kurnaz yang beragama Islam itu menambahkan, dia juga menderita pelecehan agama.

“Ketika kami shalat, mereka menendang pintu dan menperdengarkan musik keras dan melemparkan air pada kami. Penyiksaan dan penyiksaan psikologis terus ada,” katanya

Ia mengatakan, dia tidak diberi makan untuk waktu yang lama dan bisa mati seperti banyak tahanan lainnya.

“Namun, saya tidak pernah kehilangan harapan bahwa saya akan dibebaskan suatu hari dan saya bermimpi akan membeli sepeda motor ketika saya dibebaskan,” katanya.

Dia menambahkan, lebih setengah dari 148 tahanan dibebaskan dari semua tuduhan, tetapi AS menolak membebaskan mereka. (T/P001/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0