Bogor, MINA – Manggala Putra dari Social Media Research and Analyst G-Communication (Media G-Comm), mengatakan, sosial media saat ini marak dengan hoaks maupun konten-konten ujaran kebencian yang dapat diakses dengan mudah, terutama di Indonesia yang banyak ditemukan ketika menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 saat ini.
“Perlu sama-sama kita sadari perkembangan hoaks dan bahaya dampaknya, terutama di tahun politik ini,” kata Manggala saat berdialog dengan mahasiswa IPB di Kedai Kopi Pemula, IPB Dramaga, Bogor, Senin (11/3).
Manggala menyatakan sosial media yang merupakan platform digital dengan pengguna terbanyak di seluruh dunia, seharusnya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, agar tidak merugikan orang lain.
Menurutnya, untuk menghindari konten hoaks yang tersebar, sebaiknya mengetahui perkembangan media sosial untuk mengindikasikan, menangkal, hingga mengetahui ciri-ciri hoaks itu sendiri.
Baca Juga: Workshop Kemandirian untuk Penyandang Disabilitas Dorong Ciptakan Peluang Usaha Mandiri
Pasalnya, pertumbuhan media sosial di Indonesia yang begitu pesat, menjadi kekuatan tersendiri dalam menanggapi suatu isu yang sensitif. Indonesia kini menempati posisi ketiga pertumbuhan pengguna media sosial terbesar di dunia.
“Untuk itu, konten positif atau negatif dapat dengan mudah tersebar ke masyarakat khalayak, tidak terkecuali konten hoaks,” ucap Manggala.
Ia yang juga alumnus IPB ini, mengajak pengguna sosial media khususnya generasi milenial agar tidak masuk dalam lingkaran pelaku penyebaran hoaks.
“Tercatat, selama Juli – Agustus 2018 ada 25 hoaks di Indonesia. Namun, sejak Agustus 2018 – Februari 2019 ada 771 hoaks terverifikasi,” lanjutnya.
Baca Juga: Update Bencana Sukabumi: Pemerintah Siapkan Pos Pengungsian
“Agar kita sama-sama tidak tenggelam dalam lingkaran hoaks, yang sadar atau tidak sadar kita turut aktif menyebarkan hoaks,” tambah Manggala.
Direktur Bidang Penelitian dan Penalaran Bakornas LAPMI PB HMI ini mengatakan, pertumbuhan hoaks adalah peringatan bagi kita semua untuk terus berhati-hati dalam menerima dan menyebarkan informasi.
“Disebutkan, salah satu faktor besar hoaks begitu mudah dan masif tersebar karena masih banyaknya masyarakat yang tidak bisa membedakan informasi hoaks,” pungkasnya.
Lanjut Manggala, tercatat sebanyak 44% pengguna internet tidak bisa membedakan mana yang hoaks dan mana yang bukan. Dalam kondisi seperti ini, tentu sang pembuat hoaks yang diuntungkan, karena masyarakat menjadi korban sekaligus media bagi pihak pembuat hoaks untuk melayangkan kepentingan pribadinya.
Baca Juga: PSSI Anggarkan Rp665 M untuk Program 2025
“Untuk itu, saya mengajak masyarakat Indonesia untuk lebih aktif bertabayun dalam menyaring informasi dan tidak tergesa-gesa untuk menyebarkannya, saring sebelum sharing,” Tambahnya.
Adapun tahapan yang bisa dilakukan yakni dengan menimbang berbagai aspek, seperti kebenaran, manfaat, dan tujuan suatu informasi. Sebarkanlah jika informasi tersebut dinilai benar dan bermanfaat baik. (R/Haf/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Naik 6,5 Persen, UMP Jakarta 2025 Sebesar Rp5,3 Juta