Menanti Syahid Di Palestina

oleh: Muhammad Ridwan, Mahasiswa STAI Al-Fatah, Bogor.

Aksi bombardir yang dilakukan militer Zionis Israel ke wilayah Jalur Gaza masih terus berlangsung. Sebuah café di Khan Yunis tidak luput dari sasaran bom tersebut, tercatat 15 orang syahid dan puluhan lainnya mengalami luka-luka. Sementara para pengungsi memang sedang berkumpul dan mengunjungi café tersebut karena di sana masih tersedia bahan bakar untuk menghidupkan generator.

Memasuki hari ke-15 agresi Zionis Israel ke Gaza, jumlah korban jiwa menurut Kementerian Kesehatan Palestina sudah mencapai 4.651 orang, termasuk 1.873 anak-anak dan 1011 wanita. Sementara 14.245 orang lainnya luka-luka dan 1450 lainnya belum ditemukan.

Rumah, masjid, gereja, sekolah, rumah sakit, pasar dan fasilitas publik semuanya tidak luput dari sasaran bom-bom Zionis Israel. Tidak ada lagi tempat yang dirasa aman di kota Gaza. kini berada pada bayang-bayang kematian. Setiap saat, di mana pun mereka berada, akan tetap dalam bidikan pesawat tempur Zionis.

Jeritan tangis pilu seolah menjadi pemandangan biasa di sana. Ayah berteriak memanggil-manggil anaknya, seorang ibu menangis melihat hampir seluruh keluarganya syahid, bocah kecil terisak pilu sambil memberikan kecupan terakhir pada jasad ayahnya. Sementara di Tepi Barat, Zionis menculik 90 warga Palestina dalam aksi penahanan massal, menambah jumlah korban penahanan menjadi 1.050 orang sejak 7 Oktober 2023.

Baca Juga:  Peran Dakwah dalam Memperbaiki Akhlak Umat

Setelah membom Rumah Sakit Baptist yang menewaskan lebih dari 700 orang, Zionis juga mengancam RS Al Quds untuk segera mengosongkannya. Padahal di sana terdapat ratusan orang terluka yang sedang dirawat dan ribuan warga sipil yang mengungsi.

Zionis kembali tebar ancaman melalui selebaran yang dijatuhkan dari udara. Isinya: Siapa saja yang tidak meninggalkan Gaza Utara akan dianggap sebagai teroris. Warga Gaza Utara bersumpah tidak akan tinggalkan tanah mereka. Mereka siap menjemput syahidnya.

Seolah belum puas membuat warga Gaza menderita, Zionis juga masih tidak mengizinkan bahan bakar untuk masuk ke sana. Hal itu tentu akan menjadi ancaman serius bagi para pasien khususnya, dan warga Gaza pada umumnya.

Anak-anak Palestina di Jalur Gaza menuliskan nama mereka di tubuhnya, membuktikan kalau mereka siap syahid dan jika orang-orang menemukan mereka terbunuh atau terkubur di reruntuhan akan mudah untuk dikenali. Hal itu membuktikan perkataan bahwa keberanian hanya milik Palestina.

Baca Juga:  Perspektif Islam Terhadap Maraknya Tindak Kekerasan

Sejak ggresi Zionis sejak 7 Oktober lalu, banyak Barat yang menyalahkan atas serangan ini. Namun sebenarnya, itu hanya standar ganda (kemunafikan) yang selalu mereka gaungkan. Akar masalah sebenarnya adalah penjajahan yang dilakukan oleh Zionis Israel yang sudah berlangsung selama 75 tahun terhadap tanah sah rakyat Palestina.

Tahun 1947 silam, mereka datang ke Palestina dengan membentangkan spanduk bertuliskan “ Jerman Telah Menghancurkan Keluarga Dan Rumah Kami, Jangan Kau Hancurkan Juga Harapan Kami” seperti seorang budak yang memohon belas kasihan tuannya.

Tapi kini apa yang mereka lakukan di Tepi Barat dan juga Jalur Gaza? Penangkapan, pembunuhan, perampasan tanah dan rumah milik warga Palestina hampir tiap hari mereka lakukan. Masjid Al Aqsa yang kini dalam kontrol pasukan Zionis, ibadah umat Muslim dibatasi. Hanya warga Palestina di atas 65 tahun yang diizinkan masuk ke dalam masjid. Sungguh sebuah kenyataan yang paradok dengan awal mereka datang ke Palestina.

Baca Juga:  Politik dan Pendidikan Islam

Volume jama’ah berkurang drastis, pada sholat Jum’at terakhir dari yang biasanya ratusan ribu Muslim melaksanakan sholat berjamaah di Masjidil Aqsha, menjadi hanya 5.000 orang saja. Sebagian warga melakukan sholat di pintu-pintu masuk sekitar masjid Al Aqsa tanpa dapat masuk ke dalamnya. Para penjaga masjid (murabit dan murabithah) juga mengalami ancaman penahanan. Salah satunya Hanady Halawani yang ‘bolak-balik’ masuk penjara Zionis akibat tuntutan administrasi yang tidak berdasar.

Perlakuan zionis terhadap tahanan Palestina juga sangat tidak manusiawi, banyak dari  mereka yang ditahan dengan tanpa tuduhan dan pengadilan. Data terakhir Jumlah tahanan Palestina (mayoritas tahanan administratif) meningkat dari 5.300 menjadi 10.000 hanya dalam 2 pekan terakhir ini. Mereka juga berencana membagi masjid Al Aqsa menjadi dua bagian.

Sampai kapan dunia akan diam melihat penderitaan mereka. Harus berapa ribu lagi manusia yang terbunuh hingga dunia tergerak menghentikan genosida ini. Sampai kapan rakyat Palestina harus menunggu syahid di tanah air mereka sendiri? (A/Mr/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Widi Kusnadi

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.