Menilik Semangat Thailand Menjadi Produsen Halal Dunia

Di dalam aula hotel Al-Meroz di pinggiran kota Bangkok, seorang pria tua tengah membacakan ayat suci Al-Quran tidak jauh dari seorang pengantin pria yang menunggu pasangannya datang.

Pria itu tersenyum lebar saat pengantin wanitanya muncul dalam balutan gaun putih dengan jilbab yang sesuai.

Pernikahan ini merupakan salah satu dari puluhan akad suci yang digelar di hotel syariah pertama di itu.

Meskipun Thailand dikenal dengan salah satu destinasi wisata hedonis di mata wisatawan, namun negara ini kini mulai melirik pasar wisatawan dari negara-negara Muslim yang mencapai 1,5 triliun orang.

“Dengan pertimbangan wisatawan sebanyak itu, saya pikir ini adalah pasar yang bagus,” ungkap Sanya Saenboon, Manager Hotel Al-Meroz.

Hotel berbintang lima ini dibuka tahun lalu dengan balutan hotel syariah, di antaranya tidak ada penjualan alkohol, waktu khusus pria dan wanita untuk menggunakan fasilitas kolam renang dan gym, dan segala bentuk yang disesuaikan dengan kebutuhan Muslim.

Meskipun mengalami goncangan politik berpuluh tahun lamanya, wisatawan yang berkunjung ke Thailand meningkat dari tahun ke tahun. Dalam sepuluh tahun, wisatawan yang datang ke negeri Gajah Putih itu 19 juta jiwa dari 13,8 juta jiwa pada 2006 mencapai 32,5 juta jiwa pada 2016.

Sebuah penelitian yang dilakukan AFP melaporkan wisatawan dari negara Timur Tengah dan Asia meningkat dari 2,63 juta jiwa pada 2006 menjadi 6,03 juta jiwa pada tahun lalu.

“Thailand ada di kurva terdepan,” kata Fazal Baharden, pendiri Crescent Rating yang berbasis di Singapura. Lembaganya meneliti negara-negara yang paling ramah kepada wisatawan Muslim.

Thailand secara rutin menjadi salah satu dari dua negara teratas, selain Singapura, yang dikunjungi wisatawan Muslim menurut survey milik Fazal.

“Mereka benar-benar mengakui pasar konsumen Muslim yang bernilai,” ia menjelaskan, menambahkan wisata medis, perbelanjaan dan hotel syariah menjadi salah satu kelebihan kedua negara.

Fazal mengatakan pasar wisata Islam adalah salah satu yang paling cepat berkembang pesat di dunia seiring bertambahnya penerbangan murah dan Muslim kelas menengah. Dia memperkirakan jumlah wisatawan Muslim telah melonjak dari sekitar 25 juta jiwa pada 2000 menjadi 117 juta pada 2015.

Perubahan Makanan

Dari ayam, seafood, nasi, hingga buah kaleng, Thailand sejak lama menjadi eskportir makanan besar di dunia. Sekarang banyak perusahaan makanan-makanan di negara itu beralih ke halal untuk meraup konsumen yang lebih besar.

Salah satunya yang dimanfaatkan seorang warga beragama Budha Lalana Thiranusornkij yang melakukan sertifikasi halal untuk bisa melakukan eskpor ke Indonesi, Malaysia dan negara-negara Teluk.

Bagi mereka ini bukanlah hal mudah untuk berubah, karena biasanya mereka bergantung pada gelatin hewan seperti babi untuk membuat jelly sebagai salah satu bahan makanan.

“Di masa lalu kami menggunakan gelatin dari babi. Akhirnya kami mengubah gelatin kami dari sumber rumput laut,” katanya.

Pemerintah Thailand telah menetapkan tujuan negaranya menjadi salah satu dari lima negara pengekspor halal terbesar dunia pada 2020. Mungkin bagi orang luar, mengejutkan melihat negara dengan mayoritas penduduk Budha itu kini memerhatikan halal.

Awalnya, warga lokal yang menuntut pemerintah untuk mendirikan pusat sertifikasi halal. Muslim hanya mencapai 5 persen dari total penduduk.

“Lima belas tahun lalu hanya ada 500 tanaman pangan yang memiliki sertifikasi halal, kini mencapai 6.000,” ungkap Dr Winai Dahlan pendiri Pusat Sains Halal di Universitas Chulalongkorn Bangkok.

Selama periode yang sama jumlah produk bersertifikat halal yang dibuat di Thailand telah meningkat dari 10.000 menjadi 160.000, tambahnya.

Ini memenuhi tujuan yang dicita-citakan negara itu. Pemerintah Thailand memperkirakan industri makanan halal sudah senilai $ 6 miliar per tahun.

Thailand sigap dalam melihat perkembangan kebutuhan halal yang besar. Mereka cepat belajar, dan bertindak. Ada pundi-pundi emas yang seharusnya sudah dilakukan negara-negara dengan mayoritas Muslim seperti Indonesia. Masih ada peluang besar bagi negara ini untuk belajar dan bertindak cepat mengambil alih produsen wisata halal.(T/RE1/R01)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.