Abidjan, 16 Syawwal 1438/10 Juli 2017 (MINA) – Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, memimpin delegasi Indonesia dalam Konferensi Tingkat Menteri Luar Negeri (KTM) ke-44 Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Abidjan, Pantai Gading, hari Senin ini (10/7).
Perhelatan yang kali ini mengusung tema “Youth, Peace and Development in a World of Solidarity” akan menghasilkan berbagai Resolusi antara lain terkait Palestina, isu politik, terorisme, Program Aksi OKI-2025, minoritas Muslim, HAM dan kemanusiaan, keorganisasian OKI, ekonomi, perdagangan, sosial dan budaya, serta lainnya.
Menurut siaran pers Kemlu yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA),
Indonesia akan memanfaatkan pertemuan ini untuk mendorong negara-negara anggota OKI untuk bersatu dan senantiasa mengembangkan dialog dalam menyikapi situasi di Timur Tengah saat ini.
Dalam menghadapi ancaman terorisme, Indonesia menekankan pentingnya kerja sama, khususnya dalam menyelesaikan akar permasalahan.
Baca Juga: Wabah Kolera Landa Sudan Selatan, 60 Orang Tewas
“Peranan pemuda juga memegang peranan yang penting dalam menghadapi berbagai tantangan, termasuk ekstremisme, terorisme dan radikalisme. Pendidikan yang baik dengan nilai-nilai toleransi yang tinggi, saling menghormati dan budaya perdamaian perlu terus dikembangkan bagi generasi muda,” tulis pernyataan tersebut.
Konferensi juga akan membahas rancangan resolusi mengenai OIC-Contact Group on Peace and Conflict Resolution (OIC-PCR) yang diusulkan oleh Indonesia.
Kegiatan ini merupakan merupakan pertemuan puncak tahunan tingkat Menteri Luar Negeri negara-negara anggota OKI yang dilaksanakan untuk mengkaji perkembangan pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan pada Konferensi Tingkat Tinggi (Kepala Negara/Pemerintahan).
Pertemuan juga dimanfaatkan untuk membahas berbagai perkembangan di kawasan dan global yang berdampak pada Dunia Islam.
(L/RE1/P1)
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20