MENYIA-NYIAKAN SHALAT

bahron

bahronBahron Ansori

Setiap orang tua tentu berharap keturunannya menjadi anak-anak yang shalih dan shalehah. Untuk mewujudkan keturunan yang shalih shalehah tentu harus dimulai dari lingkungan terdekat; orang tuanya harus shalih dan shalehah terlebih dulu. Meninggalkan generasi pengganti yang lemah tentu bukan hal yang diinginkan orang tua. Sebab, generasi yang lemah bukan saja karena tak berpendidikan dan berharta, tapi generasi yang lemah termasuk generasi yang gemar menyia-nyiakan dan memperturutkan hawa nafsu.

Hal ini seperti yang telah Allah SWT katakan dalam firman-Nya yang artinya, “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu, maka kelak mereka akan menemui kesesatan.” (Qs. Maryam : 59).

Ibnu Abbas berkata, “Makna menyia-yiakan salat salat bukanlah meninggalkannya sama sekali, tetapi mengakhirkannya dari waktu yang seharusnya.” Sementara, menurut Sa’id bin Musayyab, menyia-nyiakan shalat ialah tidak segera shalat Dhuhur hingga datang shalat Ashar, tidak segera shalat Ashar hingga datang shalat Maghrib, tidak segera shalat Maghrib sehingga datang waktu Isya, tidak segera shalat Isya sampai datang waktu Subuh dan tidak segera shalat Subuh sampai terbit matahari.

Menyaia-nyiakan shalat berarti juga melambatkan waktu shalatnya. Sa’ad bin Abi Waqqas mengatakan, “Saya bertanya kepada Rasulullah SAW tentang orang yang menyia-nyiakan shalat, maka nabi SAW menjawab, ‘maksudnya orang yang melambatkannya.” (HR. Al Bazaar).

Allah SWT berfirman, “Maka, kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lupa akan salatnya.” Al-Maa’uun: 4-5). Orang-orang lupa adalah orang-orang yang lalai dan meremehkan salat.

Mereka disebut orang-orang yang shalat. Namun, ketika mereka meremehkan dan mengakhirkannya dari waktu yang seharusnya, mereka diancam dengan Wail, azab yang berat. Ada juga yang mengatakan bahwa Wail adalah sebuah lembah di neraka Jahanam, jika gunung-gunung yang ada dimasukkan ke sana niscaya akan meleleh semuanya karena sangat panasnya. Itulah tempat bagi orang-orang yang meremehkan salat dan mengakhirkannya dari waktunya. Kecuali, orang-orang yang bertobat kepada Allah Taala dan menyesal atas kelalaiannya.

Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Qs. Al-Munafiqun: 9).

Para mufasir menjelaskan, “Maksud mengingat Allah dalam ayat ini adalah shalat lima waktu. Maka, barang siapa disibukkan oleh harta perniagaannya, kehidupan dunianya, sawah ladangnya, dan anak-anaknya dari mengerjakan salat pada waktunya, maka ia termasuk orang-orang yang merugi.”

Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Amal yang pertama kali dihisab pada hari kiamat dari seorang hamba adalah shalatnya. Jika shalatnya baik maka telah sukses dan beruntunglah ia, sebaliknya, jika rusak, sungguh telah gagal dan merugilah ia.” (HR Tirmizi dan yang lain dari Abu Hurairah. Ia berkata, “Hasan Gharib.”)

Di lain waktu, Rasulullah SAW bersabda, “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan ‘Laa ilaaha illallah’ (Tiada yang berhak diibadahi selain Allah) dan mengerjakan shalat serta membayar zakat. Jika mereka telah memenuhinya, maka darah dan hartanya aku lindungi kecuali dengan haknya. Adapun hisabnya maka itu kepada Allah.” (HR Bukhari dan Muslim).

Dan, “Barang siapa menjaganya maka ia akan memiliki cahaya, bukti, dan keselamatan pada hari kiamat nanti. Sedang yang tidak menjaganya, maka tidak akan memiliki cahaya, bukti, dan keselamatan pada hari itu. Pada hari itu ia akan dikumpulkan bersama Firaun, Qarun, Haman, dan ubay bin Khalaf.” (HR Ahmad).

Banyak hal yang membuat orang menyia-nyiakan shalat. Diantaranya karena disibukkan oleh harta dan anak-anak. Allah SWT berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman janganlah harta dan anak-anakmu itu dapat melalaikan kamu dari ingat kepada Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itu kelak akan merugi.” (Qs. Al Munafiqun : 63).

Lebih tegas lagi Allah SWT berfirman, “Apakah yang menyebabkan kamu masuk ke dalam saqar (neraka).” mereka menjawab, “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat. dan kami tidak pula memberi makan orang miskin. Dan kami (senang) membicarakan yang batil bersama orang-orang yang membicarakannya. Dan kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada kami hari kematian.” Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat.” (Qs. Al Muddatstir : 42-48).

Yang membedakan antara muslim dan kafir juga terletak pada shalat. “Janji (sebagai pembeda) di antara kami dan mereka (orang kafir) ialah dalam hal shalat. Barangsiapa meninggalkan shalat, maka benar-benar ia telah kafir.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Nasai). Hadis lain, “Perbedaan antara hamba allah (yang beriman dan yang kafir) adalah menyia-nyiakan shalat.” (HR. Muslim).

Sebaliknya, orang yang mampu menjaga shalatnya dengan baik, maka ia akan selamat di hari kiamat kelak. Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang menjaga shalatnya, maka ia (shalat) akan menjadi cahaya dan tanda bukti yang bisa menyelamatkannya di hari kiamat kelak. sedang orang yang tidak mau menjaga shalatnya, (maka) dia tidak mempunyai cahaya, tanda bukti serta penyelamat di hari kiamat nanti, bahkan ia kelak akan berkumpul dengan fir’aun, qarun, haman, dan ubay bin khalaf.” (HR. Thabrani).

Maka sangat berbahaya orang yang shalat tetapi ia menyia-nyiakan shalatnya, semua amal kebaikan yang pernah dilakukanpun menjadi sia-sia. Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang menghadap kepada Allah padahal ia menyia-nyiakan shalat, maka Allah swt tidak menyediakan barang sedikitpun untuk amal kebaikan orang itu.” (HR. Al Iraqi).

Saudaraku…

Perhatikan diri, anak-anak dan istri serta keluarga kita, jangan-jangan kita termasuk orang-orang yang menyia-nyiakan shalat. Berlindunglah kepada Allah dari tipu daya setan laknatullah. Perbanyak istighfar dan berusahalah untuk istikomah dalam mengibadati-Nya. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan kekuatan-Nya kepada kita yang senantiasa bermujahadah dalam menggapai ridha-Nya. Wallahua’lam. (R2/IR).

 

MI’RAJ ISLAMIC NEWS AGENCY (MINA)

Wartawan: Bahron Ansori

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0