MTQ Nasional : Memupuk Kecintaan pada Al-Qur’an Dengan Khattil Qur’an

Mataram, 27 Syawwal 1437/1 Agustus 2016 (MINA) – Seni menulis indah () atau lebih sering dikenal dengan seni kaligrafi merupakan salah satu seni yang cukup popular di kalangan penganut agama Islam. Berbagai ungkapan ditujukan pada keindahan kaligrafi dan fungsinya.

Sahabat Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam, Ubaidullah bin Abbas, menyebut Khat sebagai lisan al-yadd atau lidahnya tangan. Menurutnya, melalui tulisan itulah tangan berbicara. Sedangkan Al-Qalqayan, dia menyebutkan Khat itu ibarat ruh di dalam tubuh.

Khat merupakan salah satu cabang yang diperlombakan dalam ajang MTQN XXVI Mataram. Cabang Khattil memiliki empat kategori meliputi: kategori Naskah, kategori Hiasan, kategori Dekorasi dan kategori Kontemporer. Cabang ini diikuti oleh 238 orang peserta yang berasal dari 33 provinsi, demikian keterangan pers panitia nasional MTQ yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Lomba Cabang Khattil Quran kategori dekorasi 65 orang dan kategori kontemporer diikuti oleh 53 orang peserta laki-laki dan perempuan digelar di Graha Bhakti Praja Mataram, Senin (01/8). Perlombaan dimulai pada pukul 08.15 WITA dan berakhir pada pukul 16.15 WITA. Peserta diijinkan untuk rehat makan siang dan shalat Dhuhur selama setengah jam pada pukul 12.30-13.00 WITA.

Sedangkan untuk kategori naskah dan kategori hiasan telah diselenggarakan pada Ahad (31/7) dengan waktu pelaksanaan yang sama.

Pada kategori dekorasi peserta diberikan media papan triplek kosong, sedangkan kategori kontemporer peserta dapat menorehkan lukisan kaligrafi di atas kanvas putih dengan ukuran yang serupa untuk semua peserta.

Berbeda dengan kategori dekorasi yang telah cukup lama dilombakan, kategori kontemporer merupakan kategori yang baru pertama kali dilombakan.

Khat sebagai salah satu perwujudan dari seninya seni Islam (art of Islamic art) memiliki sistem penjurian yang unik dan lebih detail dibandingkan cabang lainnya. Meski penilaian karya seni terkadang tak luput dari subjektivitas, namun pada cabang ini, dewan juri memiliki pakem-pakem tersendiri dalam menilai, demikian panitia.

Misalnya untuk kategori dekorasi, unsur-unsur yang menjadi penilaian dewan juri meliputi bidang kaidah khat (bentuk dan proporsi huruf, jarak spasi dan letak huruf, keserasian dan komposisi antar huruf), bidang keindahan khat (orisinalitas dan kreativitas, sentuhan akhir/ kebersihan dan kehalusan), bidang keindahan hiasan (unsur desain dan tata warna, keserasian format, sentuhan akhir/ kebersihan dan kehalusan).

Sedangkan untuk kategori kontemporer unsur-unsur yang menjadi penilaian adalah unsur kaligrafi/ anatomi huruf (tingkat keterbacaan, tingkat kesahihan khat), unsur seni rupa/ kreativitas dan kekayaan imajinasi (orisinalitas dan inovasi, kekayaan desain dan tata warna, kesesuaian tema gambar dan konteks ayat), sentuhan akhir/ kesan keseluruhan (tingkat kerapihan dan kebersihan, tingkat ketuntasan karya).

Seni Menulis Al-Quran

Ketua Dewan Hakim cabang Khattil Quran, Sirojuddin mengatakan bahwa Khat sebagai seni menulis Al-Quran, bukan semata-mata memuliakan Al-Quran, tetapi juga dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan membentuk kepribadian mulia (akhlakul karimah).

Sirojuddin yang adalah pimpinan Pesantren Kaligrafi Al-Quran LEMKA Sukabumi ini mengatakan bahwa melalui Khat, seseorang dapat mempelajari Al-Quran melalui tahapan learn to know, jika seseorang ingin menulis indah, otomatis dia akan mulai mengenal Al-Quran.

Tahap kedua, learn to read, sebelum seseorang menuliska kembali ayat Al-Quran, maka sebelumnya ia harus membaca Al-Quran terlebih dahulu.

Tahap ketiga yang dapat dirasakan langsung oleh seniman Khat adalah learn to understand, setelah membaca, ia akan paham makna ayat Al-Quran yang ditulisnya.

“Satu tahap yang tak kalah pentingnya adalah learn to act, setelah membaca dan mengerti maka diharapkan Al-Quran dapat menjadi pedoman hidup dengan mengamalkan kandungan Al-Quran dalam bertindak dalam kehidupan sehari-hari.”

“Tahap yang terakhir adalah learn to love, seseorang yang telah melalui tahapan-tahapan yang telah disebutkan di atas, pada akhirnya akan memiliki rasa cinta kepada Al-Quran,” ujar Sirojuddin, pria kelahiran Kuningan Jawa Barat yang juga seorang Kaligrafer Internasional.

Sirojuddin, dosen di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta ini optimis dapat meningkatkan kecintaan para pemuda Indonesia terhadap Al-Quran melalui karya Khat yang mereka torehkan. Terlebih mayoritas peserta cabang Khat yang berada dalam rentang usia yang relatif muda.

“Masa depan kaligrafi Indonesia bermula dari penyelenggaraan MTQN XXVI ini,” ujar Sirojuddin optimis.(T/R05/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.