Muslim, Yahudi dan Kristen Pun Menentang Israel-AS

 

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Mi’raj News Agency (MINA)

Tindak kejahatan pasukan Israel yang mengakibatkan puluhan warga Palestina terbunuh dan ribuan lainnya terluka, bukan hanya membuka kecaman dunia Islam. Namun warga Yahudi dan Kristen di Amerika Serikat pun ikut menentang dan memprotesnya.

Dari warga Muslim AS, diwakili Kelompok Solidaritas Muslim Missouri untuk Palestina langsung mengadakan rapat umum dan pawai melewati pusat kota St. Louis, negara bagian Missouri, pada Selasa (15/5/2018).

Mereka memprotes pendudukan Israel atas wilayah Palestina yang masih berlangsung sejak tahun 1948. Ketika 15 Mei 1948, hampir satu juta orang Palestina mengungsi dari rumah mereka.

Di Atlanta, ibukota negara bagian Georgia, AS, pada Selasa malam (15/5/2018), ratusan orang dari berbagai ras, agama dan etnis menyerbu sudut Marietta Street dan Centennial Olympic Park Drive, melakukan aksi massa membela Palestina.

Tampil bergiliran menyampaikan orasi, para pembicara yang diorganisir oleh CAIR Georgia, Black Lives Matter Atlanta, Yahudi Voice for Peace-Atlanta dan 10 organisasi lainnya.

Rozina Gilani, seorang aktivis Yahudi Voice for Peace, berbicara pada protes atas kekerasan di Gaza.

“Sangat penting untuk mengenali bahwa kita di sini keluar dari hati dan kemarahan ekstrim, tetapi juga untuk mengingatkan bahwa kemarahan ini bukan hanya sebagai akibat dari pembunuhan baru-baru ini di Gaza. Namun telah melalui pengalaman sehari-hari di Palestina,” kata Gilani.

Ia membaca keras-keras surat dari orang-orang di Gaza yang menulis kepada Suara Yahudi untuk Perdamaian.

“Tujuh puluh tahun di jalan, anak-anak muda itu tidak melupakan desa asal mereka dan mereka bersikeras untuk kembali lagi walaupun acapkali gagal,” kata salah satu surat, yang dikirim oleh Youssef Al-Jamal dari Gaza.

Para pengunjuk rasa turun ke jalan di kawasan padat penduduk Downtown Atlanta, Georgia.

Gelombang baru-baru ini dalam pembunuhan di Palestina juga telah didorong oleh keputusan Presiden AS Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan kedutaan AS di sana dari Tel Aviv.

Pendeta Fahed Abu-Akel, seorang Kristen Palestina dan orang Arab-Amerika pertama yang terpilih untuk memimpin Gereja Presbyterian USA, mengatakan bahwa siapa pun yang menggunakan Tuhan sebagai cara untuk mengesahkan pendudukan Israel di Palestina, berarti  tidak percaya pada Tuhan yang nyata.

“Di sini saya perlu menantang orang-orang. Bahwa setiap Muslim, Yahudi, atau Kristen yang menggunakan nama Tuhan untuk menduduki, membunuh dan mencuri tanah, saya tidak berpikir Anda memiliki Tuhan yang hidup,” ujarnya.

Micha Chishtia, anggota dari International Socialist Atlanta, mengenakan syal ke wajahnya dalam aksi protes tersebut.

Lainnya, tampak Ilise Cohen dari Suara Yahudi untuk Perdamaian mengatakan kepada kerumunan, Nakba yang berusia 70 tahun, pendudukan 50 tahun Palestina, dan pengepungan 11 tahun di Gaza adalah “tidak dapat dimengerti dan tidak dapat diterima.”

“Sebagai orang Yahudi, setiap hari hal itu menggerogoti jiwa Yahudi. Dan itu mencuri jiwa ketika berbicara dan berdoa dalam bahasa Ibrani,” ujarnya.

Ia dan rekan-rekan aktivis lainnya menangis dan menyanyikan lagu solidaritas Palestina, di kawasan Centennial Olympic Drive dan Marietta Street Atlanta, Georgia.

Peserta aksi pun saling bergandeng tangan. Pawai berakhir pada malam hari, dengan nyala lilin malam. Nama-nama warga Palestina yang tewas dalam bentrokan, dibacakan keras-keras, diikuti oleh momen mengheningkan cipta.

“Hari ini, kami menunjukkan kepada dunia apa artinya menjadi orang Palestina. Mereka yang terluka dan patah tulang, berulang kali, kami hanya mampu berdiri di sini,” ujar peserta aksi.

Di Boston, kota lainnya di AS, ratusan aktivis mengdakan longmarch mendukung Palestina serta melawan Israel dan AS.

Francesca Paranzino bernyanyi seriosa selama rapat umum di Gereja Katedral St. Paul di Boston pada hari Selasa (15/5/2018).

Berbicara tentang protes terhadap kebijakan-kebijakan Israel terhadap orang-orang Palestina, Nidal Al-Azraq dari Lexington menyanyikan nada menantang namun penuh harapan.

“Pendudukan telah gagal menghancurkan kita,” kata Al-Azraq, seorang Palestina berusia 40 tahun yang dibesarkan di sebuah kamp pengungsi, berbicara di Gereja Katedral St. Paul di pusat kota Boston.

Di tempat lain, aktivis Georgia, di kawasan Eropa Timur,  berbaris untuk kebebasan Palestina dan mengecam kejahatan pasukan Israel.

Mereka mengibarkan bendera palestina warna merah, hijau dan hitam ukuran besar, diiringi teriakan, “Palestina akan bebas!”

Malam Ramadan itu hampir 400 aktivis Georgia turun ke jalan sebagai protes atas pembunuhan warga Palestina oleh pasukan Israel di perbatasan Gaza.

Satu per satu, kelompok demi kelompok lintas agama, ras, dan etnis terlihat meneriakkan nada sama, mengecam Zionis israel dan menentang AS. Termasuk aktivis Muslim, Yahudi dan Kristen warga AS sendiri. (A/RS2/P1).

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Ali Farkhan Tsani

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0