Jakarta, MINA –Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem A. Makarim bersama Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia, Stephen Scott secara simbolis meluncurkan buku “Bangkit Lebih Kuat: Studi Kesenjangan Pembelajaran” sebagai upaya pemulihan pembelajaran di Indonesia, Selasa (26/9), di Jakarta.
Buku tersebut hasil kerjasama Studi Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dengan Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI).
“Merdeka Belajar memang dirancang sebagai gerakan , sehingga semua lapisan masyarakat terlibat dalam transformasi sistem pendidikan,” ujar Nadiem.
Program INOVASI sebagai kemitraan antara pemerintah Indonesia dan Australia telah mendukung peningkatan mutu pendidikan dasar, khususnya pada bidang literasi dan numerasi sejak 2016. Dalam menjalankan kiprahnya, INOVASI menggandeng empat provinsi mitra yang meliputi Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Utara.
Baca Juga: Pasangan Ridwan Kamil-Suswono dan Dharma-Kun tak jadi Gugat ke MK
Berdasarkan penelitian tahun 2020–2023, Indonesia dinilai telah membuat kemajuan dalam proses transformasi pembelajaran. Setelah dilingkupi krisis pembelajaran saat pandemi COVID-19, pendidikan Indonesia perlahan mulai pulih kembali.
Dalam penelitian itu menemukan indikasi pemulihan pembelajaran (learning recovery). Temuan tersebut dipublikasikan dalam buku Bangkit Lebih Kuat. Hasil studi menemukan fakta bahwa Kurikulum Merdeka berhasil mendorong terjadinya pemulihan pembelajaran setara dua bulan pembelajaran.
Menurut Nadiem, terobosan-terobosan Merdeka Belajar selalu melibatkan kolaborasi para pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah pusat dan daerah, satuan pendidikan, masyarakat umum, keluarga, dan mitra pembangunan.
“Kami sangat mengapresiasi dukungan pemerintah Australia melalui program INOVASI. Kemitraan ini adalah wujud konkret kolaborasi untuk menghadirkan transformasi di bidang pendidikan,” jelasnya.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Berpotensi Hujan Kamis Ini, Sebagian Berawan Tebal
Merdeka Belajar menurut Mendikbudristek adalah upaya sistemik untuk mengatasi krisis pembelajaran yang sudah berlangsung lama dan semakin parah karena pandemi. Pandemi justru menjadi kesempatan untuk mengakselerasi pendidikan dengan memberikan kemerdekaan bagi guru dalam menentukan model pembelajaran yang sesuai karakteristik peserta didik.
Selain itu, Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia, Stephen Scott dalam sambutannya, menyampaikan, pemerintah Australia senang dapat bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.
“Pemerintah Australia berkomitmen untuk mendukung upaya pemerintah Indonesia untuk memastikan bahwa semua anak Indonesia memiliki akses ke pendidikan yang berkualitas,” ujarnya.
Dalam laporannya, Kepala BSKAP Anindito Aditomo mengungkapkan bahwa terdapat indikasi penurunan hasil belajar peserta didik setelah satu tahun pandemi COVID-19 yakni setara pembelajaran enam bulan untuk literasi, dan lima bulan untuk numerasi. Berbagai terobosan Merdeka Belajar, salah satunya Kurikulum Merdeka, hadir sebagai jawaban atas persoalan tersebut.
Baca Juga: Workshop Kemandirian untuk Penyandang Disabilitas Dorong Ciptakan Peluang Usaha Mandiri
“Buku ini istimewa karena menyajikan hasil pembelajaran sebelum dan sesudah pandemi. Ini adalah salah satu dari sedikit kajian yang bisa melihat secara longitudinal dampak pandemi serta upaya pemulihannya. Sekaligus memvalidasi esensi dari Merdeka Belajar,” jelasnya. (L/R5/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Update Bencana Sukabumi: Pemerintah Siapkan Pos Pengungsian