“Orang-Orang Kecil” Ini Berhaji Berkat Niat dan Tekad

Oleh Illa Kartila, Redaktur Senior Miraj Islamic News Agency (MINA)

Tidak ada yang mustahil bagi Allah Subhanahu Wa Ta’alla, jika Dia berhendak apa pun bisa terjadi termasuk melaksanakan ibadah haji bagi orang-orang yang tak berpunya, sepanjang ada niat, tekad kuat, ikhtiar dan doa dari mereka.

Simak apa yang terjadi pada diri Radiudin (51), petugas kebersihan di Jember, Jawa Timur, warga Desa Sumber Pinang, Kecamatan Pakusari ini, yang di atas kertas sangat sulit untuk mewujudkam impiannya – pergi ke Tanah Suci guna melaksanakan rukun Islam kelima – karena ketiadaan biaya.

Radiudin sudah menjadi pemulung sekaligus petugas kebersihan sejak 1993. Saat awal bekerja, upahnya hanya Rp1.000 sehari. Ditambah tunjangan, penghasilan Radiudin hanya Rp35 ribu perbulan. Setelah diangkat menjadi tenaga honorer di Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Pemerintah Kabupaten Jember penghasilannya hanya Rp450 ribu.

Namun, penghasilannya yang jauh dari cukup untuk menghidupi diri dan keluarganya itu, tidak memupus keinginannya untuk pergi ke Makkah Al Mukaromah. Demi mewujudkan impiannya itu, dia setiap hari bekerja keras membersihkan sampah di kawasan Muktisari, Kelurahan Tegalbesar, Kecamatan Kaliwates.

Tak ada yang mengira Radiudin akan bisa terbang ke Makkah yang ongkosnya mencapai puluhan juta rupiah. Tapi ayah tiga anak itu tak patah arang. Mottonya, “sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit” untuk uang yang dia sisihkan dalam tabungannya.

Keinginan Radiudin untuk menunaikan ibadah haji itu melalui perjalanan yang cukup panjang dengan banting tulang dan bekerja tambahan sebagai pemulung yang mengumpulkan barang bekas bernilai ekonomis tinggi di antara tumpukan sampah untuk dijual kembali.

Dukungan istrinya Mariyati dan anak-anaknya untuk menunaikan ibadah haji juga cukup kuat.

“Isteri selalu memberikan semangat ketika rezeki yang saya dapat sedikit dan selalu berhemat untuk belanja kebutuhan sehari-hari demi menyisihkan uang untuk tabungan haji, begitu juga anak-anak saya,” katanya.

Kendati hidup berpenghasilan pas-pasan, Radiudin juga rajin bersedekah kepada orang-orang yang kekurangan yang hidupnya lebih menderita dibandingkan dirinya. “Kekuatan sedekah juga memberikan saya berkah untuk bisa menunaikan ibadah haji karena saya yakin sedekah merupakan cara terbaik untuk memperlancar rezeki yang didapat, berapa pun itu.”

Mimpi itu akhirnya jadi kenyataan. Tahun 2009, tabungannya selama 16 tahun membuat niatannya untuk terkabul. Setelah tujuh tahun menunggu, pada 2016 ini, Radiudin akan terbang ke Arab Saudi.

“Awalnya saya tidak menyangka bisa naik haji tahun ini dan alhamdulillah saya diberi kemudahan oleh Allah SWT untuk mewujudkan impian saya menjalankan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah,” katanya.

Menabung 40 Tahun

Juri Amat Syair (64 tahun), warga Desa Polorejo, Kecamatan Babadan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, juga bukan orang berpunya, karena dia hanyalah buruh tani dengan penghasilan yang tidak seberapa. Tetapi, niatnya untuk berhaji sangat besar, karena itu disisihkannya sebagian penghasilannya sejak 1976 demi bisa pergi ke Tanah Suci.

“Saya menabung dari 40 tahun lalu. Memang awalnya pengen banget naik haji. Tapi melihat kondisi saya seperti tidak memungkinkan,” kata Juri sambil menambahkan bahwa dia harus berjuang keras dalam menabung karena sering tabungan jadi berkurang untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak.

Diantara kebutuhan mendesak itu adalah biaya sekolah anak-anak saya. “Kan ada tiga anak, jadi harus saya biayai semua sekolahnya,” ujarnya.

Lantaran niatnya sudah kuat, Juri pada 2006 memberanikan diri mendaftar haji. Seperti kebanyakan calon jemaah haji yang lain, dia juga harus menunggu selama 10 tahun dan baru bisa berangkat tahun ini. Harapan dan doa Juri rupanya didengar Allah SWT. Dia termasuk salah satu calon jemaah haji asal Ponorogo yang diberangkatkan pada 10 Agustus 2016.

Siapa sangka juga, Daliman si tukang tambal ban dari Desa Donohudan, Ngemplak, Boyolali akhirnya bisa naik haji. Pria tua berusia 64 tahun ini diberangkatkan ke Tanah Suci Mekkah dalam kloter 56 pada 30 Agustus 2016.

Daliman naik haji bersama istrinya, Lasiyem, 56 tahun, yang biasa membantunya menambal ban. Mereka berangkat haji hanya bermodal niat suci. “Selebihnya, tangan-tangan Tuhan yang bekerja. Bapak mulai rajin menabung sejak 10 tahun lalu. Tabungan dari hasil menambal ban dan kalau ada orang yang beli ban baru,” kata Lasiyem.

Pasangan suami isteri ini tinggal di Dukuh Ngemplak, Desa Donohudan, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Rumah yang juga menjadi tempat usaha pasangan ini hanya berjarak sekitar 200 meter di sebelah barat asrama haji Donohudan, Boyolali.

Setiap tahun Lasiyem melihat rombongan jamaah calon haji dari berbagai daerah masuk ke asrama sebelum diberangkatkan ke tanah suci. Setiap melihat rombongan haji yang lewat, selalu muncul keinginan untuk bisa juga menjalankan ibadah haji sembari terus memanjatkan doa supaya dikabulkan.

Awal tahun 2011 lalu mereka mendaftar haji dengan uang tabungan yang mereka kumpulkan belasan tahun itu sebesar Rp32 juta. Karena tabungannya belum mencukupi – untuk mendaftar per orang harus Rp 25 juta – mereka menjual sepeda motornya Rp6 juta dan uang modal untuk belanja onderdil dipakai dulu untuk menggenapi setoran awal Rp50 juta.

Lima tahun sudah mereka menunggu, kini Daliman dan Lasiyem mendapat panggilan untuk berangkat berhaji ke Tanah Suci.

Tukang Sayur Naik Haji

Keinginan Sularmi Parno Sudarmo seorang penjual sayur di Danguran, Klaten, Jawa Tengah untuk pergi haji akhirnya terwujud, setelah menunggu selama 20 tahun. Dia menyisihkan uang hasil menjual sayur untuk Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) atau dahulu dikenal dengan nama Ongkos Naik Haji (ONH).

Sularmi sudah berjualan sayur selama 30 tahun. Pada awalnya dia memulai berjualan dengan berkeliling kampung. Namun sejak 13 tahun terakhir, ia memilih berjualan di kios yang letaknya berdekatan dengan rumah kontrakannya.

Penghasilan yang pas-pasan dari berjualan sayur berkisar Rp25 ribu hingga Rp30 ribu, tak membuat tekad Sularmi untuk berangkat ke Tanah Suci, surut. Terlebih dorongan almarhum suaminya membuat ia terus bersemangat menyisihkan uang untuk ditabung guna menunaikan rukun Islam kelima.

Setelah 20 tahun menabung, Sularmi akhirnya bisa mendaftarkan diri untuk naik haji pada 2010 lalu. Sesuai jadwal yang ditentukan, Sularmi berangkat haji tahun 2016 bersama jemaah lainnya dengan Kloter 90 pada 23 September mendatang dari Embarkasi Donohudan, Boyolali, Jateng.

Ada sebagian orang yang percaya bahwa melaksanakan ibadah haji adalah panggilan. Jadi orang-orang miskin yang diberkahi Allah SWT akhirnya mampu berangkat ke Baitullah, sementara hamba-hamba yang berpunya belum juga berangkat ke Tanah Suci, meski mereka memiliki kemampuan biaya. (R01/P001)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: illa

Editor: Rudi Hendrik

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.