Yangon, Myanmar, 6 Ramadhan 1436/23 Juni 2015 (MINA) – Ma Bhak Ta, organisasi biksu Buddha di Myanmar menyerukan pada pemerintahnya untuk melarang hijab atau jilbab di sekolah-sekolah, dengan alasan itu tidak sejalan dengan disiplin sekolah.
Para biksu yang tergabung dalam organisasi perlindungan ras dan agama atau biasa disebut Ma Bha Tha mengadakan koferensi akhir pekan lalu di Yangon yang dihadiri oleh sekitar 1.300 biarawan, yang membahas tentang agenda nasionalis menjelang pemilu tahun ini. Demikian The Guardian melaporkan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Selasa.
Ma Bha Tha mengatakan mereka sangat serius mendesak pemerintah untuk melarang hijab di sekolah-sekolah di Myanmar.
Konperensi juga mengecam umat Muslim yang menyembelih hewan sebagai kurban pada saat Hari Raya umat Muslim.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
“Kami akan serius mendesak pemerintah untuk melarang pelajar Muslim mengenakan burqa disekolah-sekolah pemerintah dan kami juga melarang pembunuhan hewan tak berdosa pada saat hari raya mereka (umat Muslim) ” demikian pernyataan Ma Bha Tha seperti yang dilansir The Guardian.
Anggota Ma Bha Tha, biksu U Pamaukkha mengatakan. “Ketika mereka umat Muslim tinggal di Myanmar, mereka harus mematuhi hukum dan peraturan negara, kami tidak menargetkan atau menyerang agama mereka,” katanya.
Organisasi biksu juga mengatakan akan mengajak warga Budha pemilih kepada jalur yang benar pada saat pemilu November mendatang, dan mereka akan mendorong orang memilih kandidat yang tidak akan membiarkan ras dan agamanya (Buddha ) menghilang.
Ma Bha Tha secara resmi dibentuk pada bulan Juni 2013, kelompok ini muncul ketika kekerasaan antar-komunal menyebar diseluruh Negeri, di mana umat Buddha yang mayoritas, menargetkan kaum minoritas Muslim. Kerusuhan juga dipicu oleh tulisan-tulisan di Media Sosial tentang laporan dugaan pemerkosaan perempuan Buddha yang dilakukan oleh seorang muslim.
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
Myanmar juga sedang dapat sorotan dunia internasional karena perlakuan rasialis kepada warga minoritas Rohingya beragama Islam, sehingga terjadi arus pelarian besar-besaran warga Rohingya ke luar negeri, terutama sekali dengan kaplk-kapal kecil yang tak laik layar.
(T/roy/P2)
MI’RAJ ISLAMIC NEWS AGENCY (MINA)
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam