Pakistan: Berjuang Perangi Wabah Demam Berdarah dan Penyakit Akibat Banjir

Karachi, MINA – berjuang untuk memerangi wabah demam berdarah dan penyakit yang ditularkan melalui air lainnya, terutama di selatan negara itu, kata pihak berwenang pada Senin (5/9)

Pemerintah dan badan amal telah mendirikan ratusan kamp medis di seluruh negeri untuk merawat pasien di daerah yang dilanda banjir, demikian Arab News melaporkan.

Menurut laporan petugas medis yang bekerja di lapangan, di Provinsi Sindh selatan, 511 orang, termasuk 219 anak-anak, telah kehilangan nyawa, sementara ribuan di seluruh negeri diserang oleh berbagai penyakit yang ditularkan melalui nyamuk dan air, termasuk diare, malaria, infeksi kulit dan demam berdarah.

Menteri Kesehatan Sindh, Dr. Azra Fazal Pechuho, mengatakan, pemerintah provinsi menangani penyakit dengan dukungan mitra internasionalnya.

“Pasokan antibiotik sedang dibeli, dan nantinya didistribusikan. Orang-orang yang dipindahkan secara internal sedang dipantau untuk mengidentifikasi kasus-kasus masalah pernapasan, diare, yang menjadi perhatian langsung,” kata Azra.

Data resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah Sindh menunjukkan lonjakan jumlah kasus demam berdarah dari 361 pada Juli menjadi 1.336 pada September, sementara 257 kasus saja telah dilaporkan dalam empat hari pertama September.

Pemerintah Sindh telah mendirikan 110 kamp medis dan menugaskan 117 dokter dan 277 paramedis, yang telah merawat lebih dari 785.000 pasien di daerah yang dilanda banjir sejak Juli.

“Nyamuk menyebar dengan cepat di semua daerah yang terkena banjir di Provinsi Sindh, menyebabkan tingginya jumlah kasus demam berdarah setiap hari,” kata Mehar Khursheed, Juru Bicara Departemen Kesehatan Sindh.

Ia mengatakan, kasus malaria meningkat karena pencemaran air. Banyak tempat yang masih sulit dijangkau oleh tim kesehatan dan gambaran penyakit yang sebenarnya baru diketahui setelah air banjir surut.

“Kami sedang mengerjakan penyediaan pesawat khusus untuk fogging udara karena situasi tentang penyakit yang ditularkan melalui air semakin berbahaya,” katanya.

Sejumlah badan amal dan organisasi kesejahteraan juga telah memobilisasi sumber daya, dan tenaga mereka untuk mencapai daerah yang terkena dampak banjir untuk pekerjaan penyelamatan dan bantuan.

Menurut data yang dirilis oleh Pusat Koordinasi Respons Banjir Nasional (NFRCC), hujan monsun bersejarah dan gletser yang mencair di pegunungan utara membawa banjir dahsyat, yang telah menewaskan sedikitnya 1.314 dan mempengaruhi lebih dari 35 juta orang.

Sepertiga dari negara itu terendam dan cuaca ekstrem, yang secara luas dikaitkan dengan perubahan iklim, masih diperkirakan akan berlanjut selama beberapa hari ke depan. (T/R6/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)