Tel Aviv, MINA – Pemimpin oposisi Israel Yair Lapid pada Ahad (18/12) menyerukan pemilihan umum baru di tengah serangan yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.
“Benjamin Netanyahu tidak dapat terus menjabat sebagai perdana menteri,” kata Lapid kepada surat kabar Yedioth Ahronoth. “Pemilu bisa diadakan selama perang.”
Ini adalah pertama kalinya seorang pemimpin oposisi Israel menyerukan diadakannya pemilihan umum baru saat serangan di daerah kantong yang diblokade tersebut. Anadolu Agency melaporkan.
Seruan tersebut, muncul di tengah meningkatnya kritik terhadap Netanyahu atas kegagalannya mengakui tanggung jawab atas serangan lintas batas yang dilakukan Pejuang Perlawnan Palestina Hamas pada 7 Oktober.
Baca Juga: Al-Qasam Rilis Video Animasi ”Netanyahu Gali Kubur untuk Sandera”
Jajak pendapat baru-baru ini yang dilakukan Lazar Research Institute menemukan, hanya 27% warga Israel percaya bahwa Netanyahu adalah orang yang tepat menjalankan pemerintahan.
Survei tersebut menemukan bahwa 49% warga Israel percaya bahwa Benny Gantz, pemimpin Partai Persatuan Nasional, adalah sosok terbaik memimpin pemerintahan negara tersebut.
Banyak warga Israel berharap penyelidikan pasca perang dengan Pejuang Hamas akan mengakhiri karir politik Netanyahu. Netanyahu terpilih sebagai perdana menteri pada akhir tahun 2022. Belum ada komentar dari Netanyahu atas pernyataan Lapid.
Israel telah melancarkan serangan udara dan darat di Jalur Gaza sebagai pembalasan atas serangan Pejuang Perlawanan Hamas, yang menewaskan sedikitnya 19.800 warga Palestina, sebagian besar anak-anak dan perempuan serta melukai 51.000 lainnya, menurut otoritas kesehatan di Gaza.
Baca Juga: Tentara Cadangan Israel Mengaku Lakukan Kejahatan Perang di Gaza
Hampir 1.200 orang Israel diyakini tewas dalam serangan Pejuang Hamas, sementara lebih dari 130 sandera masih disandera, menurut data resmi. (T/R4/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jihad Islam Kecam Otoritas Palestina yang Menangkap Para Pejuang di Tepi Barat