oleh: Nana Suryana, S,PdI, praktisi pendidikan
Peran pendidik bagi pembentukan karakter bangsa sangatlah strategis, karena pendidik merupakan faktor penentu kesuksesan setiap usaha pendidikan. Begitu pentingnya pendidik dalam dunia pendidikan ini, setiap pembahasan mengenai kurikulum pendidikan, sarana dan prasaran pendidikan, hingga pada pembahasan kriteria sumberdaya manusianya yang dibutuhkan oleh lemmbaga pendidikan, selalu bermuara pada pendidik, hal itulah yang menunjukkan betapa pentingnya seorang pendidik dalam pendidikan.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab XI. Pasal 39 (2) :
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penulisan dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
Setiap orang memiliki keinginan hidupnya baik dan besok-lusanya lebih baik lagi, naluri yang ada pada hati nurani selalu cenderung pada hal-hal yang baik dalam kehidupannya.
Namun dalam kenyataannya antara yang baik dan yang buruk berpacu silih berganti, saling mengejar muncul dipermukaan kehiduan nyata. Itulah kenyataan dalam kehidupan di dunia kita, terutama dalam kehidupan dunia media sosial yang sudah hampir tidak ada batas pemisah antara yang baik dan yang buruk, bercampur menjadi satu tontonan dalam satu genggaman media elektronik yang sudah semakin menguasai kehidupan manusia.
Hari-hari nya selalu ketergantungan dengan media sosial, sejak bangun tidur, keseharian siangharinya, hingga mau tidur lagi manusia tidak telepas dalam genggamanya ada alat media sosial (gadget). Sehingga mempengaruhi pola pikir, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan pendidikan terutama pada perubahan akhlak/adab anak usia dini dan remaja.
Sementara harapan atau cita-cita akan dapat diwujudkan dengan cara meningkatkan ilmu dan pengetahuan(pendidikan), sebagaiamana Allah sampaikan dalam firmannya :
Baca Juga: Suriah dan Corak Bendera yang Berganti
يا أيها الذين آمنوا إذا قيل لكم تفسحوا في المجالس فافسحوا يفسح الله لكم وإذا قيل انشزوا فانشزوا يرفع الله الذين آمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات والله بما تعملون خبير
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. QS 58. Al Mujadilah 11.
Seiring perkembagan zaman, dunia pendidikan pun berkembang pesat, bermunculan lembaga-lembaga pendidikan dengan motivasi dan corak serta tujuan yang berbeda-beda.
Sebuah perubahan(transpormasi) secara berangsur-angsur sehingga sampai pada satu tahapan yang diharapkan baik secara internal ataupun ekternal dalam sebuah pendidikan terpaut dengan pendidik itu sendiri. Maka fungsi pendidik memiliki keutamaan dalam proses pendidikan. Pendidik berperan sebagai kunci pembuka pikiran atau wawasan kehidupan dunia-akhirat, juga sebagai filter yang dapat memisahkan/menyeleksi mana hal yang baik dan yang buruk. Asmani(2009).
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman
Tujuan Pendidikan nasional menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Menurut Ishaq(2002) untuk mewujudkan pendidikan Islam yang seutuhnya, hendaknya memberikan pendidikan yang seimbang dalam penguasaan ilmiah, amaliyah dan da’wiah pada peserta didik. Dan pendidikan harus memiliki 8 karakter pendidikan islam, yaitu : 1). Takamuliyah(integral) Syamilah(menyeluruh). 2). Mutawazinah(keseimbangan), 3). Sulukiyah amaliyah(sikap perbuatan), 4). Fardiyah ijtima’iyah(personal dan sosial), 5). Mustamiroh(terus menerus), 6). Mutadarrijah(bertahap), 7). Muhafidhoh mujaddidah(menjaga dan memperbaharui), 8). ‘Amaliyah(universal).
Pendidikan akan dapat dicapai dengan baik jika terjadi interaksi yang bertujuan antara pendidik dengan peserta didiknya. Pendidik sebagai sumber pokok dalam pemaknaan proses pendidikan dengan menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif bagi peserta didik dalam pembelajaran. Pendidik memberikan pelayanan yang terbaik dengan menciptakan pendidikan yang menyenangkan dan menggairahkan, serta memberikan bimbingan secara bijaksana dan komunikasi yang harmonis dan ikhlas, juga memandang setiap pribadi yang berbeda untuk menentukan sikap dalam memberikan pembelajaran juga bimbingannya. Djamarah(2002).
Baca Juga: Hari HAM Sedunia: Momentum Perjuangan Palestina
Harapan-harapan pendidikan generasi untuk terwujudnya cita-cita setiap orangtua, lembaga pendidikan, juga pemangku kebijakan(pemerintah), haruslah disinergikan antara semua pihak terkait, seperti orangtua, masyarakat dan lembaga pendididkan, sebagaimana pendapat, Al hajimy(1420 H) dalam kitabnya :
Bahwa pendidikan membutuhkan lokasi untuk terwujudnya tujuan yang diharapkan, tanpa lokasi tersebut pendidikan tidak akan tegak, dan sebab penyimpangannya akan merubah alur pendidikan, adapun lokasi yang dibutuhkan dalam pendidikan islam adalah lokasi keluarga, masjid, dan lembaga pendidikan.
Pendidik merupakan ujung tumbak dalam proses pendidikan dan yang paling bertanggung jawab untuk mensukseskan proses pendidikan serta perkembangan pola pikir menuju hakikat manusia sebagai makhluk termulia yang diberi akal(kecerdasan) serta akhlakul karimah yang berguna bagi dirinya, masyarakat dan bangsanya.Nugraha(2011)
Melihat situasi, kondisi saat ini dan mendatang ketersidiaan SDM yang berkarakter sebagaimana yang diharapkan dalam tujuan pendidikan merupakan kebutuhan yang vital. Hal ini harus dipersiapkan untuk menghadapi tantangan global dan diperjuangkan secara bersama-sama. Persoalannya adalah kesiapan SDM Indonesia masih perlu peningkatan motivasi untuk mewujukan tujuan pendidikan. Misalnya untuk kasus-kasus klasik, masih banyak anak-anak yang belajar hanya mengandalkan saat di kelas saja, diluar sekolah lebih banyak main Game di Hp, orangtua beranggapan bahawa belajar cukup di sekolah saja, bahwa ada orangtua yang menyerahkan sepenuhnya kepada sekolah, sementara waktu belajar di sekolah jauh lebih sedikit waktunya dibanding waktu di luar sekolah(rumah dan masyaraktnya). Terutama dalam pendidikan kaarakter sosial dan budaya, kondisi ini sangat menghawatirkan bagi bangsa yang telah menyatakan merdeka sejak tahun 1945.
Baca Juga: Literasi tentang Palestina Muncul dari UIN Jakarta
Kondisi tersebut mencerminkan masalah sikap/perilaku yang memainkan perannya cukup signifikan dan mengharuskan adanya tindakan-tindakan untuk mengatasinya. Jawaban yang paling tepat dan komplek adalah melalui jalur pendidikan baik yang sifatnya formal atau pun yang non formal, sebagai upaya untuk membangun SDM yang berkarakter sesuai Al Quran sehingga membentuk pribadi yang kuat dan tangguh dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat. Pembangunan karakter pada pendidikan yang ada saat ini tertuang pada visi lembaga pendidikan. (A/Nn/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)