Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peringatan Hardiknas, Melihat Sejarah dan Mengenang Perjuangan Pahlawan Pendidikan

Insaf Muarif Gunawan - Selasa, 2 Mei 2023 - 20:27 WIB

Selasa, 2 Mei 2023 - 20:27 WIB

7 Views

Oleh: Ansaf Muarif Gunawan, Wartawan Kantor Berita MINA

Hari ini, 2 Mei, Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional. Pada hari ini, masyarakat Indonesia mengenang perjuangan para pahlawan pendidikan yang telah berjuang untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Sejarah Hari Pendidikan Nasional di Indonesia memiliki cerita yang panjang, dimulai dari masa penjajahan hingga masa kemerdekaan.

Pendidikan Masa Belanda

Baca Juga: BRIN Kukuhkan Empat Profesor Riset Baru

Memasuki abad ke 16, bangsa Portugis datang ke Indonesia, ternyata mereka juga mendirikan sekolah yang bertujuan mempermudah penyebaran agama Katolik.

Ketika Belanda memasuki Indonesia, kegiatan sekolah oleh Portugis ini berhenti, digantikan dengan sekolah yang dirintis oleh Belanda, masih dengan basis keagamaan. Ambon menjadi tempat yang pertama dipilih oleh Belanda.

Memasuki abad ke 19, Belanda mendirikan 20 sekolah di setiap ibukota keresidenan pada masa diberlakukannya Tanam Paksa tahun itu.

Namun, saat itu pelajar hanya boleh berasal dari kalangan bangsawan.

Baca Juga: Jateng Raih Dua Penghargaan Nasional, Bukti Komitmen di Bidang Kesehatan dan Keamanan Pangan

Pendidikan Masa Jepang

Jepang menduduki Indonesia selama 3,5 tahun, tepatnya sejak tahun 1942-1945. Kehadiran Jepang di Indonesia memang disambut dengan gembira rakyat pada masa itu. Bedanya, Jepang membuka sekolah ini untuk seluruh kalangan masyarakat, bukan hanya bangsawan.

Jepang menyediakan sekolah rakyat (Kokumin Gakko) sebagai pendidikan dasar, sekolah menengah sebagai pendidikan menengah, dan sekolah kejuruan bagi guru.

Jika pada masa penjajahan Belanda, bahasa utama yang digunakan adalah Bahasa Belanda, maka saat masa pendudukan Jepang berubah  menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa utama diikuti bahasa Jepang sebagai bahasa kedua.

Baca Juga: Pakar Timteng: Mayoritas Rakyat Suriah Menginginkan Perubahan

Selain itu, Jepang juga banyak menanamkan ideologi mental kebangsaan dengan memberlakukan tradisi seperti menyanyikan lagu kebangsaan Jepang, senam bersama menggunakan lagu Jepang (taiso), mengibarkan bendera, dan penghormatan terhadap kaisar.

Pendidikan yang diberikan pun hanya sebatas pendidikan formal yang tidak memperhatikan pendidikan karakter dan pendidikan kebangsaan. Namun, perjuangan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia terus dilakukan oleh para pahlawan bangsa.

Pendidikan Ki Hajar Dewantara

Salah satu pahlawan yang sangat berjasa dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah Ki Hajar Dewantara. Beliau adalah tokoh pendidikan yang sangat berpengaruh di Indonesia.

Baca Juga: Festival Harmoni Istiqlal, Menag: Masjid Bisa Jadi Tempat Perkawinan Budaya dan Agama

Ki Hajar Dewantara mendirikan sekolah Taman Siswa yang bertujuan untuk memberikan pendidikan yang murah dan berkualitas bagi masyarakat Indonesia.

Pada tanggal 2 Mei 1947, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu, Ki Hadjar Dewantara, mengeluarkan surat keputusan tentang penghapusan segala bentuk pendidikan yang berbau kolonial.

Surat keputusan ini ditandai sebagai hari lahirnya pendidikan nasional di Indonesia. Sejak saat itu, pendidikan di Indonesia mengalami perubahan yang signifikan. Pendidikan di Indonesia mulai diarahkan untuk mengembangkan karakter dan kebangsaan.

Dengan meningkatkan kesadaran dan kerja sama antara semua pihak, kita dapat menciptakan sistem pendidikan yang berkualitas dan merata bagi seluruh masyarakat Indonesia, sehingga cita-cita bangsa yang lebih maju dan sejahtera dapat tercapai.

Baca Juga: Industri Farmasi Didorong Daftar Sertifikasi Halal

Masih banyak tantangan yang harus dihadapi dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, seperti masalah infrastruktur, kualitas tenaga pendidik, kurikulum, dan akses pendidikan yang masih terbatas bagi masyarakat yang berada di daerah terpencil.

Dalam menghadapi tantangan tersebut, dibutuhkan kerja sama yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan semua pihak terkait untuk menciptakan sistem pendidikan yang berkualitas dan merata bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Semboyan Ki Hadjar Dewantara

Dalam perenungan pribadinya pada waktu itu, Ki Hadjar Dewantara, telah mempunyai gagasan yang sudah melampaui zamannya.
Semboyan pendidikan yang diusung oleh Ki Hadjar Dewantara adalah “Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”.

Baca Juga: Cuaca Jakarta Cenderung Mendung, Sebagian Hujan Ringan Sore Hari

Ing Ngarso Sung Tulodho berarti: Seorang pemimpin apabila di depan harus bisa memberikan contoh atau menjadi panutan bagi yang dipimpin (warga atau peserta didik). Ing Madyo Mangun Karso: Seorang pemimpin apabila berada di tengah-tengah masyarakat harus bisa membangkitkan semangat atau memberi motivasi supaya lebih maju, atau lebih baik.

Tut Wuri Handayani: Seorang pemimpin apabila berada di belakang harus bisa mendorong yang dipimpin supaya senantiasa lebih maju. Sangat menginspirasi dan menjadi landasan pendidikan Indonesia hingga saat ini.

(A/R8/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Menag Akan Buka Fakultas Kedokteran di Universitas PTIQ

Dikutip  dari beberapa sumber.

Rekomendasi untuk Anda

Pendidikan dan IPTEK
Desa Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah terendam banjir pada Februari 2024. (Istimewa)
Indonesia
Indonesia
Internasional
Khutbah Jumat