Tel Aviv, MINA – Seorang mantan pemimpin oposisi Israel menuntut penyelidikan atas serangan tentara Israel terhadap sebuah rumah di dekat Jalur Gaza, yang menewaskan 12 sandera berkebangsaan Israel.
Mereka dibunuh berdasarkan “Protokol Hannibal” yakni orang Israel lebih baik mati daripada jadi tawanan yang ditahan musuh.
“Ada kampanye yang gencar untuk mencegah penyelidikan atas insiden itu. Brigadir Jenderal Hiram memerintahkan penembakan tank dan menyerbu rumah di daerah Be’eri, menewaskan 12 sandera, termasuk anak-anak,” kata mantan pemimpin Partai Buruh Israel Shelly Yachimovich dalam pernyataan di X pada Ahad (24/12), mengacu pada serangan tentara Israel terhadap sebuah rumah dekat Jalur Gaza pada 7 Oktober.
Menurut media Israel, “Protokol Hannibal” adalah arahan militer yang diterapkan oleh tentara Zionis Israel yang mengatur bagaimana unit lapangan merespons ketika seorang tentara ditangkap oleh pasukan musuh.
Baca Juga: Tentara Cadangan Israel Mengaku Lakukan Kejahatan Perang di Gaza
Dinyatakan bahwa protokol tersebut dirancang pada tahun 1986 dan dibatalkan pada tahun 2016 berdasarkan keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Israel saat itu, Gadi Eisenkot, yang saat ini menjabat sebagai menteri di Dewan Menteri Militer.
Namun, Yachimovich yakin pembunuhan 12 sandera terkait dengan penerapan “Protokol Hannibal”. Israel belum secara resmi mengakui penerapan protokol dalam serangan tersebut.
Namun, baik media lokal maupun internasional mempertanyakan keadaan seputar pembunuhan sandera oleh tentara Israel selama serangan Hamas pada 7 Oktober.
Surat kabar Amerika The New York Times baru-baru ini menerbitkan laporan investigasi tentang terbunuhnya 12 warga Israel dalam pemboman tank Israel terhadap sebuah rumah di Kibbutz Be’eri, berdasarkan keputusan seorang komandan militer Israel, setelah mereka disandera oleh orang-orang bersenjata Palestina. (T/R4/P1)
Baca Juga: Jihad Islam Kecam Otoritas Palestina yang Menangkap Para Pejuang di Tepi Barat
Mi’raj News Agency (MINA)