Pesan Ramadhan Antara Trump, Obama dan Bush

Menyambut awal bulan Islam, Presiden Donald menawarkan harapan yang baik kepada umat Islam di seluruh dunia dalam sambutannya. Beberapa pengamat mengatakan, sambutan Ramadhan Trump cukup membuat dingin suasana meski dalam beberapa kebijakan sebelumnya hal itu sangat kontradiktif.

Hal ini cukup menarik jika kita membandingkan bagaimana pesan Ramadhan yang disampaikan para pemimpin negara “Adidaya” itu, terutama antara Presiden Donald Trump dan dua presiden pendahulunya yakni Barrack dan George Walker .

Seperti biasa, Trump menyampaikan hal itu melalui akun Twitter-nya yang sering menjadi berita utama di berbagai media dunia.

“Dengan datang bulan (Ramadhan) ini, saya mengirimkan salam dan harapan terbaik saya kepada semua umat Muslim yang merayakan Ramadhan di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. Selama bulan suci Ramadhan, Muslim memperingati turunnya wahyu yaitu Al-Quran kepada Nabi Muhammad melalui kebersamaan dan doa. Banyak yang memperingati bulan suci ini dengan berpuasa, melakukan aktivitas kebaikan, membaca doa, dan membaca Alquran,” katanya.

Presiden Trump menambahkan, umat Islam yang merayakan Ramadhan dapat memperkuat komunitas di AS, membantu kepada yang membutuhkan dan saling melayani sebagai contoh bagaimana menjalani kehidupan beragama.

“Ramadhan mengingatkan kita pada kekayaan umat Islam sebagai keberagaman kehidupan beragama di Amerika. Di negara kita ini, kita semua diberkati untuk hidup di bawah Konstitusi yang memupuk kebebasan beragama dan menghormati praktik keagamaan,” kata Trump.

Pernyataan Trump kali ini sangat berbeda dengan apa yang ia sampaikan saat kampanye presiden AS tahun lalu. Ia menyatakan bahwa umat Muslim menjadi sumber masalah di AS dan ia melarang masuknya orang-orang dari negara berpenduduk Muslim seperti Iran, Libya, Somalia, Suriah dan Yaman.

Tahun 2017 lalu, dalam sambutannya menjelang Ramadhan, Trump mengatakan, “Saya tegaskan pesan saya untuk Riyadh: Amerika akan selalu berdiri dengan sekutu kami melawan terorisme dan ideologi yang membahayakan itu,” kata Trump.

Pidato Trump tahun lalu sangat menekankan untuk membasmi “teroris dan ekstremis.” Kata itu diucapkan dalam pidatonya 31 kali sehingga pengamat menyebut dia sebagai presiden yang temperamen.

Namun, jika kita menilik ucapan Presiden AS sebelumnya, ada hal yang cukup menarik untuk kita perbandingkan dan ambil kesimpulan.

Berikut adalah kutipan pesan Bush pada Ramadan dalam tahun pertamanya menjadi presiden yang disampaikan dua bulan setelah tragedi 11 September 2001:

“Komunitas Muslim Amerika sangat beragam seperti banyak komunitas Muslim di seluruh dunia. Muslim dari berbagai latar belakang berdoa bersama di masjid-masjid di seluruh tanah kami yang luas. Dan, Muslim Amerika melayani di setiap aspek kehidupan, termasuk angkatan bersenjata kita.”

Pernyataan Bush cukup mendinginkan suasana ketegangan meskipun beberapa bulan sebelumnya terjadi sebuah tragedi yang cukup membuat rakyat AS menduga keras umat Islam sebagai pelakunya. Meski saat itu banyak keluarga korban 9/11 yang menjadi paranoid dengan kata “Islam, Muslim dan Ramadhan”, setidaknya Bush menyampaikan pernyataan yang cukup mendinginkan suasana.

Berikut ini adalah kutipan dari pernyataan Ramadan pertama Barrack Obama di tahun pertamanya sebagai presiden pada 2009:

“Bulan (Ramadhan) ini merupakan waktu pembaruan dan ini merupakan Ramadhan pertama sejak Presiden menguraikan visinya untuk permulaan baru hubungan antara Amerika dan dunia Muslim. Sebagai bagian dari permulaan baru itu, kita menekankan bahwa hubungan kita dengan komunitas Muslim tidak didasarkan pada masalah politik dan keamanan semata. Kemitraan sejati antara AS dan umat Muslim juga membutuhkan kerja sama di semua bidang – terutama yang dapat membuat perubahan positif dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, termasuk pendidikan, sains dan teknologi, kesehatan, dan kewirausahaan. Banyak bidang di mana komunitas Muslim telah membantu memainkan peran perintis sepanjang sejarah AS. ”

Banyak kalangan pengamat menyatakan bahwa pernyataan Obama tidak akan menyudutkan umat Muslim AS meskipun masih ada rakyatnya yang membenci Islam akibat tragedi WTC 2001 lalu.

Kebijakan politik Obama cukup bersahabat dengan dunia Islam meskipun ia sebagai seorang pemimpin AS tetap mendukung “penjajahan” yang dilakukan Israel terhadap Palestina. Beberapa kebijakannya yang menarik pasukannya di Irak dan Afghanistan serta tercapainya perjanjian nuklir dengan Iran dinilai sebagai langkah maju bagi hubungan baik dengan dunia Islam.

Dalam kujungannya ke negara-negara Timur Tengah seperti Mesir, Obama juga menjajikan kerja sama yang produktif antara AS dengan dunia Islam, meskipun bagi setiap bantuan dan kebijakan AS tetap tidak ada “Makan Siang Gratis” bagi negara-negara Islam. (A/P2/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

 

Wartawan: Widi Kusnadi

Editor: Rudi Hendrik

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0