Ramadhan Bulan Peningkatan Amal Shalih

 

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Mi’raj News Agency (MINA), Da’i Pesantren Al-Fatah Bogor

adalah satu-satunya nama bulan yang disebut dalam Al-Quran (Surat Al-Baqarah ayat 185), sehingga tepat sekali, jika Allah Subhanahu Wa Ta’ala memilih bulan Ramadhan menjadi bulan istimewa. Bulan berlangsungnya berbagai peristiwa yang mengandung pelajaran (ibrah) dan pendorong semangat kehidupan umat manusia.

Keistimewaan bulan Ramadhan dimulai dengan turunnya Al-Qur’an. Bersamaan dengan dimulainya tugas kerasulan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk menyebarkan risalah Islamiyah yang mengandung rahmat untuk seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin).

Peran dan fungsi Al-Qur’an adalah kitab suci petunjuk bagi manusia, berisi penjelasan-penjelasan mengenai segala hal, serta al-furqan” pembeda antara yang haq dan bathil.

Pada bulan Ramadhan jaman nabi, terjadi Perang Badar Al-Kubra (tahun ke-2 Hijrah). Perang antara umat Islam yang mempertahankan diri dari serangan kaum musyrikin Quraisy Mekkah.

Kekuatan pasukan umat Islam saat itu 330 orang, terdiri dari Muhajirin (umat Islam yang hijrah dari Mekkah) dan Anshar (umat Islam penduduk asli Madinah), dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Sementara kafir Quraisy berjumlah 950 orang, dipimpin jago-jago perang, seperti Abu Jahal, Abu Lahab, Abu Sofyan, dll.

Pasukan Islam yang minim pengalaman, jumlah, dan peralatan, ternyata mampu mengalahkan Musyrikin Mekkah yang gagah perkasa. Nilai haq walaupun kecil, dapat mengalahkan nilai bathil yang berlipat-ganda.

Maka Perang Badar, yang ditempuh umat Islam sambil melaksanakan ibadah shaum Ramadhan, disebut “yaumul furqon”, Hari Pemisah antara haq dan bathil. Perang kemenangan ini terjadi pada bulan Ramadhan.

Enam tahun setelah Perang Badar yang amat fenomenal itu, tahun ke-8 Hijrah, umat Islam melakukan Pembebasan Kota Mekkah, dan itu terjadi pada bulan Ramadhan. Penghuni Mekkah yang mayoritas masih musyrik dan kafir menyerah tanpa perlawanan. Termasuk tokoh-tokohnya yang sebelumnya memusuhi Islam.

Baik Perang Badar maupun Fathu Mekkah, yang berlangsung pada bulan Ramadhan, merupakan contoh bagi umat Islam sepanjang zaman, bagaimana Ramadhan merupakan bulan peningkatan dan shalih di jalan Allah.

Dari rangkaian peristiwa yang terjadi pada bulan suci Ramadhan tersebut, menggambarkan bahwa bulan Ramadhan bukanlah bulan bersantai-santai, tidur-tiduran, dan bermain-main sekedar menunggu beduk maghrib. Bukan pula bulan menurunkan prestasi dan kinerja amal.

Tetapi justru bulan penuh perjuangan, bulan memperbanyak amal shalih, perbuatan kebajikan, bulan peningkatan jihad di jalan Allah. Sebab amal ibadah dan kebajikan pada bulan Ramadhan itu akan dilipatgandakan sebanyak-banyaknya oleh Allah. Kapan lagi saatnya kalau bukan bulan Ramadhan.

Kalau dia mengajar pada bulan Ramadhan, pahalanya berlipat ganda. Kalau dia menulis tausiyah, maka pahala penanya, laptopnya, akan berlipat ganda pula. Demikian pula ibadah khusus seperti shalat berjamaah, bertadarus Al-Quran, berdoa, dan sebagainya.

Orang-orang yang berpuasa Ramadhan itu tidak perlu memikirkan dan menyediakan makan, minum, coffee break, dan makanan ringan lainnya. Namun kesempatan fokus pada pekerjaannya, amal kebajikannya. Hingga menunggu datangnya saat azan Maghrib. Itu saja seolah yang dinanti, dan tak dinantipun akan datang juga

Maka, tatkala azan Maghrib berkumandang, datanglah kegembiraan itu. Hingga hilang lelah, letih dan lemah sepanjang seharian berpuasa. Diganti aneka minuman dan makanan yang menanti di meja hidangan. Belum lagi nanti kebahagiaan di sisi Allah, saat menjemput pahala kelak di akhirat.

Kesempatan peningkatan pahala amal shalih, kerja, jihad di jalan Allah, hanya ada pada bulan suci Ramadhan penuh berkah. Maka, jangan sia-siakan bulan agung ini, Ramadhan Kariem, pergi tanpa jejak amal kebaikan. (A/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Comments: 0