ramadhan-mubarak-300x209.jpg" alt="" width="550" height="383" />Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى أَنْعَمَ عَلَيْنَا بِنِعْمَةِ اْلإِيْـمَانِ وَاْلإِسْلاَمِ, وكُتِبَ عَلَيْنَا الصِّيَام اَلَّذِى هُوَ رُكْنٌ مِنْ أَرْكَانِ اْلاِسْلاَمِ, أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً أَدَّخِرُهَا لِيَوْمِ الزِّحَامِ, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَلدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى دَارِ السَّلاَم. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ وَمَصَابِيْحِ الظُّلاَمِ. أمَّا بعْدُ, فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهِ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ وَتَرْكِ الأَثَامِ وَتَدْخُلُوْا جَنَّةَ رَبِّكُمْ بِسَلاَمٍ, وَقَالَ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Jama’ah jum’ah yang mengharap ridha dan ampunan Allah…..
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah. Setelah sebelas bulan kita menjalani lekuk-liku kehidupan, sudah pasti sangat banyak bergelimang dosa, alpa, kesalahan dan kemaksiatan. Besar maupun kecil, kelihatan atau tersembunyi.
Setelah sebelas bulan kita bergelut mencari nafkah, mengadu nasib, mengejar prestasi, tidak sedikit kita menyerempet perbuatan mungkar, zina, dan berbuat salah kepada sesama.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Kewajiban dan Hak dalam Pandangan Islam
Alhamdulillah, kita masih diberi kesempatan bertobat dan membersihkan segala noda dosa tersebut dengan kehadiran bulan suci Ramadhan. Insya-Allah. Semoga kita diberi kesempatan Allah untuk berjumpa dengan Ramadhan.
Hal ini mengingat kesempatan dan peluang meraih derajat taqwa sangatlah terbuka pada bulan penuh barakah ini, bila diisi dengan amal ibadah sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Dengan demikian, Insya Allah ibadah shaum yang kita amalkan dapat membuahkan hasil berupa Taqwa, sebagaimana Allah janjikan di dalam Surat Al-Baqarah ayat 183 :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian shaum sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa”.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menggapai Syahid di Jalan Allah Ta’ala
Sungguh, Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memperhitungkan bahwa mereka yang bersedia memikul perintah-Nya untuk menjalankan shaum Ramadhan hanyalah orang-orang yang beriman.
Sebab, ibadah shaum Ramadhan ini memang adalah suatu perintah yang membutuhkan pengorbanan kesenangan diri dan kebiasaan setiap hari. Ibadah shaum ini adalah suatu perintah memerlukan keshabaran dari titik nol sahur dini hari hingga berbuka di senja hari. Artinya, kesabaran dalam kebaikan yang selalu dijalaninya sejak gejolak usia muda, sampai di penghujung usia senjanya yang sudah mulai renta dan butuh perhatian semua.
Ibadah puasa Ramadhan ini adalah suatu perintah yang di dalamnya mengandung ajaran agar orang-orang yang beriman memiliki keteguhan jiwa di dalam berjihad fi sabilillah, menegakkan syariat-Nya, dan di dalam melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar. Tanpa takut celaan dari orang-orang yang mencela.
Ibadah puasa Ramadhan pula adalah suatu ibadah yang menuntun hamba-hamba-Nya untuk berjiwa optimis menatap masa depan, bahwa masih sangat-sangat terbuka harapan untuk menggapai prestasi. Mengingatkan juga hamba-hamba-Nya untuk bangkit dari keterpurukan, dinamis menatap hari esok yang cerah, serta bersemangat, pantang putus asa dari mengharap rahmat dan ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Mempersiapkan Generasi Pembebas Masjid Al-Aqsa
Oleh karena itulah, kaum Muslimin yang berbahagia.
Orang-orang yang beriman pun selalu tertanam di dalam dirinya, jiwa yang selalu siap menerima setiap perubahan yang sewaktu-waktu datang. Orang-orang yang beriman adalah mereka yang kuat dan tegar menghadapi setiap tantangan yang ada. Sebab, setiap ada problematika, tantangan, bahkan ancaman, baik di dalam kehidupan rumah tangga, di dalam bertetangga dan bermasyarakat, serta di dalam dunia pendidikan, dakwah, hingga dalam penegakan jihad menegakkan kalimah Allah.
Berarti di situ terdapat ladang-ladang amal sholeh, peluang untuk berkreasi dan berimproviasi, serta ada sarana untuk meningkatkan ketekunan dalam bermujahadah.
Sekaligus sebagai media introspkesi muhasabah atas apa yang telah kita lalui. Mungkin etos amal kita selama ini kurang sungguh-sungguh. Mungkin jembatan komunikasi dan silaturrahim kita kurang akrab terjalin.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi
Mungkin juga doa yang kita panjatkan selama ini kurang diterima Allah karena makanan, minuman, dan segala asupan yang kita masukkan ke dalam perut kita dan perut anak isteri kita kurang terjamin halalan thayyibah-nya. Mungkin pula kurangnya ridha orang tua kita atau kerelaan lingkungan sekitar pergaulan kita akibat tingkah laku kita sendiri yang telah menyakiti dan mereka.
Hadirin sidang jum’ah yang dimuliakan Allah…..
Dalam ibadah puasa Ramadhan, di samping segala persyaratannya kita tempuh dengan sebaik-baiknya, mulai dari sahur hingga berbuka, mulai dari ibadah mahdhoh hingga tathawwu, yang wajib selalu kita jaga adalah keikhlasan di dalam jiwa kita.
Ikhlas karena mengharap ridha Allah dalam melaksanakan shaum sangat penting sebagai landasan ibadah.Bukan hanya dalam ibadah dhaum, tetapi juga dalam segala amal perbuatan yang mengandung kebaikan di dalamnya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengingatkan :
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Artinya : “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (Q.S. Al-Bayyinah [98] : 5).
Kita juga mesti mengikhlaskan diri terhadap semua yang Allah cantumkan di dalam Al-Quran. Allah memerintahkan kita mengeluarkan infaq di jalan Allah, kita pun ikhlas mengeluarkannya. Allah menyuruh kita bangun tengah malam untuk melaksanakan tahajud, atau Tarawih pada bulan Ramadhan, kita pun ikhlas mengerjakannya.
Sebaliknya, Allah melarang kita mengambil harta dengan cara riba, melarang kita berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan muhrimnya, mencegah kita jangan sampai berselingkuh, mencegah kita berbuat curang atau menzalimi antarsesama, maka kita pun hendaknya ikhlas menerimanya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
Allah mengingatkan kita :
إِنَّآ أَنزَلۡنَآ إِلَيۡكَ ٱلۡڪِتَـٰبَ بِٱلۡحَقِّ فَٱعۡبُدِ ٱللَّهَ مُخۡلِصً۬ا لَّهُ ٱلدِّينَ
Artinya : “Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Qur’an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya.”(Q.S. Az- Zumar [39] : 2).
قُلۡ إِنِّىٓ أُمِرۡتُ أَنۡ أَعۡبُدَ ٱللَّهَ مُخۡلِصً۬ا لَّهُ ٱلدِّينَ
Artinya : “Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. (Q.S. Az- Zumar [39] : 11).
Karenanya, orang-orang yang puasa Ramadhannya ikhlas, insya-Allah terukir dalam lisannya perkataan yang indah. Sehingga manakala diajak menghujat orang lain tanpa haq, ketika dibujuk nafsu untuk merusak ukhuwah islamiyah, terhujam di dalam kalimatnya : “Sesungguhnya saya sedang berpuasa. Sesungguhnya saya sedang berpuasa. Saya sedang menahan diri, saya sedang mengendalikan diri”.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengingatkan kita dalam sabdanya :
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَعَرَفَ حُدُوْدَهُ وَتَحَفَّظَ مِمَّا كَانَ يَنْبَغِيْ اَنْ يُتَحَفَّظَ مِنْهُ
Artinya : ”Barangsiapa berpuasa Ramadhan dan mengetahui segala batas-batasnya, serta memelihara diri dari segala yang baik dipelihara diri darinya, niscaya shaumnya itu menutupi dosa-dosanya yang telah lalu”. (H.R. Ahmad dan Al-Baihaqi dari Abu Sa’id Radhiyallahu ‘Anhu).
مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَصَامَ رَمَضَانَ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ
Artinya : “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan mendirikan shalat, dan puasa Ramadhan, maka wajib bagi Allah memasukkannya ke syurga”. (H.R. Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).
اتَّقُوا اللَّهَ رَبَّكُمْ وَصَلُّوا خَمْسَكُمْ وَصُومُوا شَهْرَكُمْ وَأَدُّوا زَكَاةَ أَمْوَالِكُمْ وَأَطِيعُوا ذَا أَمْرِكُمْ تَدْخُلُوا جَنَّةَ رَبِّكُمْ
Artinya : “Bertaqwalah kepada Allah Tuhan kalian, dan shalatlah kalian lima waktu, dan puasalah kalian pada bulan (Ramadhan), dan tunaikanlah zakat harta-harta kalian, dan tha’atilah perintah atas kalian, niscaya akan dimasukkan ke dalam syurga Tuhan kalian”. (H.R. At-Tirmidzi dari Abu Umamah Radhiyallahu ‘Anhu).
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
Maka, marilah kita raih kemuliaan dan keutamaan bulan suci Ramadhan ini dengan segala amal kebaikan, baik yang bersifat indvidu maupun sosial. Dan semua itu hanya dapat diraih dengan kesungguhan, karena siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkannya. Seperti pepatah yang mengatakan “man jadda wajada”.
Semoga Allah Ta’ala memberikan kekuatan dan kemudahan bagi kita meraih kemuliaan sepanjang bulan Ramadhan. Aamiin yaa mujiibas saa’iliin. (RS2/RS3)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina