Saat Perempuan Non-Muslim Berjilbab Sepanjang Ramadhan

Doha, MINA – Perempuan non-Muslim asal Inggris tiba-tiba memakai selama bulan suci Ramadhan sebagai bentuk solidaritas dengan wanita Muslimah yang menghadapi diskriminasi.

Wanita Kristen, Ellie Lloyd dan putrinya Grace berpartisipasi dalam tantangan hijab Ramadhan 30 hari.

Grace Lloyd mendapat tepuk tangan dari teman-temannya ketika dia masuk ke kelasnya di Doha Gulf English School pada hari pertama Ramadhan, mengenakan jilbab hitam dengan seragam birunya.

Remaja berusia 11 tahun itu pun memerah pipinya ketika teman-teman sekelasnya di kelas tujuh di ibukota Qatar bertepuk tangan dan bersorak untuknya.

Ia biarpun seorang Kristen Inggris, akan menutupi kepalanya dengan jilbab selama bulan Ramadhan tahun ini, dalam solidaritas dengan wanita Muslim yang menghadapi diskriminasi karena mengenakan jilbab.

“Saya merasa sangat kuat tentang ini,” kata peserta termuda dari tantangan hijab Ramadhan 30 hari tersebut.

Inisiatif tahunan dilakukan oleh organisasi nirlaba World Hijab Day (WHD), dengan mengundang perempuan dari semua agama untuk mengenakan jilbab sepanjang sebulan.

“Saya biasanya memakai jilbab hitam. Saya merasa lebih nyaman dengan itu karena semua orang di kelas saya juga memakainya,” katanya kepada Al-Jazeera edisi Senin (21/5/2018), dan menambahkan dia mungkin akan mencoba warna lain pada akhir bulan.

Menurut penyelenggara, tujuan dari kegiatan selama sebulan adalah untuk membangun jembatan dan menolak diskriminasi terhadap wanita berjilbab.

Nazma Khan, presiden dan pendiri organisasi World Hijab Day, mengatakan, “Acara ini adalah bagi mereka yang ingin memakai hijab selama lebih dari satu hari, untuk lebih memahami apa yang wanita Muslimah alami setiap hari,” kata Nazma Khan.

Setiap tahun pada tanggal 1 Februari, ia mengundang wanita untuk menutup kepala mereka selama sehari untuk menandai Hari Hijab Dunia.

“Sangat menyenangkan untuk memiliki satu hari di mana Anda berjalan dengan pakaian orang lain, dan selama 30 hari, Anda benar-benar bisa memakainya,” Ellie Lloyd, direktur eksekutif WHD dan duta besar Qatar untuk organisasi nirlaba, mengatakan.

“Bagi seorang wanita Muslimah yang memakainya, jilbab itu memiliki makna spiritual terdalam,” tambahnya.

Khan mengatakan, non-Muslim mengenakan jilbab memiliki dampak sosial yang lebih besar daripada berpuasa sebagai bagian dari tantangan Ramadhan.

Afaf Nasher, Direktur Eksekutif Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), menyetujui hal itu.

“Memakai jilbab mempromosikan iman secara terbuka,” katanya.

Lainnya, Kayla (35 th), seorang Kristen Mormon, selain mengenakan jilbab selama 30 hari, dia juga ikut berpuasa tahun ini.

“Ada keindahan seperti itu datang bersama komunitas untuk berpuasa yang tidak dapat digambarkan kecuali Anda berpartisipasi,” kata wanita asal Fresno, California itu.

Dia ingin mengambil tantangan jilbab untuk “lebih memahami perjuangan atau kemenangan mereka”.

Ellie Lloyd (38), seorang wanita Kristen Inggris, juga mempertimbangkan berpuasa bulan Ramadhan tahun ini.

Dia pun mengatakan kepada putrinya untuk mengganti pakaian mereka sepenuhnya dengan pakaian jilbab.

“Ini bukan hanya tentang Anda berpakaian. Tidak ada gunanya mengenakan jilbab dan kemudian mengenakan jins ketat. Jadi, aku menghormati seluruh pakaianku, tidak hanya menutupi rambutku,” ujarnya. (A/RS2/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0