Serikat Jurnalis Tunisia: Presiden Saied Musuh Kebebasan Pers

Presiden Tunisia Kais Saied. (Foto: Nacer Talel/Anadolu Agency)

Tunis, MINA – Persatuan jurnalis utama pada Rabu (3/5/2023) menuduh Presiden Kais Saied menjadi musuh nomor satu sejak ia merebut hampir semua kekuasaan pada 2021, sebuah langkah yang digambarkan oposisi sebagai kudeta.

Pers bebas adalah keuntungan utama yang dimenangkan Tunisia dari revolusi 2011 yang mengakhiri pemerintahan otokratis mendiang Presiden Zine El Abidine Ben Ali. Namun, wartawan sekarang mengeluh bahwa kebebasan itu telah terkikis. The New Arab melaporkan.

Serikat jurnalis Reporters Without Borders mengatakan bahwa kebebasan pers telah menurun secara signifikan di Tunisia pada tahun lalu, dimana negara tersebut jatuh dari urutan ke-94 ke urutan ke-121 dalam daftarnya.

Mahdi Jlassi, Ketua Sindikat Nasional Jurnalis Tunisia, mengatakan bahwa televisi negara telah menjadi “corong propaganda sepele yang mengecualikan semua suara oposisi”, setelah tetap menjadi suara pluralistik selama dekade terakhir.

Saied pada bulan September mengeluarkan undang-undang yang memberlakukan hukuman penjara karena menyebarkan informasi palsu atau desas-desus online, sebuah langkah yang dikecam oleh wartawan sebagai serangan terhadap kebebasan berbicara.

Jlassi mengatakan, beberapa jurnalis telah diadili berdasarkan undang-undang tersebut, yang merupakan “kemunduran terbesar bagi kebebasan berekspresi sejak 2011”.

Saied menolak tuduhan membatasi kebebasan pers dan mengatakan tidak ada jurnalis yang dipenjara karena pendapatnya. Saied membela hukum yang diperlukan untuk menyelamatkan Tunisia dari tahun-tahun krisis.

Kementerian Dalam Negeri mengatakan bahwa tidak ada serangan yang disengaja terhadap hak-hak jurnalis, tetapi mungkin ada “kesalahan individu”.

Tahun lalu, jurnalis Saleh Attia dipenjara selama tiga bulan karena mengkritik peran tentara dalam politik. Jurnalis Ameur Ayad dipenjara selama dua bulan karena mengkritik presiden. Wartawan Nizar Bahloul menghadapi persidangan atas sebuah artikel yang secara umum mengkritik pihak berwenang.

Polisi saat ini sedang menyelidiki jurnalis Mohamed Bougaleb dan Monia Arfaoui atas pencemaran nama baik setelah mereka mengkritik Menteri Agama.

Tahun ini, Nourredine Boutar, Kepala Radio Mosaique, outlet berita utama Tunisia, dipenjara atas tuduhan konspirasi terhadap negara dan pencucian uang. Menurut pengacaranya, penyelidik bertanya kepadanya terutama tentang garis editorial radio tersebut.

Persatuan jurnalis mengatakan banyak aktivis dan warga lainnya juga telah dipenjara karena unggahan media sosial yang mengkritik presiden dan pejabat lainnya. (T/RI-1/P2)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.