Jakarta, 7 Syawal 1436/23 Juli 2015 (MINA) – Kitab Kuning merupakan kitab rujukan dasar untuk segala keilmuan agama Islam yang mengupas tentang Al-Qur’an dan Hadits, kata ketua devisi Pengembangan, Humas dan Penerangan Pondok Pesantren Shuffah Hizbullah Mranggen, Semarang, Subhan Amier CHAF.
“Keunggulan mempelajarinya, kita akan mengetahui hukum Islam bahkan kita juga bisa mengetahui asal-usul hadits yang semuanya menggunakan Bahasa Arab klasik, tertuang pada Kitab Kuning,” katanya.
Subhan kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Kamis, mengatakan umat Islam dewasa ini telah melupakan urgensi kitab rujukan.
Dia menegaskan, umat Islam tidak akan mampu memahami satu naskah ayat dalam Al-Quran dengan tepat jika tidak mempelajari Kitab Kuning.
Baca Juga: Tim SAR dan UAR Berhasil Evakuasi Jenazah Korban Longsor Sukabumi
“Yang harus kita ingat dan kita ketahui bahwa kita tidak mampu memahami satu naskah ayat ataupun hadits dengan tepat dan lebih mendalam kalau tidak dibantu oleh kitab-kitab tafsir dan kitab-kitab hadits yang semuanya tertuang dalam Bahasa Arab klasik yang penuh dan sarat dengan makna yang cukup luas dan mendalam,” tegasnya.
“Jika kitab-kitab ini dilupakan, pemahaman terhadap pengetahuan agama Islam akan semakin luntur dan ini menunjukan kemunduran kita khususnya umat Islam,” jelasnya.
Menurut lulusan sastra Arab di Universitas Internasional Afrika dan Universitas Al-Quranul Karim, Sudan tersebut mengatakan, kondisi ini sangat memprihatinkan untuk dunia pendidikan umat Islam baik yang di Indonesia khususnya dan dunia Islam pada umumnya.
“Kondisi ini sangat memprihatinkan ummat muslim, baik yang berada di negara Arab terlebih yang berada di luar Negara Arab, karena dengan semakin tidak mengindahkannya menunjukan bahwa kita telah mengabaikan ilmu-ilmu tentang keislaman,” katanya.
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
Dia menghimbau kepada seluruh umat Muslim agar kembali memperhatikan kitab-kitab rujukan yang asli, mempelajari Bahasa Arab dengan baik dan benar untuk memahami kitab tersebut, karena kitab-kitab itu sangat membantu memahami Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Karena menurutnya, jika umat Muslim hanya mengandalkan terjemahan, pemahaman yang akan didapatkan akan sangat minim sekali.
Dia berharap dengan kebangkitan dan kehadiran kembali Ponpes Shuffah Hizbullah di Mranggen Juni lalu yang mengedepankan kajian kitab-kitab “Turots” (kitab kuning), “agar generasi kita akan semakin melek dan membuka mata terhadap ilmu keislaman yang kaya dengan milyaran gudang pengetahuan”.
Mengenal Shuffah Hizbullah Mranggen
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat
Shuffah adalah tempat atau lembaga untuk penggemblengan ilmu agama yang pertama dalam Islam. “Shuffah Hizbullah” di Mranggen adalah sebagai tempat atau lembaga yang pertama dalam Tarbiyah Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah di Jama’ah Muslimin (Hizbullah).
“Shuffah Hizbullah” Mranggen didirikan pada 7 Juli 1979/ 11 Sya’ban 1399 H oleh KH Abdullah Fadlil Ali Siradj (alm) bersama Istri Hj. Sa’diyah Binti Djunaed (alm) dibantu oleh putranya KH. Yakhsyallah Mansur M.A yang saat ini menjadi Imaamul Muslimin sepeninggalnya Muhyiddin Hamidy (alm).
Ponpes yang memiliki visi mencetak generasi Khaira Ummah Penegak Khilafah Berbasis Al-Quran dan As-Sunah tersebut saat untuk tahun ajaran 2015-2016 telah menerima 25 santri dari berbagai tinggkatan baik dasar, hingga SMA. Mereka berasal dari berbagai wilayah Indonesia, diantaranya, Medan, Lampung, Jakarta, Bandung dan Kalimantan.
Adapun tujuan dari ponpes yang masa pendidikan selama enam tahun (5 tahun belajar dan 1 tahun pengabdian) tersebut adalah munguasai pemahaman Al-Quran-Sunnah sebagai dasar rujukan penguasaan agama Islam dengan kompetensi Bahasa Arab untuk menyiapkan Thoifah Yatafaqqohu Fiddin (kelompok yang memahami agama).
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain
Para santri akan mendapatkan pelajaran berupa Al-Qur’an (Tahsin, Tajwid, Ghoroib, Tahfidz, Tafsir dan ‘Ulumul Qur’an), Hadits (Tahfidz dan ‘Ulumul Hadits), Qowa’idul Lughoh Al-‘Arabiyyah (Nahwu, Shorof, I’ilal dan Balaghoh), Fiqih (‘Ubudiyah, Ilmu Hadits dan Ilmul Mirats), Sejarah / Tarikh (Nabi, Sahabat, KhulafaurRasyidin dan Jama’ahMusliminHizbullah), Tauhid (Uluhiyyah, ‘Ubudiyyah dan Jama’ahImaamah), Dakwah (Ilmu Dakwah dan Ceramah), Diskusi (Dialog dan Kritik Pemikiran), Masa Bakti Ilmiyyah (MBI) dan KaryaTulis Ilmiyyah.
Santri mendapatkan ijazah pondok pesantren dan ijazah formal dengan mengikuti program Paket B & C dari pemerintah .(L/P004/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain