Tanda Tanya Organisasi pro-Israel Bantu Gaza (Oleh: Hamza Abu Eltarabesh, Gaza)

jelas membutuhkan bantuan dalam memerangi COVID-19. Layanan medisnya telah dilemahkan oleh blokade berkepanjangan dan serangkaian serangan Israel.

Meskipun demikian, pertanyaan harus diajukan tentang motif beberapa organisasi yang mengaku membantu warga Palestina. Mereka termasuk organisasi Friend Ships, sebuah badan amal evangelis Kristen yang terdaftar di negara bagian Louisiana, Amerika Serikat (AS).

Friend Ships baru-baru ini mengunggah di Facebook bahwa pihaknya “menyumbangkan ribuan persediaan perlindungan diri ke Gaza” untuk memerangi virus corona baru.

Jauh dari menunjukkan keinginan untuk melindungi Palestina, organisasi ini telah lama berpihak pada penindas Palestina, yakni Israel.

Pada tahun 2006, misalnya, pendiri Friend Ships Don Tipton mendukung serangan Israel di Lebanon.

Selama serangan itu, Israel membunuh lebih dari 1.100 orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil. Namun, Tipton menggambarkan serangan itu sebagai pertahanan dengan menuduh bahwa Israel telah “dirampok.”

Friend Ships telah bekerja erat dengan Ran Ichay, seorang diplomat Israel dan mantan menteri.

Ichay adalah penduduk Gush Etzion, sebuah blok permukiman Israel di Tepi Barat yang diduduki. Semua permukiman semacam itu ilegal menurut hukum internasional.

Ichay telah memainkan peran penting selama beberapa tahun terakhir dalam kegiatan propaganda yang dirancang untuk membantu Israel memperketat cengkeramannya di Yerusalem Timur. Dengan melakukan itu, ia telah berusaha membuat pengusiran warga Palestina dari rumah mereka terlihat masuk akal.

 

Murah hati?

Selain itu, Friend Ships telah tampil dalam video 2018 yang menggambarkan militer Israel sebagai agen kemanusiaan. Dalam video itu, seorang perwakilan Friend Ships mengatakan bahwa orang-orang Israel di Dataran Tinggi Golan telah bermurah hati terhadap para korban konflik di Suriah.

Video itu tidak menunjukkan bahwa Golan sebenarnya adalah bagian dari Suriah dan telah diduduki Israel sejak 1967.

Don Tipton telah mengakui bahwa Israel telah memfasilitasi pendirian kamp Friend Ships di Suriah. Israel memberikan perlindungan sehingga tim Friend Ships bisa memasuki Suriah di bawah naungan kegelapan.

Militer Israel telah “di belakang kami dan mereka mengawasi kami, atas kami, dan mereka telah secara terbuka menjamin keamanan kami” di Suriah, Tipton menyatakan pada 2017.

Dia menyebut tentara Israel “singa suku Yehuda.” Komentar tersebut pada dasarnya anti-Semit karena menunjukkan bahwa militer yang dikenal melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan mewakili orang Yahudi di seluruh dunia.

Selain mengklaim membantu Gaza dalam perang melawan COVID-19, Friend Ships sedang membangun rumah sakit lapangan di Jalur Gaza.

Rumah sakit akan terletak di sebelah Erez, sebuah pos pemeriksaan militer Israel. Meskipun kelompok ini menjanjikan perawatan kanker, layanan bersalin dan bantuan untuk orang yang mengalami trauma, lokasi rumah sakit telah menimbulkan kecurigaan.

Pasukan Israel telah sering berusaha untuk memberikan tekanan pada pasien Gaza yang ingin menyeberangi Erez untuk mencari perawatan yang tidak tersedia di Jalur Gaza.

 

“Menakutkan”

Muhammad Salem, seorang guru olahraga di Gaza, kehilangan putranya Wissam empat tahun lalu. Wissam berusia 5 tahun dan menderita kanker otak.

Ketika ayah dan anak mencoba melakukan perjalanan melalui Erez untuk perawatan, Muhammad diberi tahu bahwa ia harus menjadi informan bagi militer Israel. Muhammad menolak untuk melakukannya dan putranya diblokir dari bepergian. Putranya meninggal beberapa bulan kemudian.

“Israel selalu berusaha menggertak pasien dan orang-orang yang menyertainya,” kata Muhammad. “Saya merasa itu menakutkan bahwa sebuah rumah sakit sedang dibangun sangat dekat dengan pos pemeriksaan Israel.”

Banyak orang di Gaza akan menyambut setiap layanan medis baru.

Sebuah jajak pendapat dari 70 orang di Gaza yang berusia antara 25 hingga 50 tahun mengungkapkan, 80 persen responden akan mendukung rumah sakit Friend Ships asalkan itu akan menguntungkan pasien lokal. Para responden tetap menyatakan keprihatinan tentang lokasi rumah sakitnya.

Fatma Saleh (55) yang menderita kanker, mengatakan “Saya tidak bisa menunggu” sampai rumah sakit Friend Ships dibuka. Fatma telah diblokir bepergian untuk perawatan oleh Israel. Dia menggambarkan rumah sakit yang sedang dibangun sebagai “harapan terakhir saya untuk pemulihan.”

Khalil Al-Hayya, seorang tokoh senior di Hamas, berpendapat bahwa “melalui penyeberangan Erez dan menerima perawatan di dalam rumah sakit Israel lebih berbahaya daripada menerima perawatan dari dokter asing di rumah sakit dekat Erez.”

“Setidaknya rumah sakit itu berada di tanah Gaza dan semuanya bisa berada di bawah kendali pasukan keamanan Gaza,” katanya kepada The Electronic Intifada melalui email.

“Jika orang-orang yang bekerja di rumah sakit memberikan layanan medis dengan cara yang tidak berpolitik, maka mereka disambut dan kami akan berterima kasih. Tetapi jika kami menemukan pelanggaran kepentingan nasional atau keamanan kami, kami akan segera meminta mereka untuk pergi,” tegasnya.

Friend Ships menjadi aktif di Gaza dengan latar belakang upaya Israel untuk mempolitisasi dan mempropagandakan bantuan kemanusiaan.

Selama beberapa tahun terakhir, Israel telah mengoles badan amal World Vision dengan menuduhnya bahwa sebagian dananya telah dialihkan ke sayap militer Hamas.

Pada 2018, Hamas menemukan bahwa pasukan komando Israel telah menyusup ke Gaza di bawah kedok kelompok bantuan internasional.

Friend Ships tidak dapat dilihat sebagai amal yang tidak memihak. Pandangan pro-Israel dan hubungan dekatnya dengan militer Israel menimbulkan keraguan serius pada apakah organisasi itu benar-benar ingin membantu warga Palestina. (AT/RI-1/P1)

Sumber: The Electronic Intifada

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.