Tujuh Tahanan Mesir Meninggal dalam Sebulan

Kairo, MINA –  Pengacara Bakr Imran mengatakan, tujuh orang tewas di dalam penjara karena kelalaian medis pada bulan Januari saja.

Ia menyoroti nasib ribuan orang yang dipenjara oleh otoritas Mesir. Middle East Monitor (MEMO) melaporkan, Rabu (30/1).

Imran menambahkan, beberapa keluarga tahanan telah diberi tahu tentang kematian orang-orang yang mereka cintai saat berada di penjara. Mereka mengklaim kesehatan keluarganya di dalam penjara telah memburuk saat dalam penahanan.

Dia menyebutkan kasus beberapa tahanan, termasuk Abdullah Ibrahim yang ditolak perawatannya oleh pihak berwenang, bahkan atas biaya keuangan Ibrahim sendiri, menyebabkan kesehatannya memburuk dan akhirnya .

Mereka yang memprotes kondisi mereka di dalam penjara, juga menghadapi pelecehan.

Imran mengungkapkan kasus tahanan Jumah Mashhour, yang dibiarkan telanjang dalam cuaca dingin selama empat hari sebagai hukuman dari pemerintah karena memprotes kondisi di penjara.

Ribuan orang Mesir telah dijatuhi hukuman sewenang-wenang atas tuduhan terorisme sejak kudeta 2013. Mereka dituduh memiliki hubungan dengan partai Ikhwanul Muslimin yang dilarang.

Pengacara Imran mencatat kasus Abdellatif Cain, yang ditangkap setelah aksi protes di Rabaa, dan ia dijatuhi hukuman lima tahun penjara.

Meskipun dijadwalkan untuk dibebaskan musim panas lalu, ia dianggap melanggar hukum, meskipun menderita kanker perut selama dipenjara. Kesehatannya kemudian memburuk, menyebabkan kematiannya pada 6 Januari lalu.

Menurut aktivis hak asasi manusia, ratusan tahanan juga berusia di atas 60 tahun. Namun ditolak perawatan medisnya untuk kondisi yang diperlukan mengingat usia mereka yang lanjut.

Mantan Wakil Perdana Menteri Mesir, Mohammed Ali Beshr, adalah tahanan lain yang diyakini berada dalam kondisi kritis akibat perlakuan buruk di penjara Lehman Tora. Permintaan keluarganya untuk mengunjunginya pun telah ditolak.

Para aktivis telah menyerukan kepada masyarakat internasional untuk menyoroti “kematian pelan-pelan” di penjara-penjara Mesir sebagai akibat dari kelalaian medis yang disengaja.

Mereka memperkirakan, jumlah kematian akan meningkat setelah mogok makan yang dilakukan bulan ini pada peringatan revolusi Januari.

Sejak Abdel Fattah Al-Sisi menjadi presiden setelah kudeta militer pada 2013, pemerintah telah meluncurkan tindakan keras terhadap siapa pun yang diduga menentang Al-Sisi. Termasuk terhadap mantan presiden Mesir Mohammad Morsi, pemimpin pertama yang dipilih secara demokratis di negara itu, yang saat ini berada di penjara Tora yang terkenal di Kairo.

Amnesty International menggambarkan situasi di Mesir sebagai krisis hak asasi manusia terburuk di negara ini dalam beberapa dasawarsa.

Amnesti menyebutkan, pemerintah Mesir secara sistematis menggunakan penangkapan sewenang-wenang dan memaksa penghilangan paksa untuk membungkam setiap perbedaan pendapat dan menciptakan suasana ketakutan. (T/RS2/RI-1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)