Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

UIII Jadi Pusat Baru Kajian Islam Global

Rana Setiawan - Rabu, 13 Juli 2022 - 20:19 WIB

Rabu, 13 Juli 2022 - 20:19 WIB

24 Views

Depok, MINA – Fakultas Studi Islam, Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), mengadakan Kolokium studi Islam pertama dengan tema “Decentering Islamic Studies (Pusat Baru Kajian Islam)” pada Selasa-Rabu, 12-13 Juli 2022 di Gedung Theater Fakultas Studi Islam UIII, Depok, Jawa Barat.

Rektor UIII, Profesor Komaruddin Hidayat berharap, agar Kolokium yang menghadirkan 48 nara sumber dari dalam dan luar negeri ini, dapat menjadi ajang ilmiah alternatif selain konferensi-konferensi reguler yang sudah mapan di berbagai universitas terkemuka di dunia.

Dekan Fakultas Studi Islam, Profesor Noorhaidi Hasan juga mengharapkan agar Kolokium ini dapat menghasilkan pendekatan-pendekatan baru dalam pengembangan studi Islam sehingga konteks “decentering” ini semakin menguat.

“Tema ini diambil sebagai bagian untuk menunjukkan peran penting Islam Indonesia dalam peta studi-studi Islam di dunia, dari masa lalu hingga sekarang ini,” ujar Noorhaidi dalam keterangan tertulis yang diterima MINA, Rabu (13/7).

Baca Juga: Tumbangnya Rezim Asaad, Afta: Rakyat Ingin Perubahan

Timur Tengah yang melahirkan Islam dengan segala dinamikanya dalam sejarah berhasil memapankan studi-studi Islam dengan karakter intertekstualitasnya yang sangat dominan. Barat di lain pihak sejak abad XVIII hingga kini mencoba menjadi alternatif studi Islam dengan kekuatan analitis dan metodologisnya.

Keduanya memiliki sejarah dan konteks sosial-politiknya yang berdampak plus-minus bagi dunia Islam, khususnya Indonesia.

Secara individual, ulama-ulama Indonesia telah berkiprah di Tanah Suci sebagai pengajar di Tanah Suci Haramain, juga sebagai penulis kitab-kitab yang dipelajari di banyak kuttab dan pusat studi di seluruh dunia Islam.

“Decentering Islamic Studies” pada dasarnya melanjutkan cita-cita ulama nusantara dulu untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat studi Islam di dunia.

Baca Juga: Resmikan Terowongan Silaturahim, Prabowo: Simbol Kerukunan Antarumat Beragama

Pesantren-pesantren yang telah berdiri ratusan tahun juga menjadi bagian penting proyek besar ini. Di lingkungan akademika, UIN/IAIN/STAIN telah menjadi pusat-pusat baru pengembangan studi dan pemikiran Islam.

Secara alamiah, sedang terjadi “pelepasan” Timur Tengah sebagai satu-satunya pusat studi Islam, sekaligus “pelepasan” Barat sebagai satu-satunya alternatif pengembangan studi Islam.

Sebagai konsekuensinya, “decentering” tidak hanya bermaksud menjadikan Indonesia sebagai satu-satunya alternatif pengembangan pusat studi Islam di luar Timur Tengah dan Barat.

“Decentering” ini tentu saja bermaksud mendukung muncul dan mapannya ruang-ruang baru dan pusat-pusat studi alternatif bagi pemikiran Islam di wilayah-wilayah lain, selama syarat-syarat dan per-kondisinya memungkinkan.

Baca Juga: Konflik Suriah, Presidium AWG: Jangan Buru-Buru Berpihak  

Colloquium studi Islam yang digagas oleh Fakultas Studi Islam UIII ini “digerakkan” oleh konteks regional dan global tersebut.

Fakultas Studi Islam saat ini diperkuat oleh sarjana-sarjana Indonesia dan asing jebolan perguruan tinggi ternama dari berbagai penjuru dunia seperti Utrecht University, al-Azhar University in Cairo, Mohamed V Rabat, Amsterdam University, Australia National University, University of California, Edinburgh University dan lainnya.

Sarjana-sarjana Indonesianya sendiri adalah alumni pesantren dan IAIN/UIN di berbagai wilayah di Indonesia. Karya-karyanya telah menghiasi kepustakaan nasional dan internasional. Kekuatan ini telah menjadi pra-syarat dan pre-kondisi ide “decentering” ini.

Dalam Kolokium ini, FSI-UIII mengundang akademisi-akademisi mapan dan yang sedang menjadi promosinya stars baik di luar negeri maupun di Indonesia. Mereka diundang secara khusus untuk menyampaikan pemikiran dan gagasan mereka terkait ide “decentering” ini.

Baca Juga: Krisis Suriah, Rifa Berliana: Al-Julani tidak Bicarakan Palestina

Ismail Fajrie Alatas (New York University), Martin Slama (Agustian Academy Science), Sadek Hamid (University Wales Trinity St. David, UK), Kholoud Al-Ajarma (Edinburgh University), Siti Sarah Muwahidah (Edinburgh University), dan Muhammad El-Marakeby (Al-Azhar University Cairo dan UIII), adalah keynote speakers yang telah mapan dan berpengalaman dalam studinya masing-masing, berbagai pengetahuan dan pengalaman terkait ide “decentering” ini.

Kolokium ini juga menghadirkan 43 narasumber yang diseleksi ketat melalui proses Call for Papers. Mereka berasal dari universitas-universitas terkemuka di Mesir, Beirut, Teheran, Afrika. Dari dalam negeri, para nara sumber adalah periset dan dosen di berbagai perguruan tinggi Islam dan universitas terkemuka di seluruh Indonesia.

Selain itu, Kolokium ini juga dirangkaikan dengan peluncuran Islamic Studies Review (ISR), sebuah jurnal akademik yang dirancang dan didisain menjadi salah satu alternatif media dan jurnal pengembangan pemikiran dan studi Islam di level internasional.

Pada edisi perdana ini, Islamic Studies Review (ISR) menampilkan penulis-penulis mapan dan berkembang di risetnya masing-masing. Selain lima artikel ini, ISR juga memuat dua Book Review untuk memperkenalkan dan mengkritisi publikasi-publikasi baru terkait studi Islam.

Baca Juga: AWG Selenggarakan Webinar “Krisis Suriah dan Dampaknya bagi Palestina”

Tidak hanya itu, Kolokium juga akan mengumumkan pemenang “FIS-UIII Award” dalam kompetisi menulis dengan total hadiah Rp. 62.000.000.-.(R/R1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Puluhan WNI dari Suriah Tiba di Tanah Air

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
Pendidikan dan IPTEK