Den Haag, MINA – Umat Muslim berpartisipasi pada hari Sabtu (26/8) dalam protes yang diselenggarakan oleh organisasi-organisasi Islam di kota Den Haag, Belanda, di tengah insiden Islamofobia yang sedang berlangsung di seluruh Eropa.
Para pengunjuk rasa membawa salinan Al-Quran dan berkumpul di Malieveld Square. Mereka memasang tanda bertuliskan: “Al-Quran memberi kita cahaya untuk membimbing kita, api tidak bisa membakar Matahari” dan “Saya suka Al-Quran” ketika para demonstran berjalan menuju kedutaan Denmark dan Swedia. Anadolu melaporkan.
Para pengunjuk rasa mengkritik pemerintah yang membiarkan tindakan permusuhan terhadap Al-Quran. Mereka berteriak: “Berhenti membakar buku dan kitab suci kami,” dan “Aib bagi pemerintah Denmark dan Swedia!” Para pengunjuk rasa juga membacakan ayat-ayat Al-Quran.
Serdar Isik, seorang psikolog, membacakan pernyataan di depan Kedutaan Besar Swedia dan mengatakan serangan terhadap Al-Quran di Denmark, Swedia dan Belanda sangat menyakiti umat Islam dan merobek Al-Quran di bawah perlindungan polisi adalah tindakan rasis.
Baca Juga: Wabah Kolera Landa Sudan Selatan, 60 Orang Tewas
Isik mengecam Walikota Den Haag Jan van Zanen, yang membiarkan serangan terhadap Al-Quran. “Sangat menyakitkan bagi kami bahwa kaum rasis dan fasis dibiarkan menyerang nilai-nilai lebih dari satu juta Muslim di Belanda secara terang-terangan,” kata Isik.
Dia mengatakan para demonstran menuntut pemerintah Belanda menyiapkan rancangan undang-undang yang menekankan perlindungan perdamaian beragama dan menjamin hidup berdampingan secara damai antara kelompok dan individu beragama dan non-agama.
Serangan terhadap Al-Quran di Swedia, Denmark dan Belanda
Rasmus Paludan, seorang politisi sayap kanan Denmark dan Pemimpin Partai Stram Kurs (Garis Keras), melanjutkan provokasi dengan membakar Al-Quran di kota Malmo, Norkopin, Jonkoping, dan Stockholm di Swedia selama liburan Paskah tahun 2022.
Baca Juga: Kedubes Turkiye di Damaskus Kembali Beroperasi setelah Jeda 12 Tahun
Paludan membakar kitab suci umat Islam di depan Kedutaan Besar Turki di Stockholm pada 21 Januari dan di Kopenhagen pada 27 Januari.
Edwin Wagensveld, pemimpin organisasi Islamofobia, gerakan Patriotik Eropa Melawan Islamisasi Barat (PEGIDA) di Belanda, merobek Al-Quran dalam demonstrasi satu orang di Den Haag pada 22 Januari, di bawah perlindungan polisi, dan 13 Februari di Den Haag.
Kelompok Muslim berkumpul di lokasi dimana demonstrasi di Rotterdam direncanakan dan mengadakan demonstrasi tandingan karena demonstrasi PEGIDA tidak dilarang meskipun ada pengumuman bahwa anggota kelompok tersebut akan membakar Al-Quran.
Wagensveld yang dibebaskan pada hari yang sama setelah ditahan, hendak melakukan aksi serupa di Den Haag keesokan harinya namun polisi menahan Wagensveld dengan alasan tidak mematuhi aturan demonstrasi.
Baca Juga: UNICEF Serukan Aksi Global Hentikan Pertumpahan Darah Anak-Anak Gaza
Pada 18 Agustus, Wagensveld merobek Al Quran di depan Kedutaan Besar Turki di Den Haag.
Di Stockholm, Salwan Momika membakar Al-Quran di bawah perlindungan polisi di depan Masjid Stockholm pada 28 Juni, bertepatan dengan hari pertama hari raya Idul Adha.
Momika menginjak-injak Al-Quran dan bendera Irak di bawah perlindungan polisi di depan Kedutaan Besar Irak di Stockholm pada 20 Juli, dan di depan Parlemen Swedia pada 31 Juli dan 14 Juli.
Bahrami Marjan, yang berasal dari Iran, membakar Al-Quran di pantai Angbybadet Stockholm pada 3 Agustus di bawah perlindungan polisi.
Baca Juga: Drone Israel Serang Mobil di Lebanon Selatan, Langgar Gencatan Senjata
Momika juga melakukan serangan terhadap Al Quran di depan Kedutaan Besar Iran di Stockholm, lagi-lagi di bawah perlindungan polisi. (T/R7/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Presiden Venezuela: Bungkamnya PBB terhadap Gaza adalah Konspirasi dan Pengecut