Ustadz Zaitun Ingatkan Tidak Boleh Lupakan Kondisi Kota Suci Ketiga

Jakarta, MINA  – Ketua Rabithah Ulama dan Dai Asia Tenggara Zaitun Rasmin mengingatkan kaum muslimin tidak boleh melupakan kondisi kota suci yang ketiga, yaitu yang sudah lebih dari tujuh puluh tahun dalam cengkeraman penjajahan Zionis Israel.

“Sesungguhnya keberadaan tanah suci bagi agama apapun tidak bisa dipisahkan dari aqidah dan ibadah umatnya,” kata Zaitun saat ‘Seminar Internasional Pembelaan Tanah Suci Islam’ di Jakarta Pusat, Jumat (6/7).

Dia juga menambahkan demikianlah juga keberadaan kota Mekah, Madinah, dan Baitul Maqdis tidak bisa dipisahkan dari Aqidah dan Ibadah kaum muslimin.

“Kaum muslimin di seluruh dunia wajib bersyukur atas terpeliharanya dua kota suci utama, yaitu Makkah dan Madinah, dalam penjagaan dan pemeliharaan penuh kaum muslimin di bawah kepemimpinan yang mulia Raja Saudi Arabia sebagai pelayan dua kota suci itu,” ujar Zaitun.

Padahal sejatinya semua kota suci itu harus berada dalam penguasaan, pemeliharaan, dan penjagaan umat Islam sendiri. Karena hakikat kota suci itulah adalah keberadaan “Rumah Allah”, yaitu mesjid-mesjid suci, dan Allah hanya mengizinkan penjaga dan pemakmur mesjid-mesjid Allah itu adalah rang-orang yang beriman, bukan orang-orang yang kafir dan menyekutukan-Nya,

Dia mengutip ayat,Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka.

Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (At Taubah : 17-18)

Sungguh sangat memprihatinkan dan sekaligus mengkhawatirkan pada saat Baitul Maqdis masih dalam cengkraman penjajah Zionis Israil karena umat Islam dunia masih belum bersatu untuk mengembalikan kepangkuannya.

Menurutnya, usaha-usaha untuk mengacaukan kedamaian dan stabilitas dua kota suci Mekah dan Madinah mulai didengungkan lagi, di antaranya dengan isu dan wacana internasionalisasi dua kota suci itu yang dipelopori oleh negara tertentu.

“Isu dan gagasan seperti itu tentu sangat berbahaya bagi negara pelayan dua kota suci khususnya, stabilitas kawasan, dan bagi umat Islam di seluruh dunia pada umumnya,” kata Zaitun.

Oleh sebab. Dikatakannya, itulah kewajiban kaum muslimin di dunia untuk menolak gagasan tersebut dan bersatu padu untuk membela kesucian dan keselamatannya.

“Atas dasar pemikiran dan fakta tersebut, peserta muktamar Pembelaan terhadap Tanah Suci Umat Islam menyerukan kepada semua kaum muslimin terutama para pemimpin dan ulamanya agar menyikapi permasalahan kota-kota suci itu secara adil dan seimbang,”

Perjuangan membebaskan Baitul Maqdis dari cengkraman Zionis Yahudi sama pentingnya dengan menjaga dan melindungi Haramain dari usaha mengacaukan dan mencabutnya dari pelayannya yang sah.

“Sebaliknya, tidaklah adil jika menjaga kemuliaan hanya di masjidil Haram dan Madinah saja, sementara penderitaan Baitul Maqdis dibiarkan tanpa ada yang mempedulikannya,” tutup Zaitun.

Pertemuan ini ditutup secara resmi oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Tampak hadir juga Ustaz Abdul Somad, Ustaz Felix Siauw, dan Ustaz Bachtiar Nasir.  Sekretaris Rabithah Ulama dan Dai Asia Tenggara, Ustaz Jeje Zaenudin, mengatakan bahwa rekomendasi ini telah disepakati oleh ratusan ulama dan dai dari 20 negara yang menjadi peserta. (L/R03/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

 

 

 

Wartawan: kurnia

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.