MENTAN : GAZA BERHASIL MANDIRI DALAM SEKTOR PERTANIAN DAN PETERNAKAN

Mentan

MentanPertanian dan perikanan merupakan salah satu sumber pendapatan utama penduduk di Jalur . Daerah yang diblokade ini, sangat mengandalakan bantuan dari luar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, mereka mencoba untuk bangkit dan mandiri. Berbagai usaha dilakukan termasuk untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri.

Wartawan Mina mendapat kesempatan untuk mewawancarai Menteri Pertanian Pemerintah Palestina di Gaza, yang juga dosen Ilmu Perairan dan Irigasi, Universitas Islam Gaza (IUG), Dr. Ali Abdul Aziz Al Tarshawi di kantornya beberapa waktu yang lalu. Berikut petikan wawancaranya:

MINA : Bagaimana kondisi pertanian di Jalur Gaza?

Ketika kita membicarakan masalah pertanian di Palestina, itu sama saja membicarakan tentang perjuangan rakyatnya dan perlawanan rakyat Palestina. Karena pertanian Palestina sangat berkaitan dengan tanah yang sedang diyahudisasi oleh Zionis Israel. Maka petani Palestina adalah murobith atau penjaga tanah yang senantiasa melakukan perlawanan baik darat maupun perlawanan nelayan Palestina di laut.

MINA : Strategi apa yang dilakukan Kementerian Pertanian di Gaza untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyat?

Ali Abdul Aziz Al Tarshawi : Kita selalu mengeluarkan kebijakan yang mendukung rakyat kami. Kita mendukung dan meningkatkan produk lokal, kita tidak melakukan impor jenis produk nabati atau hewani yang bisa diproduksi secara baik di Gaza. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan produktifitas, kemandirian untuk melindungi petani.

MINA : Apakah strategi ini berhasil?

Ali Abdul Aziz Al Tarshawi : Fakta yang ada saat ini adalah penyediaan seluruh jenis sayuran yang dibutuhkan oleh warga Gaza telah berhasil mencukupi 100 % kebutuhan rakyat Gaza. Mungkin ada sedikit masalah untuk bawang, tapi ini tidak banyak hanya 1 % saja. Selain itu pertanian di Gaza berhasil mencukupi kebutuhan rakyat Gaza.

MINA : Bagaimana dengan produk-produk lainnya seperti buah-buahan dan produk hewani?

Ali Abdul Aziz Al Tarshawi : Dari peningkatan hasil buah-buahan kami mendapati peningkatan besar hingga 60 persen, karena kondisi kita dari segi iklim yang kadang-kadang tidak memungkinkan untuk menanam apel atau pisang dalam bentuk yang normal, kita terpaksa mengimpornya untuk masyarakat kami di sini. Dari segi kekayaan hewani kita mempunyai sektor peternakan yang mencukupi dan kita tidak pernah meng-impor, kita punya sekitar 2.200.000 ayam setiap harinya yang kita pelihara sendiri dan kita pasarkan di sini untuk masyarakat kami dengan harga yang sesuai.

MINA : Bagaimana dengan ekspor dan impor produk-produk pertanian?

Ali Abdul Aziz Al Tarshawi : Dari segi barang-barang ekspor, sebagaimana kalian ketahui, bahwasanya kami ter-blokade sekitar 10 tahun, Israel berusaha menentukan barang apapun yang datang ke Gaza, seperti bibit-bibit pertanian yang dikirim banyak mengandung bahan kimia atau pestisida.

Dahulu kita mengekspor beberapa jenis buah-buahan seperti balah atau kurma dan jambu kelutuk, kita mengekspor ke Jordania dan beberapa negara lainnya, tetapi sekarang dengan blokade yang makin parah kita hanya mengekspor strawberi ke Eropa dan beberapa jenis sayuran seperti tomat kecil atau rampai, dan hanya mencapai 10 persen jumlahnya dibandingkan ekspor kami sebelumnya.

Kita juga punya masalah baru sejak 2013 yaitu ditutupnya terowongan, dahulu masyarakat Gaza untuk memperoleh kebutuhan, mereka memakai alternatif ke mesir dengan terowongan, sehingga pertukaran perdagangan mudah dan bebas, akan tetapi sekarang terowongan-terowongan itu sudah dihancurkan, hal itu menjadi masalah baru bagi Gaza.

Dari segi barang impor, sebagaimana telah kami katakan sebelumnya, untuk sayuran dan buah-buahan kita mengimpor lebih dari 80 persen, namun untuk hewani khususnya ayam dan telur-telurnya kita bisa mencukupi seratus persen.

MINA : Palestina terkenal dengan Zaitun, bagaimana produksi zaitun di Palestina?

Ali Abdul Aziz Al Tarshawi : Kebanyakan pohon zaitun ada di Tepi Barat karena di sana iklimnya cocok, akan tetapi kita di Gaza, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kita melakukan perluasan penanaman pohon zaitun. Kami memiliki sekitar 30 ribu pohon zaitun dan terus diperbanyak, dari 10-12 ribu ton zaitun dapat menghasilkan dua ribu ton minyak zaitun, ini masih belum mencukupi kebutuhan masyarakat Gaza maka kami membeli dari Tepi Barat.

MINA : Apakah pengembangan teknologi pertanian yang dilakukan

Ali Abdul Aziz Al Tarshawi : Melihat dari cara saling membuahi satu sama lain antara sayuran satu dengan yang lain seperti pohon tomat yang menyatu dengan kentang, ini adalah cara yang terkenal, kami hanya mengambil manfa’at dengan menirunya, dan sebenarnya ini masih dalam penelitian kami dan kami berharap akan menyelesaikannya Insya Allah.

MINA : Apakah Kementerian Pertanian Gaza melakukan kerjasama dengan negara lain?

Ali Abdul Aziz Al Tarshawi : Dari segi hubungan antar negara, Kementerian Pertanian kami menggalang hubungan kerjasama dengan Kementerian Pertanian Turki, dan kami melakukan kesepakatan berupa beberapa pelatihan dan penggunaan teknologi di Turki  khususnya untuk dokter hewan dan beberapa jenis pertanian. Dulu kami juga mempunyai kerjasama segi peternakan dengan Mesir sebelum krisis. Kami sekarang juga punya hubungan baik dengan Qatar yang memberikan dukungan dari segi pelatihan dan penelitian. (L/KJ-Tim Gaza/P015/IR)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Admin

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0