Tuhayat, 17 Rabi’ul Akhir 1438/16 Januari 2016 (MINA) – Hampir 19 juta warga Yaman membutuhkan bantuan kemanusiaan, menurut laporan PBB. Dari angka itu, wilayah yang terkena dampak paling parah akibat perang terletak di distrik Tuhayat di pantai Laut Merah.
Reporter Rusia Today mengunjungi lokasi itu dan menemukan banyak warga di distrik tersebut dalam kondisi kelaparan, banyak yang menunggu bantuan dari luar untuk memenuhi dahaga biologis mereka.
Seperti Salem, seorang anak berusia delapan tahun, terlihat cukup kecil dengan tulang belulang yang begitu menonjol bagi seusianya.
Baca Juga: Drone Israel Serang Mobil di Lebanon Selatan, Langgar Gencatan Senjata
“Kami tidak punya energi tersisa, dan saya tidak punya uang untuk mengobati anak saya,” kata ibunya, mengakui Salem terkena gizi buruk. Menurut PBB, ada sekitar 1,5 juta anak di negara itu menderita hal yang sama seperti Salem.
Memancing biasanya menjadi sumber utama penghidupan bagi warga desa itu sebelum terjadi perang antara kelompok Houthi dengan pemerintah awal 2015.
Daerah ini kini di bawah kendali kelompok Houthi, tapi koalisi internasional yang dipimpin Arab Saudi kini sudah menguasai wilayah pesisirnya.
Arab Saudi kerap menembaki nelayan yang hendak mengambil ikan di laut pesisir, dengan menuduh nelayan menyamar sebagai pemberontak Houthi yang hendak menyuplai senjata ke anggotanya yang lain.
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
Abdallah dan Taga adalah dua bersaudara yang terus sakit, sampai tulang belulang mereka begitu menonjol di bawah kulit. Mereka didiagnosa mengalami kerusakan tulang, dan sekarang hanya dapat merangkak untuk berjalan.
“Hal ini sangat sulit bagi kami, karena kami cacat, dan kami tidak punya uang. Kadang-kadang kami mendapatkan sedikit bantuan, seperti teh dan roti – orang membantu kami, tapi tidak terlalu sering, dan tidak terlalu banyak,” kata Abdallah.
Lebih dari 7.000 orang telah tewas akibat konflik yang kini memasuki tahun kedua, menurut pengamat internasional, mayoritas warga sipil meninggal akibat serangan udara, sementara lebih dari tiga juta telah mengungsi.
“Situasi hanya akan menjadi lebih buruk, karena tidak ada pemerintahan yang berfungsi. kesejahteraan sosial belum dibayar selama dua tahun,” ungkap Baraa Shiban, seorang aktivis organisasi sosial Reprieve.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Shiban menyerukan negara-negara koalisi yang dipimpin Arab Saudi untuk “mengendurkan cengkraman” ke wilayah itu, agar warga bisa diselamatkan. (T/RE1/RI-1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama