Kaleidoskop Palestina 2021: Aksi Perlawanan yang Semakin Kuat

Oleh Ali Farkhan Tsani, Wartawan Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)

Berbagai pembatasan dan pengetatan pergerakan warga dan pejuang oleh pendudukan zionis Israel sepanjang 2021, tak membuat surut dan luntur aksi-aksi perjuangan bangsa Palestina dan para penjaga (murabithun) Masjidil Aqsa.

Bahkan aksi perlawanan di lapangan menjadi semakin kuat. Ini seperti dikatakan Abd al-Latif al-Qanou’, politisi Palestina yang menyatakan, perlawanan Palestina saat ini telah menjadi lebih kuat untuk menghadapi pendudukan Israel dan bila terjadi agresi lagi.

“Perlawanan Palestina siap untuk mencegah kemungkinan agresi terhadap Jalur Gaza,” kata al-Qanou’ pada Senin (27/12/2012).

Dia menyebutkan, pasukan Brigade Izzuddin Qassam menunjukkan pesan kuat kepada rakyat Palestina dan kepada orang-orang bebas di dunia, bahwa mereka bertekad untuk terus membela rakyat Palestina, dan untuk mengambil hak-hak mereka yang dicuri.

Berbagai kejadian sepanjang 2021 secara keseluruhan juga menunjukkan semakin kuatnya perjuangan bangsa Palestina. Secara umum terangkum dalam berikut.

Aksi dari Kawasan Sheikh Jarrah

Sheikh Jarrah adalah nama sebuah kawasan di sisi utara dari Kota Tua Al-Quds (Yerusalem Timur). Tentara pendudukan Israel telah meningkatkan pelanggarannya di Sheikh Jarrah, dengan mengancam menggusur dan membuat 28 keluarga, yang terdiri lebih dari 500 warga Al-Quds, menjadi pengungsi.

Sheikh Jarrah diambil nama tabib Hussam al-Din al-Jarrahi, yang hidup pada abad ke-12 dan merupakan tabib pribadi Shalahuddin Al-Ayyubi. Ia bergelar Jarrah yang berarti “penyembuh” atau “ahli bedah” dalam bahasa Arab.

Keluarga-keluarga yang kini tinggal di kampung Sheikh Jarrrah ini adalah keluarga migrasi yang terjadi pada peristiwa Nakba Palestina tahun 1948.

Warga Palestina telah mengundang perwakilan diplomatik di Yerusalem untuk mengunjungi rumah-rumah di lingkungan Sheik Jarrah dan meminta dukungan mereka dalam menghentikan upaya Israel untuk mengusir warga Palestina.

Fadi al-Hidmi, Menteri Urusan Yerusalem Palestina, mengatakan bahwa komunitas internasional harus berdiri melawan pelanggaran hukum internasional ini.

Organisasi Masyarakat Nasional untuk HAM di Yordania pada 20 Maret 2021 menyerukan masyarakat internasional untuk memaksa otoritas Israel menghentikan pelanggaran di Sheikh Jarrah.

Aksi perlawanan dari kawasan ini masih terus berlangsung hingga saat ini. Aksi terkenal adalah keberanian dua Muslimah Palestina yang berkelahi dengan pasukan pendudukan Israel pada Sabtu (26/5/2021).

Penangkapan Imam Al-Aqsa Tak Melemahkan

Polisi Israel menangkap Imam Masjidil Aqsa Syaikh Ekrima Sabri dari rumahnya di Yerusalem Timur yang diduduki pada Rabu pagi (10/3/2021).

Polisi Israel dan tim intelijen mengepung rumah dan meminta Syaikh Sabri untuk keluar dari rumah, kata seorang kerabat kepada Anadolu Agency, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena alasan keamanan.

“Israel tidak memberikan alasan apapun untuk penangkapannya,” katanya.

Alih-alih hendak membatasi ceramah sang imam, dan hendak membuat takut warga, tapi jamaah yang hendak memasuki Masjidil Aqsa justru semakin bertambah.

Rekan sesame Imam Masjidil Aqsa, Syaikh Muhammad Sarandah menegaskan, Baitul Maqdis yang diberkati tidak akan pernah mati, tidak peduli berapa banyak pelanggaran terjadi, dan tak peduli siapapun tokoh Palestina yang ditangkap.

“Allah Yang Maha Kuasa telah memilih kita untuk selalu terikat dengan Masjid Al-Aqsa, sehingga tempat ini selalu hidup,” ujarnya pada khutbah Jumat (29/10/2021) di Masjidil Aqsa Yerusalem.

Syaikh menyinggung kompleks pemakaman Muslim “Yusufiyah” yang bersebelahan dengan Al-Aqsa adalah bagian dari milik umat Islam, bukan Yahudi.

“Pendudukan hendak menjadikan tempat ini sebagai taman. Tempat ini adalah bagian tempat suci bagi umat Islam, dan kami tidak membutuhkan taman atau alun-alun pengganti kuburan kami,” ujarnya.

Terlepas dari penangkapan itu, pembatasan jamaah yang hendak ke Al-Aqsa, dan berbagai serbuan pemukim Yahudi dalam pengawalan polisi pendudukan untuk ritual di kawasan Al-Aqsa. Ribuan warga Muslim, bahkan puluhan ribu pada setiap hari Jumat, berbondong-bondong shalat Jumat berjamaah di dalam tembok Al-Aqsa.

Departemen Wakaf Islam di Yerusalem melaporkan rata-rata sekitar 40.000 jamaah menghadiri shalat Jumat tiap pekannya di kompleks Masjidil Aqsa, meskipun ada pembatasan yang diberlakukan pasukan pendudukan Israel di sekitar masjid dan Kota Tua Yerusalem.

Biasanya puluhan ribu jamaah sudah hadir di kompleks Al-Aqsa sejak Jumat Subuh, untuk memenuhi seruan lembaga dan aktivis Yerusalem, di tengah beberapa serangan pendudukan Israel terhadap warga di Kota Tua Yerusalem.

Ketika Eropa Mengecam Pemukiman Ilegal

Irlandia menjadi negara pertama dari Uni Eropa yang mengutuk perluasan pemukiman Israel di Yerusalem dan Tepi Barat, setelah parlemen negara tersebut mengeluarkan mosi terkait hal itu. Mosi yang diajukan oleh partai oposisi Sinn Fein itu disahkan dengan suara bulat pada Rabu (26/5/2021) malam setelah menerima dukungan dari lintas partai.

Menteri Luar Negeri Irlandia Simon Coveney mengatakan, mosi adalah sinyal yang jelas dari kedalaman perasaan di seluruh Irlandia.

Lebih dari itu bukan hanya kecaman, Komite dan Asosiasi Eropa untuk Palestina (ECCP) pada Kamis (18/11/2021) juga mendukung inisiatif Finlandia yang melarang impor barang dari pemukiman illegal Israel di Tepi Barat.

ECCP meminta perwakilan terpilih di negara-negara Eropa lainnya untuk mengikuti contoh Finlandia dan Irlandia untuk mematuhi kewajiban hukum mereka di bawah hukum internasional.

Komite tersebut mengingatkan, Mahkamah Internasional dan Amnesty International telah berulang kali mengingatkan negara-negara tentang kewajiban hukum mereka untuk tidak mengakui atau membantu pelanggaran berat hukum internasional, seperti pencaplokan wilayah pendudukan, penindasan hak untuk menentukan nasib sendiri, atau kejahatan perang.

“Perdagangan adalah bentuk pengakuan dan bantuan. Oleh karena itu, negara-negara Eropa harus menghentikan perdagangan dengan semua pemukiman ilegal, sekarang dan di masa depan,” tegas ECCP.

Pertempuran Pedang Al-Quds

Sayap Militer Bersama seluruh Faksi Perlawanan Palestina di Jalur Gaza mengumumkan peluncuran pertempuran “Pedang Al-Quds” (Saef Al-Quds) melawan penjajahan di Yerusalem dan Al-Aqsa.

Dalam pernyataan pers, pada Selasa dini hari (11/5/2021), mereka memperingatkan pendudukan agar tidak melanjutkan agresinya terhadap kesucian Al-Aqsa dan rakyat Palestina, terutama di Jalur Gaza.

“Jika serangan berlanjut, mereka harus membayar mahal untuk itu,” lanjut pernyataan.

Dalam Pertempuran Pedang Al-Quds, serangan diarahkan kepada pendudukan, yang dibuka dengan serangan rudal ke Yerusalem dan menargetkan kendaraan Israel di Jalur Gaza utara. Serangan diikuti dengan serangan rudal intens yang menargetkan wilayah sekitar Tel Aviv dan posisi pasukan Israel di kota-kota yang diduduki.

Pernyataan menegaskan bahwa tanggapannya datang untuk mendukung Kota Suci Al-Quds, dan sebagai tanggapan atas teriakan para pria dan wanita yang merdeka.

Brigade Izzuddin Al-Qassammenegaskan pernyataannya bahwa “Yerusalem dan Al-Aqsa adalah garis merah dan kami tidak akan membiarkan pendudukan melintasinya atau merusak kesuciannya.”

Dia menekankan keberhasilan roket-roketnya saat menyerang Tel Aviv, Bandara Ben Gurion dan Bandara Ramon.

Lolosnya Tahanan Dari Penjara Terketat

Enam tahanan Palestina, yang kebanyakan dari mereka dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, pada Senin (6/9/2021) pagi berhasil keluar dari penjara Gilboa di utara Israel setelah menggali terowongan.

Para tahanan menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk menggali terowongan, sehingga mereka dapat melarikan diri pada malam hari. Pelarian mereka tidak terdeteksi sampai beberapa jam. Hingga  kemudian tentara Israel segera memulai pencarian besar-besaran untuk menemukan para tahanan.

Mereka mengatakan, para tahanan menghabiskan waktu berbulan-bulan atau mungkin bertahun-tahun untuk menggali terowongan sehingga mereka dapat melarikan diri pada malam hari.

Tidak heran jika peristiwa tersebut membuat malu negara Bintang David itu, konon merupakan perburuan terbesar sepanjang sejarah Israel terhadap keenam tahanan Palestina lari Penjara Gilboa.

Perburuan terhadap enam tahanan Palestina merupakan pencarian terbesar sekaligus termahal. Stasiun televisi Kan Israel melaporkan biaya untuk memburu mereka antara US$ 3-6 juta (kini setara Rp 43-85 miliar) per hari. Biaya tersebut sudah termasuk untuk menurunkan ratusan personel gabungan dari militer, Shin Bet (dinas rahasia dalam negeri Israel), dan Yamam (satuan antiteror kepolisian Israel).

Dana itu juga dipakai untuk membangun 89 pos pemeriksaan di utara Israel, pemberlakuan 200 blokade jalan, pengerahan anjing pelacak, serta helikopter.

Kepala Gerakan Perlawanan Islam Hamas di luar negeri, Khaled Meshaal, menyebut aksi enam tahanan yang lolos itu sebagai pahlawan heroik yang memberikan pukulan telak buat pendudukan Israel.

“Semua ini merupakan pukulan telak dan keras bagi keamanan dan moral pendudukan Zionis, dengan semua perangkat dan teknik canggihnya,” ujar Meshaal, Senin (20/9/2021).

Aksi Mogok Makan

Sekitar 400 tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel pada Rabu (13/10/2021) memulai aksi mogok makan massal, memprotes tindakan hukuman yang diberikan kepada mereka, kata Perhimpunan Tahanan Palestina (PPS).

Para tahanan melakukan mogok makan terbuka untuk memprotes tindakan hukuman yang dikenakan kepada mereka oleh Layanan Penjara Israel (IPS).

PPS menambahkan, IPS mulai memindahkan tahanan yang mogok ke sel terpisah karena afiliasi politik mereka, sebuah langkah yang ditentang keras oleh para tahanan.

Aksi mogok makan tahanan Palestina itu membuat pusing otoritas Israel. Aksi mogok makan ini adalah upaya mereka untuk menekan Israel yang tidak memberikan hak yang layak sebagai tahanan sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh PBB.

Aksi mogok makan ini bukan karena mereka memilih untuk makan atau minum, tetapi karena buruknya makanan dan tidak adanya pengobatan yang seharusnya mereka terima. Mereka disiksa secara mental dan fisik dengan diisolasi dari tahanan lain dan tidak diberikan hak untuk diadili di pengadilan atas pelanggaran yang mereka sendiri tidak ketahui.

Menurut Prof Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi mengatakan, “Tahanan dapat menyelamatkan diri dengan mencoba mogok makan. Ini adalah salah satu cara di mana penjajah merasa marah dan bingung. Setiap hal yang membuat orang kafir marah adalah sesuatu yang dipuji oleh syariat Islam.”

Aksi mogok makan ini adalah salah satu opsi terakhir yang dapat dilakukan oleh para tahanan Palestina untuk memastikan bahwa hak-hak yang layak mereka dapatkan dapat diberikan secara adil, bukan untuk menindas diri mereka sendiri.

Perlakuan terhadap Tahanan Perempuan

Bukti kejahatan kemanusiaan kembali dipertontonkan oleh pendudukan Israel terhadap rakyat Palestina, kali ini terhadap tahanan perempuan. Seperti laporan Lembaga Masyarakat Tahanan Palestina (PPS) yang melaporkan pada Senin (20/8), administrasi penjara Israel di Penjara Damon  berturut-turut memukuli para tahanan wanita Palestina, beberapa di antaranya luka parah.

Perlakuan dilakukan karena para tahanan perempuan memprotes hukuman kolektif pemerintah Israel terhadap mereka. Otoritas penjara memberlakukan beberapa tindakan represi terhadap tahanan perempuan, termasuk memutus aliran listrik dan menyemprotkan gas air mata ke dalam ruang sel.

Menurut Palestinian Prisoners Society (PPC), 40 tahanan wanita mengalami kekerasan, kondisi sulit, dan investigasi brutal di penjara. Tahanan wanita menderita penyiksaan psikologis dan perampasan kebutuhan dasar mereka.

Ada sekitar 4.850 tahanan Palestina di penjara Israel, termasuk 40 perempuan, 225 anak dan 40 tahanan administratif, menurut sejumlah lembaga yang mengurusi para tahanan.

Jika benar-benar terdesak, barulah otoritas penjara melepaskan aksinya. Seperti perintah pembebasan tahanan perempuan Palestina yang sedang hamil tua, Anhar Al-Deek (26), tapi dengan jaminan 12.500 dolar AS (sekitar Rp178 juta) dan dengan syarat tahanan rumah.

Umumnya, kaum perempuan ditahan karena melakukan perlawanan terhadap pasukan pendudukan. Ada 12 orang ibu Palestina yang ditahan di penjara Israel karena perlawanan terhadap pendudukan Israel. Mereka ditahan tanpa boleh bertemu anak-anak mereka.

Demi mendengar perlakuan seperti itu, Jama’ah Muslimin pada Kamis (23/12/2021) mengutuk kekerasan dan penyiksaan terhadap tahanan perempuan Palestina di penjara Israel.

“Jama’ah Muslimin mengecam keras tindakan brutal di penjara Zionis Israel terhadap para aktivis wanita muslim Palestina karena hal itu merupakan tindakan kriminal yang melanggar asas-asas kemanusiaan terlebih ini dilakukan terhadap kaum wanita yang seharusnya dilindungi,” ujar Imaam Yakhsyallah Mansur.

Dari semua kejadian besar terkait dengan perjuangan kemerdekaan Palestina dan pembebasan Al-Aqsa sepanjang tahun 2021, yang jelas perlawanan terhadap pendudukan terlihat jauh lebih kuat dan mendapat dukungan kaum Muslimin.

Itu semua menjadi pertanda menuju kemerdekaan yang sesungguhnya di negri penuh berkah. Insya-Allah. Allahu Akbar! (A/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Wartawan: Ali Farkhan Tsani

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.