Kulgam, India, 21 Muharram 1438/22 Oktober 2016 (MINA) – Anak-anak dan pemuda bergabung dengan kelompok militan, menjadi tren di Kashmir selama masa protes perlawanan terhadap pendudukan India.
Sumber kepolisian di negara bagian Jammu dan Kashmir mengungkapkan, sudah lebih dari 80 anak remaja yang bergabung bersama militan di wilayah selatan selama 105 hari masa protes rakyat.
Terus berlanjutnya protes di Kashmir sejak terbunuhnya militan Burhan Wani oleh polisi pada 8 Juli, memicu kekhawatiran akan adanya para pemuda gelombang baru yang bergabung dengan militan yang didukung oleh rakyat Muslim wilayah lembah itu.
Sumber yang dalam status anonimitas itu mengatakan, tren ini tampak jelas dengan adanya peningkatan jumlah insiden serangan terhadap kantor polisi dan perampokan senjata aparat.
Baca Juga: AS Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Teroris
Bulan lalu, lebih dari tujuh serangan terjadi terhadap pos polisi di Kashmir Selatan. Militan merebut setidaknya 28 senjata, sebagian besar senapan Kalashnikov.
“Mereka putus asa mencari senjata untuk rekrutan baru mereka. Itu sebabnya mereka mengambil keuntungan dari protes ini dan menyerang pos polisi,” kata sumber tersebut. Demikian India Express memberitakan yang dikutip MINA.
Sebaliknya, menurutnya, militansi di utara Kashmir didorong oleh infiltrasi dari seberang perbatasan yang fokus melakukan penyerangan pada kamp Angkatan Darat, seperti yang terjadi di Uri bulan lalu yang menewaskan 18 tentara.
Diduga lebih dari 150 militan telah menyusup dalam tiga bulan terakhir dari seberang perbatasan di utara Kashmir, terutama di sektor Uri dan Kupwara.
Baca Juga: Mahasiswa Yale Ukir Sejarah: Referendum Divestasi ke Israel Disahkan
“Situasi masih belum jelas, tapi laporan awal menunjukkan bahwa lebih dari 80 anak laki-laki telah bergabung dengan militan semenjak protes dimulai,” kata perwira polisi itu. “Ada laporan terjadinya perekrutan besar-besaran di selatan Kashmir, terutama di Kulgam.”
Catatan polisi Jammu dan Kashmir menunjukkan bahwa ada kurang dari 70 militan lokal yang aktif di Kashmir Selatan sebelum protes dimulai pada 8 Juli, tapi kini jumlah tersebut meningkat dua kali lipat dalam tiga bulan terakhir.
Namun, Wakil Inspektur Jenderal Nitish Kumar di Kashmir Selatan tidak sepaham dengan penilaian bahwa protes telah memicu terjadinya militansi di lembah.
“Saya tidak berpikir begitu. Orang-orang Kashmir sangat cerdas,” kata Kumar.
Baca Juga: PBB: Serangan Israel ke Suriah Harus Dihentikan
Salah satu wajah di balik kebangkitan militansi ini, sumber polisi mengatakan, adalah komandan Hizbul Mujahidin yang diidentifikasi bernama Sheikh Abass, warga Rampur, yang kembali ke militansi setelah menyelesaikan hukuman penjaranya selama tujuh tahun tiga tahun lalu.
Abass adalah ayah dari dua putri dan dua putra, juga dua saudara dan keponakan yang tewas dalam bentrokan dengan pasukan keamanan.
“Ada sekitar 80 anak di desa kami. Setidaknya 40 dari mereka siap menjadi mujahid. Mereka hanya perlu mengangguk dan diberi senjata,” kata seorang penduduk desa Rampur di Kulgam yang berusia 26 tahun. (T/P001/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)