BIAYA REKONSTRUKSI GAZA CAPAI RP 92 TRILIUN

Koresponden Mi'raj Islamic News Agency (MINA) sedang memantau situasi di Gaza, 8 Agustus 2014. (Foto: MINA Gaza)
Koresponden Mi’raj Islamic News Agency (MINA) sedang memantau situasi di , 8 Agustus 2014. (Foto: MINA Gaza)

Ramallah, 10 Dzulqa’dah 1435/5 September 2014 (MINA) – Membangun kembali Gaza akan menelan biaya sejumlah 7,8 miliar Dolar AS atau sekitar 92,29 triliun rupiah, Otoritas mengatakan dalam laporan penilaian dari kerusakan pada seluruh lingkungan dan infrastruktur vital tujuh pekan agresi terbaru.

Biaya pembangunan kembali 17 ribu rumah Gaza yang dihancurkan oleh pemboman Israel akan menelan biaya mencapai 2,5 miliar Dolar AS atau sekitar 29,58 triliun rupiah, Otoritas menyatakan, pada sektor energi yang diperlukan biaya sejumlah 250 juta Dolar AS atau sekitar 2,96 triliun rupiah setelah satu-satunya pembangkit listrik di dihancurkan oleh dua rudal Israel.

“Serangan terhadap Gaza kali ini tidak ada preseden, Gaza telah terkena sebuah bencana dan memerlukan bantuan segera karena banyak hal tidak bisa menunggu lama,” Mohammed Shtayyeh, seorang ekonom Palestina dan anggota senior gerakan Fatah kepada wartawan di Ramallah sebagaimana Al-Ray melaporkan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Jumat.

Membangun kembali Gaza akan sangat tergantung pada bantuan asing dan membutuhkan upaya mengakhiri perpecahan Palestina serta Israel membuka penyeberangan perbatasan, lanjut Shtayyeh, yang memimpin Dewan Penelitian dan Pengembangan Ekonomi Palestina (PECDAR) yang menjalankan survei.

Namun tak satu pun dari faktor-faktor yang disebutkan oleh Shtayyeh terlaksana. Sebuah konferensi donor di Kairo belum secara resmi dijadwalkan, lembaga Palestina tetap membagi antara Gaza dan Tepi Barat, serta Israel belum secara mendasar memudahkan pergerakan orang dan barang di perbatasan Gaza.

Sementara Bantuan internasional digalang dalam Forum internasional untuk mendukung Gaza diadakan dua hari di Istanbul, Turki, 30-31 Agustus 2014, di bawah naungan lembaga kemanusiaan Qatar Charity (QC).

Dalam forum itu, satu persatu perwakilan delegasi dan NGO menyampaikan komitmen membantu minimal satu juta USD atau sekitar 11,83 miliar rupiah yaitu; Qatar, Aljazair, Saudi, Bahrain, Rusia, Afrika Selatan, Perancis, Jordania, Indonesia  dan Malaysia.

Penilaian Otoritas Palestina juga menemukan bahwa sektor pendidikan Jalur Gaza akan memerlukan biaya sekitar 143 juta Dolar AS atau sekitar 1,7 triliun rupiah untuk mendapatkan kembali jalurnya. Sekitar setengah juta anak-anak Gaza tidak mampu untuk kembali ke sekolah mereka karena kerusakan atau karena bangunan sekolah digunakan untuk tempat pengungsian.

Sementara PBB melaporkan lebih dari 106 ribu jiwa  dari total 1,8 juta penduduk Gaza telah mengungsi ke tempat penampungan PBB termasuk sekolah di bawah naungan organisasi internasional itu dan keluarga terdekat.

Miliaran dolar AS yang tersisa dalam penilaian PECDAR, yang disusun oleh 13 ahli penduduk di Gaza dan tim penelitian mereka, dialokasikan untuk sektor keuangan, kesehatan, pertanian, dan transportasi, yang semuanya mengalami kerusakan parah selama perang.

Penilaian juga diperuntukkan 670 juta Dolar AS atau sekitar 7,93 triliun rupiah untuk pembangunan pelabuhan dan bandara, di mana Shtayyeh mengatakan adalah hak Palestina, namun Israel sejauh ini telah menolak rencana pembangunan kembali pelabuhan dan bandara itu.

Perlu 20 Tahun

Pengkajian Perumahan  Shelter Cluster di bawah Dewan Pengungsi Norwegia (Norwegian Refugee Council/NRC) bekerjasama dengan badan pengungsi PBB dan Palang Merah, menggarisbawahi kompleksitas dalam program rekonstruksi secara keseluruhan untuk Jalur Gaza, menilai perlu waktu 20 tahun untuk membangun kembali bangunan-bangunan yang rusak sejak serangan awal Juli lalu.

Hal itu didasarkan pada tingkat rendahnya pasokan barang/bahan bangunan yang diizinkan masuk ke Gaza oleh Israel, di mana rekonstruksi akan lebih cepat selesai jika perizinan bahan bangunan diperluas, harian Mesir Ahram melaporkan beberapa waktu lalu.

Pertempuran antara Israel dan pejuang Palestina di Gaza telah menewaskan lebih dari 2.145 warga Palestina, kebanyakan warga sipil, bersamaan dengan korban lebih dari 64 tentara dan lima warga sipil Israel.

Sebuah serangan darat dan bombardir dari darat, udara dan laut menyebabkan kerusakan besar di Gaza, sementara serangan roket pejuang Palestina mengakibatkan banyak orang Israel menjauh dari perbatasan, memukul pendapatan musim panas pariwisata Israel dan sebentar menutup bandara utama Ben Gurion.

Pada pekan sejak gencatan senjata yang ditengahi Mesir diumumkan 26 Agustus lalu, sedikit kemajuan telah dibuat dalam mendapatkan peluang upaya membangun kembali atau menyelesaikan perpecahan politik pahit di sekitar Gaza.(T/R05/R03)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Rana Setiawan

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0