Ciuman Dua Pria Picu Pembantaian Gay di Klub Malam Orlando

Oleh Rudi Hendrik, jurnalis Kantor Berita Islam Mi’raj (Mi’raj Islamic News Agency – MINA)

Amerika Serikat (AS) diguncang keterkejutan dengan sebuah serangan penembakan massal pada Ahad dini hari, 12 Juni 2016 terhadap sebuah komunitas gay di sebuah klub malam di Orlando, negara bagian .

FBI telah mengidentifikasi pria 29 tahun pelaku penembakan itu bernama Omar Mir Seddique Mateen, warga New York kelahiran Florida.

Aksinya menjadi penembakan massal terburuk dalam sejarah Amerika Serikat. Dari jumlah korban, Mateen tercatat sebagai warga sipil penyerang tunggal dengan jumlah korban tewas terbanyak di AS sejak serangan teror 11 September 2011 di menara kembar WTC.

Mateen digambarkan oleh Presiden Barack Obama sebagai “orang yang penuh kebencian”, setelah serangannya menewaskan sedikitnya 50 orang dan melukai 53 lainnya.

Pada saat penyerangan, Mateen melakukannya seorang diri dengan menggunakan senjata laras panjang semi-otomatis AR-15, seperti dilaporkan Daily Mail.

Petugas mengatakan, sebelum menyerang klub malam di kawasan Pulse, Orlando, Mateen telah menelepon 911, untuk menyatakan janji setianya pada ISIS.

“Akrab” dengan FBI

Menurut Ron Hopper, Kepala FBI di Orlando, pihaknya pertama kali mencurigai Mateen pada tahun 2013, ketika ia membuat “komentar inflamasi” kepada rekan kerjanya yang menuduhnya mungkin “terkait teroris”.

Dalam insiden itu, FBI mewawancarai Mateen sebanyak dua kali dan dilakukan wawancara terpisah dengan saksi-saksi lainnya, serta pengawasan fisik dan pemeriksaan pada catatannya.

“Pada akhirnya, kami tidak dapat memverifikasi substansi komentarnya, dan investigasi ditutup,” kata Hopper.

Pada tahun 2014, pihak berwenang kembali menginterogasi Mateen atas dugaan “hubungan yang mungkin” terhadap seorang pelaku bom bunuh diri warga Amerika, Moner Mohammad Abusalha, yang muncul dalam sebuah video Nusra Front di Suriah.

Hopper mengatakan, FBI menetapkan bahwa kontak Mateen dengan Abusalha sangat minim dan bukan merupakan hubungan substantif atau ancaman pada waktu itu. Temuan-temuan FBI “tidak meyakinkan” sehingga penyelidikan atas Mateen ditutup.

Trevor Velinor, juru bicara Biro Alkohol, Tembakau dan Senjata Api mengatakan, Mateen secara hukum membeli dua senjata yang diyakini telah digunakan dalam serangan pada Ahad lalu.

Ketika ditanya wartawan bagaimana Mateen bisa memperoleh senjata api meskipun di bawah radar FBI, Hopper mengatakan bahwa penyelidikan untuk kasus sebelumnya telah ditutup.

Mateen sendiri berprofesi sebagai penjaga keamanan. Untuk bekerja sebagai penjaga keamanan, hukum tentang senjata api mengharuskan Mateen berlatih menggunakan senjata.

Dalam sebuah pernyataan yang dikirim kepada Palm Beach Post, perusahaan keamanan G4S membenarkan status pekerjaan Mateen.

“Kami terkejut dan sedih atas peristiwa tragis yang terjadi di klub malam Orlando. Kami dapat mengkonfirmasi bahwa Omar Mateen telah bekerja dengan G4S sejak 10 September 2007,” kata perusahaan itu.

“Kami bekerja sama sepenuhnya dengan semua aparat penegak hukum, termasuk FBI, karena mereka melakukan penyelidikan. Pikiran dan doa kami untuk semua teman-teman, keluarga dan orang-orang yang terkena dampak tragedi yang tak terkatakan ini,” tambah pernyataan itu.

Komunitas gay di Orlando. (Foto: AP)
Komunitas gay di Orlando. (Foto: AP)

Tidak Ada Hubungannya dengan Agama

Pada konferensi pers di Orlando, Hopper dari FBI menegaskan bahwa Mateen telah menelepon polisi pada Ahad dini hari.

Hopper tidak mengomentari apakah Mateen menyatakan kesetiaannya kepada Abu Bakr al-Baghdadi, pemimpin kelompok Islamic State (ISIS) sebagaimana yang dilaporkan dalam media AS.

Sementara itu, dalam sebuah wawancara ekslusif dengan NBC News, ayah Mateen yang bernama Seddique Mateen mengatakan bahwa ketika berkunjung ke Miami, kota tetangga juga yang juga di Florida, Mateen menjadi marah setelah melihat dua pria berciuman, di depan istri dan anaknya.

Sang ayah mengatakan, ia tidak mengetahui apapun rencana anaknya.

“Ini tidak ada hubungannya dengan agama,” kata Seddique Mateen.

Mantan Istri: Mateen Sakit Mental

Mantan istri Omar Mateen, Sitora Yusufiy akhirnya angkat bicara tentang sosok lelaki yang menewaskan 50 orang di klab malam di Orlando itu.

Dengan dukungan dari tunangannya, Sitora Yusufiy pun mengungkapkan pengalaman hidup dengan lelaki yang dinikahinya selama empat bulan di tahun 2009 itu.

Seperti dilansir dari laman BBC, Sitora mengaku keluarganya telah menyelamatkan dia dari cengkraman kebrutalan Omar Mateen.

Pria kelahiran New York 1986 dari ayah imigran Afganistan itu ternyata kerap melakukan kekerasan fisik kepada Sitora.

Sitora mengaku pernah dipukuli berulang selama hidup bersama Mateen.

“Pemukulan itu terjadi bahkan untuk hal-hal yang sangat sepele, misalnya saat saya tidak mencuci pakaian,” ungkap Sitora. “Ketika temperamennya memuncak, dia bisa menumpahkan kemarahannya kepada apapun. Secara mental, dia tidak stabil, dia sakit mental.”

Diketahui, Mateen belum lama pindah ke Fort Pierce, Florida, 120 mil sebelah tenggara Orlando. (P001/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Bahron Ansori

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.