DUTA AL QUDS INDONESIA: JANGAN RUSAK AKIDAH DENGAN TOLERANSI

Yakhsyallah Mansur, MA. (Photo : Hadis MINA)
Yakhsyallah Mansur, MA. (Photo : Hadis MINA)
, MA. (Photo : Hadis/MINA)

Bandar Lampung, 25 Muharram 1436/18 November 2014 (MINA) – Saling menghargai sesama umat beragama tidak harus merusak akidah. Ini disampaikan Duta Al-Quds Indonesia, KH. Yakhsyallah Mansur, MA kepada Miraj Islamic News Agency (MINA) di Lampung, Selasa, (18/11) menanggapi sebuah Gereja di  Washington Amerika Serikat yang dipersilahkan digunakan untuk shalat Jum’at bagi Muslim setempat.

“Umat Islam memakai Gereja, nanti orang Kristen akan memakai Masjid juga dengan alasan saling menghargai. Nanti kasusnya seperti Natal bersama, akan jadi rancu. Menghargai agama lain tidak harus merusak akidah, kembali kepada lakum diinukum waliyadin, “ kata Yakhsyallah.

Menurutnya, dalam sejarah, ketika Fathul Aqsa Kholifah Umar Bin Khattab pernah ditawarkan Gereja untuk tempat shalat, namun Umar menolak.

Namun juga pernah ketika pembebasan Istanbul, Gereja Aya Sofya di Turki dirubah menjadi Masjid, akan tetapi semua asesoris Gereja berubah.

“Saya lihat sendiri di Aya Sofiya gambar dan simbol Kristen itu ditutup dengan gambar lain atau simbol Islam, “ tambahnya.

Kita bisa belajar dari sebab musabab turunnya surat Al-Kafirun ketika orang kafir berusaha menghentikan dakwah Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasalam. Tokoh-tokoh kafir Quraisy itu berpikir bagaimana cara menghentikan dakwahnya, dan akhirnya mereka menemukan suatu cara yaitu .

“Toleransi beragama maksud para kafir Quraisy itu, pada saat mereka menyembah berhala, mereka mengajak kaum muslimin untuk sesekali ikut menyembah berhala bersama mereka. Dan juga bila kaum muslimin sedang shalat Jum’at mereka juga akan ikut sesekali sholat jum’at. Lalu Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasalam merenung sejenak dan kemudian turunlah surat Al-Kafirun yang isinya menolak ajakan kaum kafir Quraisy tersebut, “ kata Yakhsyallah.

Yakhsyallah memberikan solusi lain yang selamat bagi akidah yaitu jika Gereja diserahkan pada umat Islam kemudian dibuat masjid itu lebih baik.

“Di Australia Gereja dibeli umat Islam dan difungsikan sebagai Masjid, di Inggris, Gereja diberikan kepada umat Islam, ini lebih selamat, kita tidak khawatir dengan kerancuan benda najis di dalamnya, belum lagi kekhusyu’an shalat terganggau melihat simbol kristen, dan kekhawatiran pluralisme agama,“ tegasnya.

“Lagipula kontruksi Gereja dan Masjid juga berbeda, belum soal kiblat, di Gereja duduk di kursi, kan agak sulit, akan banyak mudharatnya nanti, “ tandas Yakhsyallah.(L/K08/R11)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: hadist

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0