EKONOM: PEMERINTAH PERLU KELUARKAN KEBIJAKAN YANG MEYELURUH

(dok. shariah)
Pakar ekonomi Islam, . (dok. shariah)

Wawancara Eksklusif dengan Pakar Ekonomi Syariah, Ikhwan Basri

Kebijakan pemerintah Indonesia dalam mengatasi kondisi perekonomian sangat dinantikan semua pihak mengingati kondisi perekonomian di Indonesia sampai saat ini belum menunjukkan tanda-tanda stabil, sejak mengalami kemunduran tahun lalu.

Hal itu terlihat dari anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika yang dinilai beberapa pihak jatuh hingga 50% atau nyaris mencapai 15.000 per dollarnya.

Kondisi seperti ini mendorong pemerintah untuk segera mengeluarkan jilid III sebagai lanjutan dari kebijakan ekonomi jilid II. Paket kebijakan ekonomi jilid III atau bisa disebut sebagai Oktober I telah diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mencakup kemudahan investasi, penyaluran kredit, dan peningkatan daya beli masyarakat.

Pada kesempatan kali ini, wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Rendy Setiawan dan Royhanul Iman melakukan bincangbincang dengan pakar ekonomi syariah Indonesia, Ikhwan Basri.

MINA: Apakah Kebijakan Ekonomi jilid III bisa mengatasi permasalahan ekonomi Indonesia?

Ikhwan Basri: Kebijkan ekonomi ini belum bisa mencakup atau mengatasi secara keseluruhan permasalahan ekonomi di Indonesia. Karena tujuan dari kebijakan ekonomi jilid III itu hanya untuk sebagian sektor saja. Tujuan pemerintah mengeluarkan kebijakan ini tiada lain supaya rupiah bisa stabil. Pakai kebijakan ekonomi jilid I, tidak ada perubahan, kemudian pemerintah mengeluarkan jilid II, juga belum terasa dampak yang diharapkan.

Sementara yang terjadi perekonomian di Indonesia tidak kunjung membaik.  Meningkatnya rupiah beberapa waktu lalu bukan karena kebijakan ekonomi jilid II, tetapi lebih karena faktor eksternal. Seandainya menguatnya rupiah adalah hasil  kebijakan ekonomi itu, tentu nilai rupiah terhadap dolar akan menguat secara konsisten. Sementara yang terjadi hanya beberapa saat saja.

Hal yang sama juga berlaku bagi mata uang negara lain, seperti ringgit Malaysia dan rupee juga naik. Dan itu berlangsung hanya beberapa saat saja karena faktor eksternal, antara lain Federal Reserve atau Bank Sentral Amerika Serikat yang tidak menaikkan suku bunga, sehingga pasar global menjadi kalem, tenang, dan rupiah meningkat.

Meski tidak kita pungkiri, pasti ada peran dari kebijakan ekonomi jilid II, akan tetapi bukan faktor utama.

Berbeda dengan kebijakan ekonomi jilid II, tujuan kebijakan ekonomi jilid III ini untuk menciptakan efisiensi agar ongkos produksi dalam negeri sebagai pusat mata rantai perekonomian Indonesia, menjadi lebih efisien.

Tapi kalau dikaitkan dengan apakah kebijakan ekonomi jilid I, II, dan III ini mampu menyelesaikan masalah ekonomi Indonesia? Sebagian mungkin bisa, tapi tidak bisa kita rasakan secara langsung, karena memang masalah ini mencakup seluruh Indonesia.

MINA: Paling merasakan dampak positif dari kebijakan ini?

Ikhwan: Yang paling merasakan dampak dari kebijakan ekonomi jilid III ini adalah orang-orang di kota, khususnya di Jakarta. Untuk daerah lain, efeknya tidak bisa langsung dirasakan. Dampaknya akan terasa ketika sudah sebulan, dua bulan, bahkan bisa lebih dari itu.

MINA: Dampak singkatnya?

Ikhwan: Hanya penurunan harga BBM yang bisa secara singkat dirasakan efeknya oleh masyarakat Indonesia.

MINA: Faktor eksternal lemahnya ekonomi Indonesia?

Ikhwan: Kondisi perekonomian di Amerika yang stabil dan sebaliknya ekonomi di Indonesia yang tidak menentu yang seharusnya diperhatikan. Ketika perekonomian di Amerika stabil, pengusaha asing akan lebih senang berinvestasi di Amerika.

Akibatnya, dolar akan meninggalkan Indonesia, kemudian nilainya akan naik, sementara kebutuhan orang Indonesia akan dolar terus meningkat. Dengan ketiadaan dolar di Indonesia, maka rupiah akan melemah, karena harga dolar yang naik tadi.

MINA: Dampak bagi Indonesia?

Ikhwan: Kondisi seperti ini tentu sangat menguntungkan Amerika, di saat yang sama, di Amerika lapangan pekerjaan menjadi terbuka lebar, sementara lapangan pekerjaan di Indonesia menjadi susah didapatkan. Kenapa kita sering melihat banyak pengemis, itu hanya salah satu dampak dari kondisi seperti ini.

MINA: Faktor internal?

Ikhwan: Korupsi yang dilakukan secara besar-besaran. Para koruptor sudah merasuki semua lini departemen. Nah kondisi seperti inilah yang menimbulkan dampak sangat luar biasa terhadap perekonomian Indonesia.

Contoh nyata korupsi adalah dalam pembuatan jalan, belum sampai pada tahap penyelesaian, di bagian awal jalan yang telah dicor sudah hancur. Itu karena apa? Yang salah bukan jalannya, bukan juga tukangnya, tapi lebih kepada permainan kotor di balik itu. Ini baru pada kondisi jalan, yang lainnya juga sama.

MINA: Solusinya?

Ikhwan: Berapa jilid pun kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, tidak akan bisa mengatasi permasalahan ekonomi Indonesia, karena memang masalahnya bukan di situ. Jadi seharusnya pemerintah tidak mengambil keputusan di bidang moneter saja, tetapi lebih mengarah kepada kebijakan yang menyeluruh, semua sektor kena.

Kita lihat ke depan, mungkin saja kebijakan ekonomi ini merupakan langkah awal pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan yang lebih global, karena kebijakan ekonomi ini bersifat spesifik hanya akan menimbulkan masalah yang lebih komplek lagi. (L/P011/roy/R01)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rendi Setiawan

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.