Oleh: Ustadz Bachtiar Nasir,Lc.MM. Pemimpin Pesantren Ar-Rahman Qur’anic College
BULAN Ramadhan dengan segala keutamaan dan kemuliaannya merupakan salah satu nikmat besar yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada umat Islam. Nikmat ini semestinya disyukuri dengan mengisinya dengan amal ibadah dan segala ketaatan kepada Allah dari awal hingga akhir bulan Ramadhan. Termasuk di dalamnya amalan-amalan sunnah yang sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk kita lakukan dan amalkan selama bulan Ramadhan ini.
Di antara hal-hal yang disunnahkan dalam ibadah puasa adalah:
Pertama, makan sahur, sebagaimana yang ditegaskan dalam hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam:
Baca Juga: Bebaskan Masjidil Aqsa dengan Berjama’ah
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السُّحُورِ بَرَكَةً
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Hendaklah kalian makan sahur karena sesungguhnya dalam makan sahur itu barakah.” (Riwayat Bukhari dan Musim).
Hendaknya makan sahurnya diakhirkan sebagaimana praktek Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam makan sahur, dimana jarak antara selesai makan sahur dengan pelaksanaan shalat Beliau hanya jarak waktu bacaan 50 ayat.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، ” أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَزَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ تَسَحَّرَا ، فَلَمَّا فَرَغَا مِنْ سَحُورِهِمَا قَامَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الصَّلَاةِ فَصَلَّى ” ، قُلْنَا لِأَنَسٍ : كَمْ كَانَ بَيْنَ فَرَاغِهِمَا مِنْ سَحُورِهِمَا وَدُخُولِهِمَا فِي الصَّلَاةِ ؟ قَالَ : قَدْرُ مَا يَقْرَأُ الرَّجُلُ خَمْسِينَ آيَةً
Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi Allah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan Zaid bin Tsabit pernah makan sahur. Ketika keduanya selesai makan sahur, Nabi pun berdiri untuk pergi shalat, lalu beliau shalat. Kami pun berkata pada Anas, “Berapa lama jarak antara waktu selesai makan sahur dan waktu pelaksanaan shalat?” Beliau menjawab, “Selama seseorang membaca 50 ayat”. (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Kedua, menyegerakan berbuka puasa. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan bahwa sunnahnya adalah menyegerakan dan tidak menunda-nunda berbuka ketika matahari telah terbenam sebagai pertanda masuknya waktu shalat Maghrib.
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ
Sahl bin Sa’d meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Manusia itu akan terus berada dalam kebaikan selagi mana dia menyegerakan berbuka puasa.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Baca Juga: Keutamaan Al-Aqsa dalam Islam, Sebuah Tinjauan Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis
Itulah yang selalu dilakukan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ketika berpuasa, tetapi beliau tidak memulainya dengan makanan yang berat. Di mana Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memulai ifthar (berbuka) dengan mengkonsumsi kurma basah jika ada. Jika tidak ada maka beliau berbuka dengan kurma kering, dan terkadang beliau tidak memiliki itu maka beliau cukup berbuka dulu dengan minum beberapa teguk air untuk menghilangkan rasa hausnya.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، قَالَ : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ عَلَى رُطَبَاتٍ ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَتُمَيْرَاتٌ ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تُمَيْرَاتٌ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ
Dari Anas bin Malik, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam berbuka dengan beberapa biji kurma basah sebelum sholat. Jika tiada kurma basah, Beliau berbuka dengan kurma kering. Jika tiada kurma kering, Beliau berbuka dengan beberapa teguk air.” (Riwayat Ahmad, Timizi, Abu Daud dan al-Hakim).
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa hendaklah kita menyegerakan berbuka dan juga menyegerakan shalat dengan tidak berlama-lama dalam berbuka.
Baca Juga: Selamatkan Palestina sebagai Tanggung Jawab Kemanusiaan Global
عَنْ أَبِي عَطِيَّةَ قَالَ دَخَلْتُ أَنَا وَمَسْرُوقٌ عَلَى عَائِشَةَ فَقُلْنَا يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ رَجُلَانِ مِنْ أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَدُهُمَا يُعَجِّلُ الْإِفْطَارَ وَيُعَجِّلُ الصَّلَاةَ وَالْآخَرُ يُؤَخِّرُ الْإِفْطَارَ وَيُؤَخِّرُ الصَّلَاةَ قَالَتْ أَيُّهُمَا الَّذِي يُعَجِّلُ الْإِفْطَارَ وَيُعَجِّلُ الصَّلَاةَ قَالَ قُلْنَا عَبْدُ اللَّهِ يَعْنِي ابْنَ مَسْعُودٍ قَالَتْ كَذَلِكَ كَانَ يَصْنَعُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Abi ‘Atiyyah, ia berkata, ”Saya dan Masruq menemui ‘Aishah. Kami berkata: “Wahai Ummul mu`minin, dua orang dari sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, salah seorang menyegerakan berbuka dan menyegerakan shalat dan seorang lagi mengakhirkkan berbuka dan mengakhirkan shalat. Aisyah bertanya, “Siapa yang menyegerakan berbuka dan menyegerakan shalat? Kami manjwab, “Abdullah yaitu Ibnu Mas’ud. Aisyah menjawab, “Demikianlah yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Riwayat Muslim).
Ketiga, berdoa ketika berbuka puasa sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
عن مَرْوَانُ الْمُقَفَّعُ ، قَالَ : رَأَيْتُ ابْنَ عُمَرَ قَبَضَ عَلَى لِحْيَتِهِ فَقَطَعَ مَا زَادَ عَلَى الْكَفِّ ، وَقَالَ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَفْطَرَ ، قَالَ : ” ذَهَبَ الظَّمَأُ ، وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ ، وَثَبَتَ الأَجْرُ إنْ شَاءَ اللَّهُ
Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim
Dari Marwan al-Muqaffa’, ia berkata, “Saya melihat Abdullah bin Umar memegang jenggotnya lalu memotong yang lebih dari genggemannya, dan berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika berbuka beliau mengucapkan: “Telah hilang rasa dahaga, dan dan telah basah kerongkongan, serta telah tetap pahala insya Allah.“ (Riwayat Abu Daud, An-Nasai, al-Hakim, al-Baihaqi dan Ad-Daruquthni).
Keempat, memperbanyak membaca Alquran, berinfak di jalan Allah dan segala bentuk amal kebaikan.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ ، قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ ، وَكَانَ أَجْوَدَ مَا يَكُونُ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ ، إِنَّ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلَام ، كَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ سَنَةٍ فِي رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ ، فَيَعْرِضُ عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ ، فَإِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيلُ ، كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، أَجْوَدَ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhu, Ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam adalah seorang yang paling murah hatinya (dermawan) dalam berbuat kebaikan, dan beliau lebih bermurah hati lagi ketika dalam bulan Ramadhan. Sesungguhnya Jibril menemui beliau setiap bulan Ramadhan sampai berakhirnya bulan itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memprentasikan Alquran kepada Jibril. Dan ketika Jibril menemui beliau maka beliau adalah seorang yang lebih bermurah hati dalam berbagi kebaikan daripada angin yang berhembus.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Baca Juga: Bantuan Pangan untuk Palestina
Kelima, memberi makanan kepada orang yang berbuka puasa.
عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
Dari Zaid bin Khalid Al Juhanni, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa yang membukakan seorang yang berpuasa, maka baginya pahala orang berpuasa tadi, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikitpun.” (Riwayat Tirmizi, Ibnu Majah dan Ahmad).
Keenam, selalu menghidupkan malam-malam bulan Ramadhan dengan segala macam bentuk ibadah, terutama sekali sepuluh malam terakhirnya dengan itikaf.
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ ، وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu, Barangsiapa yang menghidupkan malam lailatul qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).
قَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ ، مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ
Aisyah Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Pada sepuluh terakhir bulan Ramadlan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam lebih giat beribadah melebihi hari-hari selainnya.” (Riwayat Muslim).
Baca Juga: Daftar Hitam Pelanggaran HAM Zionis Israel di Palestina
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا ، قَالَتْ : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ ، شَدَّ مِئْزَرَهُ ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
Dari Aisyah Radhiyallahu ‘Anhu ia berkata, “Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bila memasuki sepuluh terakhir (dari bulan Ramadhan), maka beliau mengencangkan sarung, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim, ini lafadz Bukhari).
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam selalu beri’tikaf pada 10 hari terakhir dari bulan Ramadhan.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
Itulah diantara amalan-amalan sunnah yang sangat dianjurkan pada bulan Ramadhan. Semoga kita benar-benar dapat memaksimalkan kesempatan bertemu bulan Ramadhan yang telah dianugerahkan Allah Ta’ala kepada kita. Sehingga tujuan dari puasa agar kita menjadi orang-orang yang bertaqwa dapat kita raih. Wallahu a’lam bish shawab. (A/R4/P2/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam, tak Ada Jejak Yahudi Sedikit Pun