HRW: PENGUNGSI SURIAH DI LEBANON RAWAN KRIMINALITAS

Lebih dari satu juta warga Suriah telah terdaftar sebagai pengungsi di Lebanon setelah lari dari perang di negara mereka, kata Badan Penanganan Pengungsi (UNHCR). (Foto: AFP)
Lebih dari satu juta warga Suriah telah terdaftar sebagai pengungsi di setelah lari dari perang di negara mereka, kata Badan Penanganan Pengungsi (UNHCR). (Foto: AFP)

Beirut, 5 Dzulhijjah 1435/30 September 2014 (MINA) – Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia, ‘Human Rights Watch’ () dalam pernyataan resminya memperingatkan, Selasa, di Lebanon tarancam menghadapi  tindak kekerasan dari warga setempat.

HRW mengatakan, lembaga itu telah mendokumentasikan serangkaian serangan yang dilakukan warga Lebanon yang tidak bertanggung jawab terhadap pengungsi Suriah pada Agustus dan September ini. Demikian dilaporkan Kantor Berita Lebanon, Naharnet dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Selasa.

Lembaga itu menjelaskan, kekerasan itu terjadi karena ketegangan Lebanon dengan Negara Islam (ISIS) setelah anggotanya diculik dan dibunuh pasukan keamanan Lebanon.

Selain itu, para militan menyerbu kota perbatasan Arsal dengan membawa beberapa sandera yang merupakan anggota polisi dan tentara Lebanon.

Pasukan keamanan dan pemerintah Lebanon didesak oleh berbagai pihak untuk melindungi pengungsi Suriah dari tindak kekerasan.

“Pasukan keamanan Lebanon harus melindungi semua orang di tanah Lebanon, pemerintah setempat jangan sampai menutup mata terhadap kelompok yang meneror para pengungsi,” kata Wakil Direktur Timur Tengah HRW, Nadim Houry.

Dia menambahkan,”teror warga Lebanon tersebut hanyakah salah satu tekanan yang dihadapi pengungsi Suriah di Lebanon, seperti ada juga jam malam diskriminatif yang dikenakan pemerintah kota setempat,  HRW sedang dalam proses penyelidikan ikhwal ini.”

Menurutnya, meneror pengungsi Suriah tidak akan membawa kembali tentara Lebanon yang diculik atau memecahkan krisis pengungsi di negara itu.

Salah seorang pengungsi yang diwawancarai menggambarkan, pengungsi ditusuk, ditembak dan dipukuli oleh kelompok-kelompok yang tidak bertanggung jawab. “Kami terlalu takut untuk melaporkan hal ini kepada aparat keamanan,” katanya.

Basil, salah satu pengungsi Suriah yang selamat dari tindakan kekerasan itu menggambarkan, ia dipukuli berkali-kali sehingga memerlukan beberapa jahitan pada anggota badannya.

Ia mengatakan telah mengajukan masalah ini kepada polisi setempat, tapi petugas hanya mengatakan kepadanya, agar lain kali harus lebih berhati-hati dan seharusnya tidak begitu sensitif tentang hal-hal semacam ini.

Menurut perhitungan Badan PBB untuk Urusan Pengungsi  (UNHCR) baru-baru ini, lebih dari 1,1 juta pengungsi Suriah berada di Lebanon, sehingga negara itu kewalahan untuk memenuhi kebutuhan empat juta warganya sendiri.

Dalam sebuah pernyataan, UNHCR mengatakan,”Krisis Suriah telah menjadi masalah kemanusiaan bersama, namun dunia internasional telah gagal memenuhi kebutuhan pengungsi dan kebutuhan warga dari negara yang memayungi mereka.”

Meski pengungsi Suriah dalam jumlah besar datang ke Lebanon, Negara tersebut telah membuka perbatasan sejak perang di Suriah dimulai sejak Maret 2011 silam.

Dalam kejadian lain pekan lalu, polisi Lebanon telah membakar tenda pengungsi dalam sebuah tindakan penertiban tetapi seorang juru bicara militer menolak tuduhan tersebut dan mengatakannya sebagai “kebohongan”.(T/P011/P2)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)


Wartawan: Rendi Setiawan

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0