Gaza, MINA – Para ibu di Jalur Gaza menjalani operasi caesar tanpa anestesi (obat bius) dan diperbolehkan pulang hanya beberapa jam setelah operasi.
Dengan hanya tersisa satu rumah sakit bersalin yang berfungsi di daerah kantong yang diblokade itu, perempuan yang melahirkan terpaksa berbagi tempat tidur atau melahirkan di tenda atau di toilet. MEE melaporkan.
“Dua wanita yang berbagi tempat tidur… mungkin satu jam setelah menjalani operasi caesar, mereka kemudian dipindahkan ke kursi untuk memberikan tempat tidur kepada orang lain, dan dipulangkan setelah tiga jam untuk kembali ke tempat penampungan mereka,” lapor Juru Bicara Unicef, Tess Ingram setelah melakukan perjalanan ke Rumah Sakit Bersalin El Emirati pada 12 Januari.
Menurut Unicef, 20.000 bayi telah lahir di Gaza sejak 7 Oktober. Banyak dari persalinan tersebut dilakukan dalam kondisi berbahaya dan tidak higienis.
Baca Juga: Abu Ubaidah Serukan Perlawanan Lebih Intensif di Tepi Barat
Setelah melahirkan, para ibu terpaksa menyusui bayinya di tenda, dan seringkali tidak dapat menemukan pakaian dan popok.
Kekurangan pangan telah menyebabkan banyak ibu baru yang mengalami kekurangan gizi sehingga tidak dapat menyusui, menurut lembaga amal ActionAid.
Sebuah laporan yang dikeluarkan oleh perempuan PBB pada tanggal 19 Januari menemukan, perempuan dan anak perempuan di Gaza mengalami “kematian pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya” dan menghadapi “tingkat kebutuhan kemanusiaan yang sangat besar”.
Sudah lebih dari 25.000 warga Palestina di Gaza yang terbunuh sejak 7 Oktober, 70 persennya diperkirakan adalah perempuan dan anak-anak, dengan dua ibu terbunuh setiap jamnya sejak awal krisis. (T/RI-1/P2)
Baca Juga: Tentara Israel Mundur dari Kota Lebanon Selatan
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: PBB Adopsi Resolusi Dukung UNRWA dan Gencatan Senjata di Gaza