Ibu, Perintahkan Anak Perempuanmu Belajar Ilmu Bela Diri

Ilustrasi. (dok. Nidamiaaa.wordpress.com)
Ilustrasi. (dok. Nidamiaaa.wordpress.com)

Oleh: Etha Rachmah, mahasiswi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung

, betapa pentingnya ilmu untuk anak perempuan.

Sering kali ibu-ibu hanya mengajarkan tentang kewanitaan untuk anak perempuannya, seperti halnya memasak, bersih-bersih dan kegiatan wanita lainnya. Ibu, tahukah engkau tak hanya itu yang harus engkau ajarkan pada anak perempuanmu?

Memang, kebanyakan dari seorang ibu menginginkan anak perempuannya kelak juga bisa menjadi istri dan ibu yang baik untuk suami dan anak-anaknya. Namun, ada satu hal yang perlu seorang ibu ketahui untuk mendidik anak perempuannya.

Seorang ibu juga harus memikirkan tentang penjagaan terhadap anak perempuannya. Mengapa begitu? Ya, jelas kita sudah ketahui, tak hanya di jaman sekarang, tapi di jaman kenabian pun kejahatan sudah ada, bahkan kejahatan terhadap wanita pun sering kita jumpai.

Ibu, itulah sebab mengapa begitu pentingnya ilmu bela diri untuk anak perempuanmu. Saat ini sering kita temukan berita atau kabar tentang pelecehan terhadap wanita. Tak hanya itu, mereka para penjahat juga banyak mengincar kaum wanita dikarenakan kebanyakan kaum wanita adalah kaum yang lemah, sehingga lebih memudahkan bagi para penjahat untuk menjalankan misinya.

Tak hanya sebatas itu, kita sebagai seorang ibu juga harus menanamkan sifat seorang mujahidah kepada anak perempuannya. Mengapa begitu? Karena apabila seorang ibu telah menanamkan sifat mujahidah kepada anak perempuannya, maka tak bisa dipungkiri apabila kelak anak perempuannya menjadi seorang anak yang tangguh, muslimah yang pemberani, dan muslimah yang kuat. Sehingga dia tidak hanya bisa melindungi dirinya sendiri, melainkan dia juga bisa melindungi orang-orang di sekitarnya.

Seperti halnya kisah Nusaibah binti Ka’ab (Ummu Umarah) dan Khaulah binti Azur radhiyallahu ‘anha, mereka adalah para mujahidah muslimah pada masa Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasalam.

Di sini saya akan  sedikit menceritakan tentang kedua tokoh mujahidah muslimah di jaman Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasalam tersebut.

Nusaibah binti Ka’ab (Ummu Umarah)

Nusaibah adalah satu dari dua wanita yang bergabung dengan 70 orang lelaki Anshar yang berbaiat kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam. Dalam baiat Aqabah yang kedua itu ia ditemani suaminya Zaid bin Ahsim radhiyallahu ‘anhu dan dua orang puteranya, yaitu Hubaib dan Abdullah.

Wanita yang seorang lagi adalah saudara Nusaibah sendiri. Pada saat baiat itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam menasehati mereka, “Jangan mengalirkan darah dengan sia-sia.”

Dalam perang Uhud, Nusaibah membawa tempat air dan mengikuti suami serta kedua orang anaknya ke medan perang. Pada saat itu Nusaibah menyaksikan betapa pasukan Muslimin mulai kocar-kacir dan musuh merangsek maju, sementara Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam berdiri tanpa perisai. Seorang Muslim berlari mundur sambil membawa perisainya, maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam berseru kepadanya, “Berikan perisaimu kepada yang berperang”.

Lelaki itu melemparkan perisainya yang kemudian dipungut oleh Nusaibah untuk melindungi Nabi.

“Saya pergi ke Uhud dan melihat apa yang dilakukan orang. Pada waktu itu saya membawa tempat air. Kemudian saya sampai kepada Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam  yang berada di tengah-tengah para sahabat. Ketika kaum Muslimin mengalami kekalahan, saya melindungi Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam, kemudian ikut serta di dalam medan pertempuran. Saya berusaha melindungi Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam  dengan pedang, saya juga menggunakan panah sehingga akhirnya saya terluka,” kata Ummu Umarah menuturkan pengalamannya pada Perang Uhud.

Ketika ditanya tentang 12 luka ditubuhnya, Nusaibah menjawab, “Ibnu Qumaiah datang ingin menyerang Rasulullah ketika para sahabat sedang meninggalkan baginda. Lalu (Ibnu Qumaiah) berkata, ‘mana Muhammad? Aku tidak akan selamat selagi dia masih hidup.’ Lalu Mushab bin Umair dengan beberapa orang sahabat, termasuk saya, menghadapinya. Kemudian Ibnu Qumaiah memukulku.”

Rasulullah juga melihat luka di belakang telinga Nusaibah, lalu berseru kepada anaknya, “Ibumu, ibumu! Balutlah lukanya! Ya Allah, jadikanlah mereka sahabatku di surga!”

Mendengar itu, Nusaibah berkata kepada anaknya, “Aku tidak perduli lagi apa yang menimpaku di dunia ini.”

Muslimah belajar menembak. (Foto: Ansharuttauhid)
Muslimah belajar menembak. (Foto: Ansharuttauhid)

Khaulah Binti Azur

Kesatria Berkuda Hitam! Itulah sosok Khaulah binti Azur. Seorang muslimah yang kuat jiwa dan raga. Sosok tubuhnya tinggi langsing dan tegap. Sejak kecil Khaulah suka dan pandai bermain pedang dan tombak, serta terus berlatih sampai tiba waktunya menggunakan keterampilannya itu untuk membela Islam bersama para mujahidah lainnya.

Dalam salah satu peperangan melawan pasukan kafir Romawi di bawah kepemimpinan Panglima Khalid bin Walid, diriwayatkan, tiba-tiba saja muncul seorang penunggang kuda berbalut pakaian serba hitam yang dengan tangkas memacu kudanya ke tengah-tengah medan pertempuran. Bagai singa lapar yang siap menerkam, sosok berkuda itu mengibas-ngibaskan pedangnya dan dalam waktu singkat menumbangkan tiga orang musuh.

Panglima Khalid bin Walid serta seluruh pasukannya tercengang melihat ketangkasan sosok berbaju hitam itu. Mereka bertanya-tanya, siapakah pejuang tersebut yang tertutup rapat seluruh tubuhnya dan hanya terlihat kedua matanya. Semangat jihad pasukan Muslimin pun terbakar kembali begitu mengetahui bahwa The Black Rider, si penunggang kuda berbaju hitam itu adalah seorang wanita.
Keberanian Khaulah kembali teruji ketika dia dan beberapa mujahidah tertawan musuh dalam peperangan Sahura. Mereka dikurung dan dikawal ketat selama beberapa hari. Walaupun agak mustahil untuk melepaskan diri, namun Khaulah tidak mau menyerah dan terus menyemangati sahabat-sahabatnya.

Katanya, “Kalian yang berjuang di jalan Allah, apakah kalian mau menjadi tukang pijit orang-orang Romawi? Mau menjadi budak orang-orang kafir? Di mana harga diri kalian sebagai pejuang yang ingin mendapatkan surga Allah? Di mana kehormatan kalian sebagai Muslimah? Lebih baik kita mati daripada menjadi budak orang-orang Romawi!”

Demikianlah Khaulah terus membakar semangat para muslimah sampai mereka pun membulatkan tekad untuk melawan tentara musuh yang mengawal mereka. Rela mereka mati syahid jika gagal melarikan diri.

“Janganlah saudari sekali-kali gentar dan takut. Patahkan tombak mereka, hancurkan pedang mereka, perbanyak takbir serta kuatkan hati. Insya Allah pertolongan Allah sudah dekat,” kata Khaulah menyemangati.

Dikisahkan, pada akhirnya, karena keyakinan mereka, Khaulah dan kawan-kawannya berhasil melarikan diri dari kurungan musuh.

Dalam kisah dua orang mujahidah di atas, kita bisa ambil pelajaran darinya. Mereka tidak hanya menjadi sseorang muslimah, namun mereka juga menjadi seorang mujahidah yang pandai bela diri, hingga tak hanya diri mereka sendiri yang terlindungi, tapi mereka juga bisa melindungi banyak orang.

Ibu, perintahkanlah anak perempuanmu untuk mempelajari ilmu bela diri, karena dengan itu mereka mempunyai bekal untuk melindungi diri mereka, bahkan orang-orang di sekitar mereka. Itulah mengapa saya di sini menuliskan tentang “perintahkan anak perempuaanmu belajar ilmu bela diri”.

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk semua ibu dan para pembaca lainnya. Aamiin. (eth/P001)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Rudi Hendrik

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.